Tertangkap Basah

Kedatangan Yundhi dengan seragam pilotnya ke sekolah tempat Tiara mengajar berhasil membuat Tiara menjadi bahan candaan baik rekannya sesama guru bahkan anak ajarnya yang memang sedang dalam masa pubertas.

Awalnya memang Tiara tak ambil pusing, tapi lama kelamaan dia merasa jengah juga. Bagaimana tidak, banyak gelar yang disandangkan padanya, ibu co-pilot, ibu pramugari, miss pilot, ibu pilot cetar dan lain sebagainya. Benar-benar gelar unfaedah.

"Awas ya manggil daku bu co-pilot lagi pertemanan kita bubar," ancamnya pada Mimi dan Jenny.

Suara tawa Jenny dan Mimi makin menggelegar mendengar ancaman Tiara. Tentu saja mereka tak takut karena Tiara tak akan tahan tidak bicara sehari dengan dua sahabat sedengnya itu.

"Ngiming-ngiming anda nemu dimana tu pilot?" tanya Mimi dengan suara tawa yang di tahan.

"Nemu-nemu, dikira barang. Males deh aku ceritanya, lagian kita juga ga bakalan ada hubungan apapun."

"Bukan ga ada kali jeng, tapi belum, kan katanya mau proper date?"

"Itu pilot udah punya WIL (wanita idaman lain), mau proper date kayak apapun ya ga akan berhasil," ketus Tiara. "Ini cuma permainannya dia, mungkin hanya untuk mengisi waktu," tebak Tiara asal.

"Dari mana anda tahu?" tanya Jenny penuh selidik.

"Dia yang bilang."

"Kalo punya wanita lain, kenapa dia ngajak dikau proper date?" cecar Jenny lagi.

"Jadi udah pernah kencan juga sebelumnya?" sahut Mimi dengan tawa yang sudah reda.

" Ya enggak, lain kali tanya orangnya langsung kenapa dia mau-maunya ngajak gue kencan, masalah pernah kencan sebelumnya, itu bukan kencan, cuma ketemu biasa. Aku kan pernah bilang mau ngambil fd yang jatuh, ya dia orangnya."

"Kok bisa fd anda jatuh ke tangannya?" Jenny semakin gencar, matanya memicing penuh selidik.

"Aaaaargh, anda sekalian itu guru, bukan detektif, nanya mulu, heran beta!"

"Hei anda lupa, detektif juga yang ngajar guru, jadi jiwa kepo kami lebih dahsyat dari detektif, masa anda lupa. Makanya anda berceritalah selengkap mungkin, hilangkan penasaran kami!" Mimi nyerocos sambil menikmati es kelapa mudanya yang tinggal setengah.

"Salah timing anda sekalian, beta lagi malas cerita," tolak Tiara.

"Tapi Ra, daku yakin dikau akan jadian sama tu pilot, percaya deh!" ujar Mimi santai.

"Saya juga yakin Ra, diantara kita bertiga sepertinya andalah yang akan lebih awal bertemu jodoh meskipun umur anda yang paling muda diantara kami," Jenny menimpali.

'Proper date apaan, besok juga paling dia lupa dan hilang dari peredaran.' Tiara membatin.

***

"Fokus Tiara fokus, jangan berharap jangan pernah!" Tiara berkata pada diri sendiri. Dia sempat uring-uringan karena sudah hari keenam tidak ada kabar dari Yundhi, entah sms apalagi telpon. Harusnya dia senang tidak perlu direcoki lagi. Bukan begitu seharusnya?

Seandainya Yundhi tidak datang menemuinya dengan seragam pilot yang membuatnya terlihat tampan ratusan kali lipat mungkin Tiara sudah lupa karena bertemu Yundhi dengan pakaian santai sama sekali tidak meninggalkan kesan untuknya.

