12. Saat Semuanya Serba Salah

Di ruangan rapat, aku sudah siap dengan semua peralatan presentasi. Selain itu sudah hadir Pak Pras, Bu Tari dan kak Gita yang akan menilai apakah proyekku sesuai dengan perusahaan atau tidak.

Ken juga hadir di sini sebab pak Pras ingin ia bergabung dengan divisi yang akan aku jalani nantinya.

"Ra, kamu yakin akan mengerjakan rubrik ini?" tanya Bu Tari.

Aku sangat yakin pertanyaan itu muncul sebab kejadian pagi tadi. Saat aku mebtumuybahwa gagal nikah. Lalu sekarang aku membuta semacam ruang curhat untuk orang-orang yang senasib denganku.

"Yakin Bu." jawabku. Ide ini sebenarnya tidak muncul begitu saja sebab aku mengalaminya, tapi jauh-jauh hari. Aku juga berkaca dari pengalaman Mama. Bagaimana terpuruknya Mama saat bercerai dari papa. Tapi mama harus bangkit sendiri tanpa siapapun yang mendampingi. Sehingga hari-hari Mama begitu goyah.

"Ra, saya menghargai apa yang kamu ajukan, tapi saya enggak mau kamu jadi baper. Kita harus profesional. Kerja ya kerja. Urusan pribadi tidak boleh dibawa-bawa." ungkap Bu Tari lagi.

"Saya berusaha profesional kok Bu." kataku. Seperti yang selama ini aku lakukan. Proyek ini juga sudah melewati yang namanya survei yang cukup panjang. Banyak hal yang membuatku mempertimbangkan bahwa ia memang harus ada di majalah terbaru kami.

"Lalu kamu akan menuliskan curhat kamu juga?" pertanyaan bubTari sukses membuatku geram. Kenapa harus bawa-bawa aku.

"Ya enggak harus dong Bu." kataku.

"Berarti orang-orang yang mengalaminya juga enggak bakal mau curhat. Mereka pasti malu. Membahasnya sama saja membuka kenangan buruk." tambah bu Tari.

"Tapi saya yakin ini akan meledak Bu." kataku.

"Kalau begitu saya tantang kamu nulis dulu kisah kamu!" tantangan bubTari kembali membuatku mengelus dada.

Kenapa semuanya dibalikkan ke aku? Benar-benar membuat tidak nyaman. Padahal maksudku bukan untuk aku. Ini adalah wadah untuk orang-orang yang pernah patah hati.

"Sudah. Begini saja, bagaimana menurut mas Ken?" tanya pak Pras.

"Kok Ken sih?" tanyaku dan Bu Tari bersamaan.

"Ya tidak apa-apa. Sebagai orang yang masih baru. Saya ingin tahu pendapatnya. Pemikirannya masih sama dengan orang-orang umum di luar sana. Silakan mas Ken." pak Pras mempersilakan, sementara Bu Tari masih tetap belum Ridha kalau harus Ken yang memberikan penilaian sebab ia adalah anak baru di perusahaan ini. Sama sekali belum punya pengalaman, sementara Bu Tari sendiri sudah dua puluh tahun mendedikasikan dirinya untuk perusahaan ini.

"Saya setuju." jawaban Ken. Jawaban super pendek namun bisa membuat pak Pras juga menyetujui proyekku.

"Duh, apa-apaan ini pak Pras. Masa anak baru yang menentukan. Ini tidak relevan sekali." Bu Tari masih protes.

"Sudah Bu. Kalau menurut saya juga tidak ada salahnya Rara mencoba rubrik ini. Siapa tahu meledak." kata kak Gita yang mendukung penuh apa yang sudah kubuat. "Maju terus Ra!" kata kak Gita lagi, memberiku semangat.

Aku melangkah meninggalkan ruangan rapat, tentunya diikuti oleh Ken. Sebenarnya ada perasaan tidak enak sebab apa yang sudah kuusulkan tersebut ditentang oleh bu Tari.

"Ra, memang kamu gagal nikah?" pertanyaan Zen langsung membuatku terhenti.

Aku menatap lelaki yang kini hanya berjarak tiga meter dariku. "Iya!" jawabku.

