15. Arif Jadi Nikah?

Selesai bicara dengan papa, aku menatap Mama. Meski wajahnya masih mengguratkan kesedihan mendalam, tapi seutas senyum sudah terukir di sana. Ahhhh, perempuan hebat ku. Mama adalah inspirasi untukku, betapa tabahnya Mama. Pejuang kuat yang hatinya luar biasa tegar dan cantik. Andai papa bisa menyadari semua itu, rugi sekali meninggalkan Mama. Tetapi lagi-lagi, kita tidak boleh banyak berandai-andai.

"Ma, boleh Rara memeluk Mama?" tanyaku.

Mama membentangkan kedua tangannya, sebagai pertanda bahwa iapun siap menerima pelukanku dengan senang hati. Tetapi belum sampai mendarat di pelukan Mama, Dinda sudah lebih dulu memeluk Mama.

"Dinda, kak Rara duluan." kataku.

"Siapa cepat itu yang dipeluk Mama dulu!" Dinda mencibir.

"Ya ampun Din, yang sedih kan kakak, kok kamu main nyosor gitu. Dasar adik usil!" aku mencibir balik.

"Siapa suruh lelet." Dinda masih belum melepaskan pelukannya pada mama.

"Ma, Dinda usil lagi tuh." aku pura-pura marah, lalu kami tertawa bersama. Lebih tepatnya tertawa sambil menangis. "Maafkan Rara ya ma ...." aku berbisik di telinga perempuan yang sudah melahirkanku.

"Mama sayang kamu Ra." bisik Mama juga.

***

Pagi yang masih terasa berat. Sebab masih banyak masalah terkait pembatalan pernikahan yang harus aku selesaikan, tetapi bukan berarti aku harus menghindari semuanya, termasuk bolos kerja meski kak Gita selaku manajer di atasku langsung sudah memberi izin.

Sampai di depan kantor. Aku menarik nafas panjang. Berdoa agar Allah menguatkan hati ini. Kemarin masih aman, sebab Arif tidak masuk kerja. Entah apa alasannya, padahal cuti kamu sudah dibatalkan karena pernikahannya gagal.

Mungkin ia belum siap menghadapi orang-orang kantor, termasuk kak Gita dan ketiga sahabatku; Aya, Dini dan Risa yang bisa dipastikan akan berada di garis terdepan untuk membelaku.

"Rara!" tiba-tiba Anita melambaikan tangannya padaku. Ragu-ragu ia menatapku, seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi juga terlihat tidak enak.

"Kenapa?" tanyaku.

"Enggak. Kamu baik-baik saja, kan Ra?"

"Ya. Alhamdulillah. Memangnya kenapa?"

"Kamu sabar ya Ra!"

Anita secara spontan memelukku erat. Kami memang tidak terlalu dekat, itulah sebabnya aku agak sedikit bingung dengan sikap Anita.

Sebegitunya kah ia terhadapku? Mungkin karena kami sama-sama perempuan. Atau karena ia iba padaku yang ditinggal nikah. Kuputuskan untuk segera berlalu ke ruanganku setelah Anita melepas pelukannya.

Ternyata tidak hanya Anita yang bersikap aneh. Hampir seluruh karyawan yang kutemui mengucap dukungan agar aku bersabar. Yang perempuan malah menepuk pelan pundak dan punggungku. Bahkan ada yang memelukku erat hingga meneteskan air mata.

Ada apa ini?

Tidak ada yang mau menjawab. Semua memutuskan untuk tutup mulut. Makanya kusimpulkan bahwa ini adalah bentuk dukungan mereka padaku atas kejadian pembatalan nikah yang kemarin aku umumkan.

"Rara!" Aya, Dini dan Risa masuk ke ruanganku, hanya beberapa menit setelah aku meletakkan tas dan hendak mulai membuka komputer.

"Kalian kenapa? Risa kok nangis?" aku menunjuk Risa yang paling mellow di antara kami berempat.

"Ra, kamu belum dengar kabar terbaru yang dikirim ke email kantor?" tanya Aya.