'Man in uniform' membuat Tiara beberapa kali, bahkan sering membayangkan wajah Yundhi ketika sedang sendiri. Contohnya saat ini ketika ia harus membuat materi untuk mengajar besok, ia sama sekali belum menemukan referensi yang tepat. Padahal ini bukan hal sulit untuk ukuran mahasiswa dengan IPK tinggi seperti dirinya. 'Apa ini karma beta karena bohongin Mimi Jenny kalau beta tak punya rasa pada Yundhi, akh sial.'

"Bodo amat, untuk kali ini aja, maafkan hamba Tuhan, ga ada jalan lain copas saja, and done."

***

Hari ke tujuh Yundhi menghilang begitu saja tanpa kabar. Tiara sudah pasrah dan menghilangkan harapannya sejauh mungkin untuk kedatangan Yundhi. Tiara meyakinkan dirinya bahwa Yundhi mungkin telah bertemu wanita idamannya.

Mungkin dia cukup bodoh untuk berharap kalau Yundhi bersungguh-sungguh dengan ucapannya tempo hari. Tapi hingga detik ini Yundhi menghilang, membuat Tiara harus kembali ke realita bahwa Yundhi dan dirinya tidak akan pernah menjalin hubunga apapun.

"Selamat pagiiiiii dunia, matahari besar telah terbit, adiknya mataharipun datang. Bagaimana kabar anda sekalian? semoga hari ini dan seterusnya kita selalu bisa tersenyum sehat ceria." cerocos Tiara ketika baru menapakkan batang hidungnya di pintu masuk.

Isi ruangan itu sudah terbiasa dengan kicauan Tiara. Jadi, meskipun Tiara bicara panjang lebar mereka tetap asik menekuni kesibukannya, Mimi yang mengoreksi pekerjaan muridnya, Jenny menonton video kesukaan, Udo Halil memperbaiki printer dan berbagai kegiatan lain yang dilakukan rekan kerja Tiara. Bahkan guru lain juga tetap setia mengobrol satu sama lain meski Tiara datang dengan suaranya.

"Dek Tiara kumat lagi, sia-sialah do'a Udo."

"Do'a yang jelek ga akan di ijabah Do."

Tiara melenggang santai ke arah meja kerjanya. Hari ini moodnya benar-benar baik, semangat mengajarnya berapi-api padahal semalam copas kerjaan punya orang, tidak seratus persen sih karena dia edit lagi.

"Ra, udah ketemu sama pilotnya?"

Brakkk

Mood baik yang sudah Tiara bangun susah payah terasa jatuh berantakan ke dalam jurang yang curam.

"Mimi meme momo, apakah anda tidak punya pertanyaan lain yang lebih bagus lagi?" ujar Tiara dengan suara pelan dan di tekan.

"Ciye....ciye...yang mau proper date, ntar malam minggu lho, pilotnya on the way, masih markirin kapal," sahut Jenny.

"Rese anda sekalian, cukup lah ya, pak pilot mungkin telah bertemu sandaran hatinya, jadi tolonglah saya agar bisa melupakan, dan diantara kami memang tidak akan ada apa-apa baik sekarang, nanti atau di masa yang akan datang, paham anda sekalian?!"

Ocehan Tiara disambut cekikikan rekannya sesama guru. Jenny hanya geleng-geleng kepala mendengar ucapan teman seperjuangannya itu.

"Udah jadi cenayang Ra, bisa ramal diri sendiri?" sindir Jenny dengan nada tanya yang kental.

"Miris daku dengat ucapan anda, belum apa-apa udah mau melupakan, emang tu pilot udah nempel di otak!" sambungnya lagi.

"Jennyyyy, aaaaakh, nonton ya nonton aja, jangan nyaut unfaedah!"

Tiara merengut kesal, mood baiknya terkikis oleh serangan fajar teman seperjuangan. "Harusnya tadi langsung ke kelas aja, sebel."

Tiara menyiapkan perangkat pembelajaran untuk hari ini. Ia telah siap menemui kepala sekolahnya meminta tanda tangan. Setelah membangun kembali moodnya yang tadi berantakan ia mantap melangkah ke luar ruangan.

"Ra titip tanda tangan," ujar Mimi melihat Tiara beranjak sembari membawa berkas.