"Sama siapa?"

"Apa kamu juga masuk tipe laki-laki tukang gosip?" aku balik bertanya, lalu berbalik, kembali ke ruangan sebab ia hanya tersenyum melihat ke arahku.

Pertanyaan itu ternyata masih terasa sensitif. Tiba-tiba saja aku menjadi pesimis. Apa proyekku ini akan berhasil? Aku saja tidak suka membahasnya. Terlalu menyebalkan rasanya. Di hati masih terasa betul sakitnya. Orang yang bernasib sama sepertiku juga pasti merasakannya. Malas untuk membahas.

Lalu apakah aku harus mundur seperti yang diinginkan bu Tari. Aku tidak ingin gagak juga dalam pekerjaan, setelah gagal nikah.

Ya Allah ...

***

Pulang kerja, siapa sangka Aya, Dini dan Risa sudah menunggu di depan kantor. Mereka tidak mengizinkan aku langsung pulang. Tapi mengajak jalan ke Taman Anggrek.

Sampai di sana, kami makan bakso dan lemon tea. Menu yang selalu jadi andalan kamu berempat kalau makan di luar. Iya, kami sama-sama pecinta bakso. Sampai-sampai pipi kami berempat juga kompak cuby.

Usai makan, kami main ice skating. Sebenarnya aku sudah menolak karena takut pulang kemalaman, tapi teman-teman tetap memaksa. Akhirnya aku ikut meluncur. Rasanya cukup menyenangkan. Meluncur sepuasnya sambil tertawa-tawa. Kadang berteriak sesuka hatiku.

"Luapkan saja semuanya Ra!" kata Aya, sambil meluncur mendahuluiku. Tetapi siapa sangka, ternyata ia malah menabrak orang yang ada di depannya hingga jatuh terlentang.

"Bagaimana Ra, perasaan kamu hari ini setelah main ice skating?" tanya Dini, sambil mengusap tangannya yang mulai kedinginan, sebab tidak pakai jaket.

"Seru!" jawabku.

"Kamu masih mikirin kata-kata Bu Tari?" tanya Aya.

"Dikit!" kataku, sambil menunjukkan ujung jari.

"Kalau begitu meluncur lagi sana!" perintah Aya.

"Enggak! Ini udah malam. Dingin banget. Aku udah enggak kuat. Capek. Besok juga kan harus kerja. Aku mau pulang saja." kataku, menolak permintaan Aya.

"Kalau begitu maju terus Ra, jangan pikirkan apa yang dikatakan Bu Tari!" Aya menyemangatiku.

"Siap!" kataku, demi mendapatkan izin keluar dari arena ice skating sebelum aku membeku di sini.

Di parkiran kamu berpisah. Aku langsung memacu motor menuju rumah, di bawah langit malam yang semakin gelap.

Ya Tuhan ... apakah hatiku akan seperti makam? Gelap gulita? Ahhhh tapi enggak, ada bulan dan bintang yang bersinar. Ada juga lampu kelap-kelip dari rumah orang-orang. Hidupku juga harus begitu. Aku harus tetap semangat. Menata kembali hati untuk kehidupan yang lebih baik. Duniaku belum berakhir meski di Arif membatalkan pernikahan. Toh aku tidak melakukan kesalahan, alasan dia membatalkannya karena aku terlalu baik. Ya, aku terlalu baik untuknya. Hahaha, semangat Rara!

Bruk. Motorku menabrak tiang yang ada di pinggir jalan. Sialnya lagi ada seseorang memakai baju cokelat-cokelat berdiri di situ. Polisi! Habislah aku.

"Permisi mbak, mohon tunjukkan ... eh, ini mbak yang waktu itu, kan?" ia melemparkan senyum padaku.

Polisi yang waktu itu. Ya Tuhan, mimpi apa aku bertemu lagi dengannya.

"Pertama kali saya bertemu mbak, nangis-nangis. Sekarang senyum-senyum. Sepertinya suasana hatinya lebih baik dari sebelumnya." kata polisi tersebut.

Senyum yang semula terkembang di bibir cepat-cepat kutarik. Malu sekali rasanya. Ini gara-gara menyemangati diri sendiri.