"Kabar apa?" sejak kemarin aku memang belum sempat mengecek email sama sekali sebab moodku masih berantakan sehingga pekerjaan kantor jadi terabaikan.

Aya mengambil alih mose yang aku pegang. Ia menghidupkan komputer, lalu dengan cepat membuka email. Kemudian terpampang lah semuanya. Sesuatu hal yang aku yakini kenapa teman-teman memeluk dan memberikan semangat padaku.

Arif akan menikah!

Apa maksud semuanya? Aku mengerutkan kening, mencoba menelaah undangan yang dikirimkan tadi malam ke email kantorku. Juga berarti dikirim ke semua pegawai yang lainnya.

"Arif mau menikah?" aku balik bertanya. "Maksudnya bagaimana?"

"Entah. Apa si Arif sudah stres?" tanya Dini.

"Hus, jangan asal bicara. Dia yang membatalkan masa dia yang stres." ungkap Risa.

"Tapi buktinya dia mengirimi semua karyawan di sini undangan pernikahan kosong, hanya ada namanya saja sebagai calon pengantin pria. Sedangkan nama wanita sengaja dikosongkan. Itu kan namanya stres. Padahal dia yang membatalkan rencana pernikahan. Ini jelas-jelas sengaja karena undangan dikirim setelah ia membatalkan rencana pernikahan dengan Rara." Dini menjelaskan hasil analisanya.

"Kalau dia merasa stress atau menyesal kan harusnya tinggal ngomong sama Rara." Risa masih belum setuju dengan penjelasan Dini.

"Terus maksudnya apa, dong?" Dini balik bertanya.

Kini pandangan ketiga sahabatku tertuju padaku, tentu saja tujuannya agar aku memberikan mereka penjelasan. Tapi aku geleng-geleng kepala. Meski pernah menjalani ta'aruf dengan Arif, tidak semua hal tentangnya kutahu. Baru pada hal-hal umum saja.

"Tenang ... tenang ... tenang. Serahkan ini semua pada Aya." ia langsung menekan ponselnya. Berbicara sebentar, kemudian mematikan panggilan. Tidak lama ada yang menelepon Aya.

[Jadi gedungnya di pesan atas nama siapa?] tanya Aya pada seseorang di ujung panggilan. [Pasti ada dong nama calon pengantin pria dan wanitanya?] lagi-lagi Aya diam. [Tolong dong bocorin, yakinlah enggak akan ada masalah apa-apa.] Aya masih bernegosiasi. [Oh ya. Baik. Terimakasih.]

Telepon ditutup. Kemudian Aya melirik ke arahku. Ia tampak ragu mengatakan hasil penyelidikannya.

Aya menelepon pemilik gedung tempat lokasi pernikahan Arif seperti tertera di undangan digital yang ia kirimkan untuk mencari tahu gedung dipesan atas nama siapa. Begitu mendapatkan namanya, Aya sengaja diam sebentar sehingga membuat kami bertiga jadi sangat penasaran.

"Pernikahan itu memang akan ada." kata Aya hati-hati. Meski begitu sukses membuatku panas dingin.

Aku merasa seperti tersengat listrik. Tubuhku langsung lemas. Jadi ia membatalkan pernikahan denganku karena ingin menikahi wanita lain. Tapi siapa? Kenapa ia jadi setega itu padaku? Atau bagaimana sih sebenarnya?

Ya Allah ... aku harus bagaimana?

"Siapa nama perempuan yang merebut Arif dari Rara, Ya?" tanya Dini, ia begitu penasaran sekaligus marah atas perlakuan buruk Arif padaku.

"Iya Ya, kasih tahu dong!" pinta Risa. "Jangan diam saja!"

"Ayo ngomong Ya. Kasih tau aku!" kini giliran aku yang mendesak Aya.

"Baiklah. Tadi kata informan yang aku telepon, nama calon pengantinnya Monika." ungkap Aya.

"Monika?" aku, Dini dan Risa saling lirik.

"Tunggu, Monika siapa nih? Model di kantor kita yang sudah resaign itu?" aku menatap Aya, penuh selidik, berharap semua dugaan yang muncul tiba-tiba di benakku itu salah.