"Ogah."

***

Jam terakhir pelajaran sebentar lagi akan selesai. Tiara dan Jenny memutuskan sisa waktu akhir pelajaran itu di ruang musik yang menjadi salah satu ruangan yang paling Tiara sukai. Di sana ada banyak alat-alat musik, tapi Tiara paling suka memainkan piano. Kadang dia di daulat menjadi pengiring bahkan pelatih paduan suara para murid sekolahnya.

Seperrti saat ini, Tiara telah mendudukkan badannya di kursi piano kegemarannya. Jenny duduk di kursi lainnya sambil memainkan gitar dengan asal.

"Main lagu apa ya enaknya?" ujar Tiara sambil menscroll ponsel mencari referensi lagu.

"Kalau siang-siang gini enaknya yang selow dong Ra," usul Jenny yang masih setia dengan gitarnya.

"Yang selow melow gitu maksudnya? Jangan dong, nanti malah ngantuk."

"Ya ga juga, banyak kan lagu selow tapi liriknya bikin bangun, contoh, misalnya Aerosmith, yang I Don't Wanna Miss a Thing. Terus lagu-lagunya band Letto juga, selow tapi ga bikin ngantuk."

"Oke, Letto aja kalau gitu."

***

Yundhi sampai di rumahnya tepat pukul satu dini hari setelah menyelesaikan tugas. Keadaan rumahnya telah sepi dan gelap. Hanya sebuah lampu di ruang keluarga yang menyala temaram.

Ia ingin langsung beristirahat, tapi niatnya tertunda ketika Omanya membuka pintu kamar.

"Baru pulang ya?"

"Iya Oma, Oma kenapa keluar?"

"Oma pengen nyari udara segar, rasanya di kamar agak pengap."

"Kok pengap sih oma, kan ada AC, apa Oma sakit?"

"Om baik-baik aja Yundhi," sambil menarik tangan cucunya ke arah ruang keluarga, Oma Ranti ingin mengobrol sebentar dengan Yundhi.

"Jadi gimana?" tanya oma Ranti seteh berhasil mengajak Yundhi duduk di sofa.

"Gimana apanya?"

"Kamu sama Tiara?"

"Masih jauhlah Oma, baru juga ketemu sekali."

"Kok baru sekali sih?"

"Baru juga kenal, belum dua minggu, kita sama-sama sibuk juga, oma kan tahu dia ngajar sambil kuliah."

"Tapi gimana menurut kamu Tiaranya?"

"Yundhi belum bisa nilai Oma, masih samar-samar."

"Ck, kamu gimana sih, jangan lelet dong, nanti ada yang nikung! Tiara udah pasti gadis baik, kalau enggak mana mau dia nganter Oma sampai rumah, kalau gadis lain pasti Oma tidak diacuhkan. Seorang gadis kalau bisa memperlakukan orang tua dengan baik, artinya dia wanita yang baik juga. Dia tidak meminta imbalan, meski dari penampilan saja dia bisa tahu Oma orang berada, iya tidak?"

Yundhi hanya mengangguk setuju.

"Iya oma, makanya besok rencananya Yundhi mau ngajak Tiara keluar."

"Beneran ya?"

"Beneran, masa Yundhi bohong."

Oma Ranti tampak bahagia mendengar ucapan cucunya. Yundhi tak menyangka Omanya akan sesenang itu mengetahui kalau dia akan kencan dengan Tiara. Mungkin saat ini dia tidak punya perasaan apapun untuk gadis yang ia kenal barbar itu.Tapi demi Omanya, orang yang sangat mempedulikannya ketika orang tuanya sibuk oleh urusan mereka masing-masing, Omanyalah yang mengurus dan merawat Yundhi. Wajita itu punya andil besar dalam hidupnya.

Tidak bisa ia pungkiri juga, Omanya banyak berperan mendamaikan Yundhi dengan orang tuanya karena pernah marah pada mereka.

"Ya udah sekarang kamu tidur, biar seger besok ketemu Tiara, oma juga mau tidur lagi, kayaknya udah ga pengap."