"Lho, kok senyumnya diambil lagi?" tanyanya padaku.

"Maaf pak, saya tidak sengaja menabrak tiangnya. Saya juga tidak tahu kalau di sana ada bapak, lagipula malam-malam ngapain ngumpet di sana. Maaf banget!" kataku sambil menautkan kedua tangan di depan.

"Sebenarnya saya bisa saja menilang mbak. Tapi karena suasana hati mbak sepertinya sedang bagus, ya sudah, mbak boleh pergi." katanya.

"Wah, terimakasih banyak pak." kataku.

"Iya, tapi lain kali hati-hati ya mbak ... maaf, namanya siapa?"

"Rara pak."

"Oh Rara. Saya Rangga."

"Sudah tahu."

"Oh ya, tahu darimana?"

Aku menunjuk papan nama di depan dadanya. Lalu setelah itu pamit pergi sebab tidak ingin jadi perhatian orang-orang yang sedang lalu-lalang sebab posisi kami persis di sebelah jembatan penyeberangan.

Terpopuler

Comments

Santi Harahap

Santi Harahap

semangattt thor

2020-09-20

0

Ree.Pand

Ree.Pand

pak polisi sksd.. hhh

2020-08-20

3

Sindi Kartika Putri

Sindi Kartika Putri

hallo thor.. lanjutkan yaaa

2020-08-02

1

lihat semua
Episodes
1 Panggilan Dadakan
2 Pembatalan Sepihak
3 Perjalanan Pulang
4 Candaan Teman-teman
5 Sampai Di Rumah
6 Bernafas Sejenak
7 7. Harapan Mama
8 8. Mata Mama Berkaca-kaca
9 9. Mengurung Diri Di Kamar
10 10. Pengumuman: Aku Gagal Nikah
11 11. Karyawan Baru
12 12. Saat Semuanya Serba Salah
13 13. Pulang
14 14. Semua Salah Rara?
15 15. Arif Jadi Nikah?
16 16. Monika Ariella
17 17. Bertemu Arif
18 18. Gara-gara Enggak Cantik
19 19. Segala Rasa
20 20. Tuduhan Arif
21 21. Sabar Rara!
22 22. Naik Jabatan
23 23. Bertemu Papa
24 24. Nyaris Ditilang
25 25. Rara Yang Berprestasi
26 26. Mencari Mbak Yuni
27 27. Tangis Rara
28 28. Makan Siang Bersama Ken
29 29. Diantar Pulang Oleh Ken
30 30. Pesan Dari Ken
31 31. Bianca Minta Dicomblangi
32 32. Ken Datang Berkunjung
33 33. Gosip
34 34. Maaf, Aku Tidak Mau Ghibah!
35 35. Pengakuan Ken
36 36. Curhat Arif
37 37. Membesuk Mbak Yuni
38 38. Sebuah Tamparan Untuk Arif
39 39. Gosip Tentang Rara
40 40. Ujian Lagi?
41 41. Penjelasan Ken
42 42. DESAKAN MAMA
43 43. Ulang Tahun Yang Membawa Masalah
44 44. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken
45 45. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken (2)
46 46. Bertemu
47 47. Air Mata Buaya
48 48. Tamu Itu Adalah Papa
49 49. Seseorang Yang Selalu Ada
50 50. Terlambat
51 51. Tiga Orang Lelaki
52 52. Lamaran?
53 53. Lamaran? (2)
54 54. Apakah Harus Gagal Untuk Kedua Kalinya?
55 55. Beneran Dilamar
56 56. Persiapan Pernikahan
57 57. Sah!
58 58. Malam Penuh Cinta
59 59. Papa, Aku Menyayangimu
60 60. Ken Cemburu (Lagi?)
61 61. Kamu Adalah Rezeki Untukku
62 62. Peta Kehidupan Ken
63 63. Gina
64 64. Hadiah Dari Ibu Mertua
65 65. Perjalanan Ke Paris
66 66. Aku Percaya!
67 67. Rencana Shopping Dengan Ibu
68 68. Shopping Bersama Ibu
69 69. Drop
70 70. Perdebatan
71 71. Gosip Tentang Ken