"Iya, benar Ra. Monika Ariella." ungkap Aya.

Kini aku benar-benar curiga dengan beberapa kejanggalan yang terasa satu pekan terakhir sebelum Arif membatalkan rencana pernikahan kami.

Tapi tidak, aku tidak akan berpikiran negatif dulu sebelum mendengar penjelasan langsung dari mulut Arif. Aku tidak mau mengotori hati sendiri meski sebenarnya ada banyak tanya yang muncul di kepalaku, seperti sekumpulan lebah yang berdengung. Mereka butuh jawaban. Ya Tuhan, maafkan aku, untuk kali ini agak kepo padanya. Maaf!

Terpopuler

Comments

Anazta

Anazta

klw q jadi rara udh gk mau tau lgi mau nikah sma gorila jg sok aja.. ngapain masih cari info...

2022-11-04

0

Nyonya Harahap_81

Nyonya Harahap_81

resaign; kampanye
resign; mengundurkan diri

2020-09-11

0

Sindi Kartika Putri

Sindi Kartika Putri

iiih kesek sama arif😡

2020-08-02

2

lihat semua
Episodes
1 Panggilan Dadakan
2 Pembatalan Sepihak
3 Perjalanan Pulang
4 Candaan Teman-teman
5 Sampai Di Rumah
6 Bernafas Sejenak
7 7. Harapan Mama
8 8. Mata Mama Berkaca-kaca
9 9. Mengurung Diri Di Kamar
10 10. Pengumuman: Aku Gagal Nikah
11 11. Karyawan Baru
12 12. Saat Semuanya Serba Salah
13 13. Pulang
14 14. Semua Salah Rara?
15 15. Arif Jadi Nikah?
16 16. Monika Ariella
17 17. Bertemu Arif
18 18. Gara-gara Enggak Cantik
19 19. Segala Rasa
20 20. Tuduhan Arif
21 21. Sabar Rara!
22 22. Naik Jabatan
23 23. Bertemu Papa
24 24. Nyaris Ditilang
25 25. Rara Yang Berprestasi
26 26. Mencari Mbak Yuni
27 27. Tangis Rara
28 28. Makan Siang Bersama Ken
29 29. Diantar Pulang Oleh Ken
30 30. Pesan Dari Ken
31 31. Bianca Minta Dicomblangi
32 32. Ken Datang Berkunjung
33 33. Gosip
34 34. Maaf, Aku Tidak Mau Ghibah!
35 35. Pengakuan Ken
36 36. Curhat Arif
37 37. Membesuk Mbak Yuni
38 38. Sebuah Tamparan Untuk Arif
39 39. Gosip Tentang Rara
40 40. Ujian Lagi?
41 41. Penjelasan Ken
42 42. DESAKAN MAMA
43 43. Ulang Tahun Yang Membawa Masalah
44 44. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken
45 45. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken (2)
46 46. Bertemu
47 47. Air Mata Buaya
48 48. Tamu Itu Adalah Papa
49 49. Seseorang Yang Selalu Ada
50 50. Terlambat
51 51. Tiga Orang Lelaki
52 52. Lamaran?
53 53. Lamaran? (2)
54 54. Apakah Harus Gagal Untuk Kedua Kalinya?
55 55. Beneran Dilamar
56 56. Persiapan Pernikahan
57 57. Sah!
58 58. Malam Penuh Cinta
59 59. Papa, Aku Menyayangimu
60 60. Ken Cemburu (Lagi?)
61 61. Kamu Adalah Rezeki Untukku
62 62. Peta Kehidupan Ken
63 63. Gina
64 64. Hadiah Dari Ibu Mertua
65 65. Perjalanan Ke Paris
66 66. Aku Percaya!
67 67. Rencana Shopping Dengan Ibu
68 68. Shopping Bersama Ibu
69 69. Drop
70 70. Perdebatan
71 71. Gosip Tentang Ken
72 72. Mama Masuk Rumah Sakit
73 73. Bertengkar Dengan Dinda
74 74. Permintaan Tante Wira