Yundhi mengantar sang Oma sampai depan pintu kamar, setelah itu ia melanjutkan langkahnya menuju kamarnya di lantai dua.

Tiara? Apa istimewanya gadis itu?

***

"Mumpung cuma ada kita berdua nih Ra, mending cerita deh dirimu dengan tu pilot!"

Tiara memainkan tuts piano dengan asal, menghasilkan suara yang tidak enak di dengar, kemudian ia menarik napas dalam.

"Kalau bukan karena neneknya dia mana mau ketemu aku Jen."

"Maksudnya?" mendengar Tiara memakai sebutan 'aku' artinya ia sedang bicara serius hingga Jenny memfokuskan diri mendengarkan sahabatnya itu.

"Aku ga sengaja nolongin neneknya di mall, beliau minta tolong di anterin pulang. Ya udah aku anter, taunya sampai rumah neneknya minta kami jadi pasangan."

"Oooh gitu jadi karena permintaan, tapi perasaan kamu gimana ke dia?" tanya Jenny hati-hati.

"Ga yakin juga sih, dia memang high quality, cowok idaman banget, tapi aku juga belum tahu baik buruknya dia."

"Kalau misalnya dia memenuhi syarat lo, gimana?"

Tiara tersenyum samar.

"Ya gimana, let it flow aja. Aku ga mau berharap terlalu tinggi, jatuhnya nanti sakit."

"Kalau dia nembak lo?"

"Mustahil."

"Ra, umpama ni, itu benar terjadi, apa lo bakal terima dia?"

Tepat setelah Jenny bertanya Yundhi tiba di ujung pintu tanpa disadari dua sosok sahabat yang sedang saling curhat itu.

"Aku belum yakin, dia ngaku punya wanita lain yang mau dikenalkan ke Omanya, aku menjaga diri agar tidak jatuh cinta terlalu dalam, gimana jadinya nanti kalau wanitanya kembali, ya aku yang di depak." ungkap Tiara kecewa.

"Tapi kamu pernah mikirin dia kan, beberapa hari kemarin kamu sering ga fokus lho."

"Keliatan ya Jen? Bohong memang kalau ada cewek yang ga tertarik, tapi aku juga kayaknya ga layak deh buat dia, aku tahu diri lho. Mulai saja dari rumahnya, apalagi kalau kita ulik latar belakangnya, profesinya saja udah bikin aku minder, dia sudah aku hapus dalam ingatanku sekarang," jawab Tiara sambil membuka ponsel membrowsing sesuatu di google.

Jenny tiba-tiba melihat ke arah Yundhi, dan Yundhi segera memberi kode dengan menaruh telunjuk di depan bibirnya.

"Ssstt, tanya terus!" ucapnya tanpa suara.

Jenny mengangguk mengerti, untungnya para siswa masih di kelas hingga tidak gaduh dengan kedatangan Yundhi.

"Kamu ngapain?"

"Nyari lirik Letto yang Sandaran Hati. Kamu lho yang minta Letto tadi."

"Katanya udah di hapus dari ingatan, kenapa sekarang jadi sandaran hati."

"Bukan berarti aku ngasih hatiku semua ke dia kali, apa sih, kenapa jadi ngelantur. Ini juga lagu judulnya gitu kali." bela Tiara sambil meletakkan ponselnya di atas sandaran.

"Satu lagi, apa lagi yang lho suka dari tu cowok? Jawab yang jujur, baru lo boleh nyanyi!"

"I like his smile, memorable Jen, hahaha norak ya?"

Tiara mulai memainkan jari-jari lentiknya di atas tuts piano. Membuat harmonisasi nada sesuai kunci nada lagu yang akan dinyanyikannya

***Yakinkahku berdiri di hampa tanpa tepi

Bolehkah aku mendengarmu

Terkubur dalam emosi tanpa bisa bersembunyi

Aku dan nafasku merindukanmu

Terpurukku disini teraniaya sepi

Dan ku tahu pasti kau menemani

Dalam hiduku kesendiriannku****

Jenny melangkah keluar tanpa suara agar Tiara tidak menyadari kepergiannya. Dia menghampiri Yundhi dan menerima dua jari jempol Yundhi terangkat sambil berkata "Oke, thank you" tanpa suara lagi.