72 72. Mama Masuk Rumah Sakit
73 73. Bertengkar Dengan Dinda
74 74. Permintaan Tante Wira
75 75. Permintaan Dinda
76 76. Palsu?
77 77. Maaf
78 78. Habibati
79 79. Suamiku Yang Baik
80 80. Berdebat Dengan Elsa
81 81. Pilih Agama
82 82. Ketemu Tante Wira
83 83. Datang Tiba-tiba
84 84. Datang Tiba-tiba (2)
85 85. Perjalanan Pulang
86 86. Pertemuan
87 87. Ragu
88 88. Terimakasih Tuhan
89 89. Posesif
90 90. Maaf Jika Aku Menyusahkan Kamu
91 91. Jaga Jarak
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Panggilan Dadakan
2
Pembatalan Sepihak
3
Perjalanan Pulang
4
Candaan Teman-teman
5
Sampai Di Rumah
6
Bernafas Sejenak
7
7. Harapan Mama
8
8. Mata Mama Berkaca-kaca
9
9. Mengurung Diri Di Kamar
10
10. Pengumuman: Aku Gagal Nikah
11
11. Karyawan Baru
12
12. Saat Semuanya Serba Salah
13
13. Pulang
14
14. Semua Salah Rara?
15
15. Arif Jadi Nikah?
16
16. Monika Ariella
17
17. Bertemu Arif
18
18. Gara-gara Enggak Cantik
19
19. Segala Rasa
20
20. Tuduhan Arif
21
21. Sabar Rara!
22
22. Naik Jabatan
23
23. Bertemu Papa
24
24. Nyaris Ditilang
25
25. Rara Yang Berprestasi
26
26. Mencari Mbak Yuni
27
27. Tangis Rara
28
28. Makan Siang Bersama Ken
29
29. Diantar Pulang Oleh Ken
30
30. Pesan Dari Ken
31
31. Bianca Minta Dicomblangi
32
32. Ken Datang Berkunjung
33
33. Gosip
34
34. Maaf, Aku Tidak Mau Ghibah!
35
35. Pengakuan Ken
36
36. Curhat Arif
37
37. Membesuk Mbak Yuni
38
38. Sebuah Tamparan Untuk Arif
39
39. Gosip Tentang Rara
40
40. Ujian Lagi?
41
41. Penjelasan Ken
42
42. DESAKAN MAMA
43
43. Ulang Tahun Yang Membawa Masalah
44
44. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken
45
45. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken (2)
46
46. Bertemu
47
47. Air Mata Buaya
48
48. Tamu Itu Adalah Papa
49
49. Seseorang Yang Selalu Ada
50
50. Terlambat
51
51. Tiga Orang Lelaki
52
52. Lamaran?
53
53. Lamaran? (2)
54
54. Apakah Harus Gagal Untuk Kedua Kalinya?
55
55. Beneran Dilamar
56
56. Persiapan Pernikahan
57
57. Sah!
58
58. Malam Penuh Cinta
59
59. Papa, Aku Menyayangimu
60
60. Ken Cemburu (Lagi?)
61
61. Kamu Adalah Rezeki Untukku
62
62. Peta Kehidupan Ken
63
63. Gina
64
64. Hadiah Dari Ibu Mertua
65
65. Perjalanan Ke Paris
66
66. Aku Percaya!
67
67. Rencana Shopping Dengan Ibu
68
68. Shopping Bersama Ibu
69
69. Drop
70
70. Perdebatan
71
71. Gosip Tentang Ken
72
72. Mama Masuk Rumah Sakit
73
73. Bertengkar Dengan Dinda
74
74. Permintaan Tante Wira
75
75. Permintaan Dinda
76
76. Palsu?
77
77. Maaf
78
78. Habibati
79
79. Suamiku Yang Baik
80
80. Berdebat Dengan Elsa
81
81. Pilih Agama
82
82. Ketemu Tante Wira
83
83. Datang Tiba-tiba
84
84. Datang Tiba-tiba (2)
85
85. Perjalanan Pulang
86
86. Pertemuan
87
87. Ragu
88
88. Terimakasih Tuhan
89
89. Posesif
90
90. Maaf Jika Aku Menyusahkan Kamu
91
91. Jaga Jarak

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!