10. Pengumuman: Aku Gagal Nikah

"Rara!" tiba-tiba panggilan histeris Aya membuyarkan lamunanku. "Kok enggak masuk? Ngapain bengong di parkiran? Oh aku tahu, kamu pasti grogi ya, soalnya ini hari terakhir bertemu Arif. Besok kan kamu harus dipingit sebelum nikah. Iya, kan?" tanya Aya.

"Hah, enggak ... itu," aku tidak mampu menjawab rentetan pertanyaan itu. Sehingga cuma bisa nunjuk ke gedung kantor sambil celingak-celinguk persis orang linglung.

"Tenang Ra, enggak usah grogi gitu. Santai. Tarik nafas dalam-dalam, lalu hembuskan. Yuk masuk!" ajak Aya, ia menggandeng tanganku menuju gedung kantor.

"Selama pagi bu Rara, ya ampun yang bentar lagi mau nikah!" timpal Anita, customer servis yang cukup akrab denganku. "Aira calon pengantin mulai tampak dari wajahmu, Ra. Walaupun matamu agak bengkak. Eh bentar bentar. Inimah bengkak benarkan."

"Lho, kamu belum cuti, Ra?" timpal Arya, teman satu divisi Arif. "Padahal Arif sudah ambil cuti perhari ini. Wah tuh anak nyolong star duluan. Harusnya kan yang duluan cuti itu kamu, Ra. Secara kamu perempuan, perlu ke salon, persiapan ini dan itu. Eh malah dia yang libur duluan. Benar-benar enggak kompak itu anak!"

"Sekarang mah kebalik. Laki-laki lebih ribet ketimbang perempuan." sahut Anita lagi. "Kalau perempuan simple, apalagi kayak Rara. Iya kan Ra?"

"Enak aja," Arya tidak terima. "Tetap saja yang paling ribet itu perempuan! Contohnya istriku. Kalau ada apa-apa, misalanya mau pergi aja persiapannya setahun. Saking ribetnya!"

"Siapa bilang." Arya tetap tidak mau mengalah sehingga suasana kantor makin ramai sebab satu-persatu teman-teman lain berdatangan dan seperti Anita dan Arya, mereka langsung menjadikan aku sebagai bahan ledekan.

"Cieee Rara yang bentar lagi nikah."

"Ya ampun Ra, tinggal ngitung haru udah sah jadi nyonya Arif."

"Wow, nanti Rara dan Arif kalau ke kantor barengan dong. Akhirnya kita pecah telur, ada yang sesama pegawai couople juga."

"Biasanya habis ini ada yang bakal ngikutin jejak Rara dan Arif."

"Makanya join dengan geng ARA dong!"

"Apa tuh ARA?"

"Arif Rara!"

"Gimana sih ceritanya kok bisa jadian?"

"Ra, jangan lupa doakan aku ya biar cepat nyusul!"

"Rara, kamu pasti deg-degan banget kan."

"Cie calon pengantin."

"Cieee cieee."

Aku benar-benar pusing mendengarnya ledekan yang sambung menyambung bahkan dikolaborasikan tak henti-hentinya dari satu karyawan ke karyawan lain hingga membuat kehebohan yang berhasil membuatku semakin kacau. Seperti diserbu oleh ribuan lebah yang mendengung-dengung.

"Cukup!" kataku, dengan suara agak kencang agar dengungan-dengungan dari perkataan mereka bisa hilang.

"Ra, kamu kenapa?" tanya Risa.

"Tolong beri aku kesempatan bicara." pintaku.

"Kenapa Ra?" kini Aya yang bicara.

Hufff. Perlahan aku mengumpulkan keberanian. Menyatukan puing-puing di hati yang sudah sangat berantakan. Kau setelah mengucapkan basmallah, aku pun bicara pada seluruh teman-teman satu kantor.

"Aku dan Arif tidak jadi menikah." kataku.

"Hah?" Aya langsung menatapku, tidak percaya dengan apa yang ia dengarkan barusan.