75 75. Permintaan Dinda
76 76. Palsu?
77 77. Maaf
78 78. Habibati
79 79. Suamiku Yang Baik
80 80. Berdebat Dengan Elsa
81 81. Pilih Agama
82 82. Ketemu Tante Wira
83 83. Datang Tiba-tiba
84 84. Datang Tiba-tiba (2)
85 85. Perjalanan Pulang
86 86. Pertemuan
87 87. Ragu
88 88. Terimakasih Tuhan
89 89. Posesif
90 90. Maaf Jika Aku Menyusahkan Kamu
91 91. Jaga Jarak
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Panggilan Dadakan
2
Pembatalan Sepihak
3
Perjalanan Pulang
4
Candaan Teman-teman
5
Sampai Di Rumah
6
Bernafas Sejenak
7
7. Harapan Mama
8
8. Mata Mama Berkaca-kaca
9
9. Mengurung Diri Di Kamar
10
10. Pengumuman: Aku Gagal Nikah
11
11. Karyawan Baru
12
12. Saat Semuanya Serba Salah
13
13. Pulang
14
14. Semua Salah Rara?
15
15. Arif Jadi Nikah?
16
16. Monika Ariella
17
17. Bertemu Arif
18
18. Gara-gara Enggak Cantik
19
19. Segala Rasa
20
20. Tuduhan Arif
21
21. Sabar Rara!
22
22. Naik Jabatan
23
23. Bertemu Papa
24
24. Nyaris Ditilang
25
25. Rara Yang Berprestasi
26
26. Mencari Mbak Yuni
27
27. Tangis Rara
28
28. Makan Siang Bersama Ken
29
29. Diantar Pulang Oleh Ken
30
30. Pesan Dari Ken
31
31. Bianca Minta Dicomblangi
32
32. Ken Datang Berkunjung
33
33. Gosip
34
34. Maaf, Aku Tidak Mau Ghibah!
35
35. Pengakuan Ken
36
36. Curhat Arif
37
37. Membesuk Mbak Yuni
38
38. Sebuah Tamparan Untuk Arif
39
39. Gosip Tentang Rara
40
40. Ujian Lagi?
41
41. Penjelasan Ken
42
42. DESAKAN MAMA
43
43. Ulang Tahun Yang Membawa Masalah
44
44. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken
45
45. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken (2)
46
46. Bertemu
47
47. Air Mata Buaya
48
48. Tamu Itu Adalah Papa
49
49. Seseorang Yang Selalu Ada
50
50. Terlambat
51
51. Tiga Orang Lelaki
52
52. Lamaran?
53
53. Lamaran? (2)
54
54. Apakah Harus Gagal Untuk Kedua Kalinya?
55
55. Beneran Dilamar
56
56. Persiapan Pernikahan
57
57. Sah!
58
58. Malam Penuh Cinta
59
59. Papa, Aku Menyayangimu
60
60. Ken Cemburu (Lagi?)
61
61. Kamu Adalah Rezeki Untukku
62
62. Peta Kehidupan Ken
63
63. Gina
64
64. Hadiah Dari Ibu Mertua
65
65. Perjalanan Ke Paris
66
66. Aku Percaya!
67
67. Rencana Shopping Dengan Ibu
68
68. Shopping Bersama Ibu
69
69. Drop
70
70. Perdebatan
71
71. Gosip Tentang Ken
72
72. Mama Masuk Rumah Sakit
73
73. Bertengkar Dengan Dinda
74
74. Permintaan Tante Wira
75
75. Permintaan Dinda
76
76. Palsu?
77
77. Maaf
78
78. Habibati
79
79. Suamiku Yang Baik
80
80. Berdebat Dengan Elsa
81
81. Pilih Agama
82
82. Ketemu Tante Wira
83
83. Datang Tiba-tiba
84
84. Datang Tiba-tiba (2)
85
85. Perjalanan Pulang
86
86. Pertemuan
87
87. Ragu
88
88. Terimakasih Tuhan
89
89. Posesif
90
90. Maaf Jika Aku Menyusahkan Kamu
91
91. Jaga Jarak

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!