"Iya. Aku dan Arif tidak jadi menikah. Ini bukan candaan sebab aku tidak berniat menjadikan ini bahan candaan. Untuk saat ini aku sedang tidak ingin ditanya perihal pernikahan ini. Yang jelas kami sudah membatalkan semuanya. Jadi tolong jangan bahas masalah ini lagi ya. Terimakasih." kataku.

Baru beberapa langkah, kini aku beradu pandang dengan kak Gita yang baru saja datang. Ia melemparkan senyum padaku.

***

Aku baik-baik saja. Tidak, lebih tepatnya aku berusaha untuk baik-baik saja meskipun sebenarnya hatiku sangat berantakan. Porak-poranda oleh Arif. Tapi ini semua tidak boleh menghancurkan hidupku. Aku harus terus berjalan, melanjut kehidupan meskipun sudah gagal nikah.

"Kamu yakin enggak apa-apa, Ra?" tanya kak Gita, saat kami sudah berada di mushalla kantor, berdua saja.

"Iya kak. Aku enggak apa-apa." jawabku, sambil berusaha memaksakan senyum, namun tetap saja terlihat aneh.

"Mama?"

"Ya agak syok. Tapi semoga saja mama merelakan semuanya."

"Kalau hari enggak nyaman, aku kasih izin. Kamu istirahat saja dulu, Ra. Sehari atau dua hati. Atau kapan perlu sepekan. Liburan kemana saja untuk menyenangkan hati."

"Enggak usah lah kak, buang-buang uang saja. Apalagi baru habis-habisan untuk persiapan nikah yang enggak jadi."

"Ra, maafin kecerobohan kak Gita ya."

"Ini bukan salah kak Gita kok."

Kak Gita membiarkanku berada di mushalla kantor sendiri sebab aku beralasan ingin salat Dhuha dulu sebelum kembali ke ruanganku. Intinya, aku butuh sendiri. Untuk menata hatiku, agar semuanya kembali normal.

Sebenarnya tidak ada yang harus ku kuatirkan dengan teman-teman di kantor sebab sejauh ini mereka selalu bisa memahami kondisiku, aku yakin tidak akan ada yang menyinggung. Hanya agak sedikit tidak nyaman jika nanti bertemu dengan Arif kembali. Bukan karena aku sudah terlanjur menyukainya, aku sangat yakin perlahan hati ini bisa melupakannya, apalagi atas apa yang sudah dilakukannya padaku.

Untuk urusan hati, aku memang tergolong yang sulit untuk menerima sosok baru di hidupku. Tapi begitu ia mendapatkan tempat lalu membuta sebuah kesalahan yang fatal, maka akan dengan mudah hilang dari hatiku.

Tapi tetap saja kan, semua orang sudah tahu bahwa kamu akan menikah. Pasti rasanya sudah tidak enak.

Ya Allah ... aku harus bagaimana?

Aku mulai menunaikan salat Dhuha. Ada ketenangan yang terasa saat bulir bening itu menetes ketika sujud di hadapan Allah. Betapa kecilnya aku, betapa lemahnya aku.

Dulu aku pernah dikecewakan oleh Papa dengan kepergiannya begitu saja. Tidak lagi peduli padaku dan Dinda. Padahal kami masih membutuhkan sosok papa. Sekarang Arif, ketika ia jadi lelaki asing yang pertama bisa merajai hatiku, ternyata ia malah membatalkan secara sepihak. Ya Allah ... sakitnya.

"Rara ayolah, kamu tidak secengeng ini!" bisikku pada diri sendiri.

Sedang larut dalam renungan, tiba-tiba sebuah pesan masuk dalam Hpku. Dari catering untuk pengajian ba'da Maghrib nanti.

[Mbak Rara, makanannya mau diantar nanti sore atau siang?] pesan dari pihak catering. Ada nasi dan kue-kue untuk ibu-ibu pengajian.

Ya Allah ... bagaimana ini?

Aku langsung membuka notes di Hp, memeriksa kembali catatan-catatan tentang persiapan pernikahan. Hari ini akan ada seratus orang ibu-ibu pengajian dari masjid dari dekat rumah kami yang akan datang ke rumah untuk pengajian jelang pernikahan.

Aku langsung menelepon ibu yang jadi penanggung jawab rombongan tersebut untuk mengabarkan bahwa acara batal. Dari seberang terdengar banyak tanya yang dilontarkan padaku, namun tidak ada yang ingin ku jawab. Aku hanya memberikan alasan bahwa acara dibatalkan.

"Baru membatalkan satu undangan saja sudah segini beratnya. Apalagi seribu undangan!" lagi-lagi aku menundukkan kepala, pusing memikirkan ini semua.

Duh Rara, lakukan sesuatu agar kamu bisa segera keluar dari masalah ini!

Terpopuler

Comments

Gita Risnawati

Gita Risnawati

pengin banget tu si arif tak uleg tak bejek²🤬🤬🤬🤬

2022-11-03

0

Santi Harahap

Santi Harahap

ckckckck

2020-08-21

0

Endang Oke

Endang Oke

lagian kok batalin aneh juga.bukan gerak cepat batalin semua.makanan bagiin tetangga .anak yatim.kaum dhuafa..

2020-08-11

3

lihat semua
Episodes
1 Panggilan Dadakan
2 Pembatalan Sepihak
3 Perjalanan Pulang
4 Candaan Teman-teman
5 Sampai Di Rumah
6 Bernafas Sejenak
7 7. Harapan Mama
8 8. Mata Mama Berkaca-kaca
9 9. Mengurung Diri Di Kamar
10 10. Pengumuman: Aku Gagal Nikah
11 11. Karyawan Baru
12 12. Saat Semuanya Serba Salah
13 13. Pulang
14 14. Semua Salah Rara?
15 15. Arif Jadi Nikah?
16 16. Monika Ariella
17 17. Bertemu Arif
18 18. Gara-gara Enggak Cantik
19 19. Segala Rasa
20 20. Tuduhan Arif
21 21. Sabar Rara!
22 22. Naik Jabatan
23 23. Bertemu Papa
24 24. Nyaris Ditilang
25 25. Rara Yang Berprestasi
26 26. Mencari Mbak Yuni
27 27. Tangis Rara
28 28. Makan Siang Bersama Ken
29 29. Diantar Pulang Oleh Ken
30 30. Pesan Dari Ken
31 31. Bianca Minta Dicomblangi
32 32. Ken Datang Berkunjung
33 33. Gosip
34 34. Maaf, Aku Tidak Mau Ghibah!
35 35. Pengakuan Ken
36 36. Curhat Arif
37 37. Membesuk Mbak Yuni
38 38. Sebuah Tamparan Untuk Arif
39 39. Gosip Tentang Rara
40 40. Ujian Lagi?
41 41. Penjelasan Ken
42 42. DESAKAN MAMA
43 43. Ulang Tahun Yang Membawa Masalah
44 44. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken
45 45. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken (2)
46 46. Bertemu
47 47. Air Mata Buaya
48 48. Tamu Itu Adalah Papa
49 49. Seseorang Yang Selalu Ada
50 50. Terlambat
51 51. Tiga Orang Lelaki
52 52. Lamaran?
53 53. Lamaran? (2)
54 54. Apakah Harus Gagal Untuk Kedua Kalinya?
55 55. Beneran Dilamar
56 56. Persiapan Pernikahan
57 57. Sah!
58 58. Malam Penuh Cinta
59 59. Papa, Aku Menyayangimu
60 60. Ken Cemburu (Lagi?)
61 61. Kamu Adalah Rezeki Untukku
62 62. Peta Kehidupan Ken
63 63. Gina
64 64. Hadiah Dari Ibu Mertua
65 65. Perjalanan Ke Paris
66 66. Aku Percaya!
67 67. Rencana Shopping Dengan Ibu
68 68. Shopping Bersama Ibu
69 69. Drop
70 70. Perdebatan
71 71. Gosip Tentang Ken
72 72. Mama Masuk Rumah Sakit
73 73. Bertengkar Dengan Dinda
74 74. Permintaan Tante Wira
75 75. Permintaan Dinda
76 76. Palsu?
77 77. Maaf
78 78. Habibati
79 79. Suamiku Yang Baik
80 80. Berdebat Dengan Elsa
81 81. Pilih Agama
82 82. Ketemu Tante Wira
83 83. Datang Tiba-tiba
84 84. Datang Tiba-tiba (2)
85 85. Perjalanan Pulang
86 86. Pertemuan
87 87. Ragu
88 88. Terimakasih Tuhan
89 89. Posesif
90 90. Maaf Jika Aku Menyusahkan Kamu
91 91. Jaga Jarak
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Panggilan Dadakan
2
Pembatalan Sepihak
3
Perjalanan Pulang
4
Candaan Teman-teman
5
Sampai Di Rumah
6
Bernafas Sejenak
7
7. Harapan Mama
8
8. Mata Mama Berkaca-kaca
9
9. Mengurung Diri Di Kamar
10
10. Pengumuman: Aku Gagal Nikah
11
11. Karyawan Baru
12
12. Saat Semuanya Serba Salah
13
13. Pulang
14
14. Semua Salah Rara?
15
15. Arif Jadi Nikah?
16
16. Monika Ariella
17
17. Bertemu Arif
18
18. Gara-gara Enggak Cantik
19
19. Segala Rasa
20
20. Tuduhan Arif
21
21. Sabar Rara!
22
22. Naik Jabatan
23
23. Bertemu Papa
24
24. Nyaris Ditilang
25
25. Rara Yang Berprestasi
26
26. Mencari Mbak Yuni
27
27. Tangis Rara
28
28. Makan Siang Bersama Ken
29
29. Diantar Pulang Oleh Ken
30
30. Pesan Dari Ken
31
31. Bianca Minta Dicomblangi
32
32. Ken Datang Berkunjung
33
33. Gosip
34
34. Maaf, Aku Tidak Mau Ghibah!
35
35. Pengakuan Ken
36
36. Curhat Arif
37
37. Membesuk Mbak Yuni
38
38. Sebuah Tamparan Untuk Arif
39
39. Gosip Tentang Rara
40
40. Ujian Lagi?
41
41. Penjelasan Ken
42
42. DESAKAN MAMA
43
43. Ulang Tahun Yang Membawa Masalah
44
44. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken
45
45. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken (2)
46
46. Bertemu
47
47. Air Mata Buaya
48
48. Tamu Itu Adalah Papa
49
49. Seseorang Yang Selalu Ada
50
50. Terlambat
51
51. Tiga Orang Lelaki
52
52. Lamaran?
53
53. Lamaran? (2)
54
54. Apakah Harus Gagal Untuk Kedua Kalinya?
55
55. Beneran Dilamar
56
56. Persiapan Pernikahan
57
57. Sah!
58
58. Malam Penuh Cinta
59
59. Papa, Aku Menyayangimu
60
60. Ken Cemburu (Lagi?)
61
61. Kamu Adalah Rezeki Untukku
62
62. Peta Kehidupan Ken
63
63. Gina
64
64. Hadiah Dari Ibu Mertua
65
65. Perjalanan Ke Paris
66
66. Aku Percaya!
67
67. Rencana Shopping Dengan Ibu
68
68. Shopping Bersama Ibu
69
69. Drop
70
70. Perdebatan
71
71. Gosip Tentang Ken
72
72. Mama Masuk Rumah Sakit
73
73. Bertengkar Dengan Dinda
74
74. Permintaan Tante Wira
75
75. Permintaan Dinda
76
76. Palsu?
77
77. Maaf
78
78. Habibati
79
79. Suamiku Yang Baik
80
80. Berdebat Dengan Elsa
81
81. Pilih Agama
82
82. Ketemu Tante Wira
83
83. Datang Tiba-tiba
84
84. Datang Tiba-tiba (2)
85
85. Perjalanan Pulang
86
86. Pertemuan
87
87. Ragu
88
88. Terimakasih Tuhan
89
89. Posesif
90
90. Maaf Jika Aku Menyusahkan Kamu
91
91. Jaga Jarak

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!