Teringat ku teringat pada janjimu ku terikat

Hanya sekejap ku berdiri kulakukan sepenuh hati

Peduli ku peduli siang dan malam yang berganti

Sedihku ini tak ada arti jika kaulah sandaran hati

Kaulah sandaran hati

Tiara berhenti, memejamkan matanya sejenak, mengatur nafasnya agar kembali normal. Lagu itu adalah ungkapannya untuk Yundhi, laki-laki yang akhir-akhir ini berseliweran dalam otaknya.

Lupakan!

"Saya baru tahu kalau jadi sandaran hati kamu?"

Tiara mengetuk-ngetuk kepalanya dengan tangan dengan kepala tertunduk, "kok bisa aku ngayal sejelas ini sih?" Tiara kembali menggerak-gerakkan pinggir telinganya cepat.

"Ini bukan khayalan, saya nyata ada di sini."

Tiara tertegun, mencerna suara yang barusan ia dengar. Pandangannya tertuju pada kursi yang tadinya di tempati Jenny. Kosong.

Gue di kerjain, tapi sejak kapan?

"Awas kamu Jen," ucapnya dengan nada kesal.

Segala rasa bercampur baur merasuki jiwa raga Tiara, malu, kaget, marah, senang dan entah rasa apalagi.

Tiara berusaha menormalkan nafas dan jantungnya yang kini bekerja tidak karuan. Ia masih tidak berani berbalik arah melihat Yundhi. Untuk kali ini dia mengakui dirinya tertangkap basah.

"Apa tadi kamu bilang, kamu suka senyum saya?"

Terpopuler

Comments

Caramel Latte

Caramel Latte

auto ikutan nyanyi😁dalam hati tapi, takut yang lain terbangun😌

2023-02-03

0

Moms Rafialhusaini 🌺

Moms Rafialhusaini 🌺

haaahaaa bener2 ketangkep basah miss Tiara

2020-08-16

1

Kevin Arrazka ZhafraQuan Aqilla

Kevin Arrazka ZhafraQuan Aqilla

auto ikut nyanyi...

2020-07-25

1

lihat semua
Episodes
1 Cari Jodoh Seperti Cari Sepatu
2 Dia adalah Yundhi Edward Prasetya
3 Teacher Meets Pilot
4 Tertangkap Basah
5 Proper Date
6 Proper Date 2
7 Resepsi
8 Resepsi 2
9 Bukan Tahun Ini
10 Ceritanya
11 Pertemuan
12 Interview
13 Bukan Mantan
14 Sakit
15 Keyakinan
16 Calon Orang ke Tiga
17 17
18 Dia Kembali
19 Bersamaan
20 Graduation
21 Wanita Toilet
22 22
23 Jendos vs Duren
24 Salah Kostum, Lagi
25 25
26 Guru Baru
27 Just Talk
28 Jangan Libatkan Perasaan
29 Ditinggalkan
30 Pergi
31 Sakit
32 Keluarkan!
33 Kenyataan Lain
34 Blank
35 Jeda
36 Menemukanmu
37 Perhitungan
38 Gegara Kartu
39 Kecolongan
40 Baikan
41 Trauma
42 Belum Kelar
43 Home, is You
44 Brankar Talk
45 Gerimis dan Kencan Mendadak
46 Janji
47 Farewell Party
48 Helma
49 Drive Me Crazy
50 Cleopatra
51 Emma
52 Dinner
53 Rival
54 Kabar Gembira
55 Honeymoon (extra part)
56 Mustahil Nentang
57 Unpredictable Moment
58 Another Extra Part
59 Baby Moon
60 End, Wait For Season 2
61 61
62 62 Serangan
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67 Surprise
68 68
69 Chash When Teacher Meets Pilot
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 Masa Lalu
76 76
77 77
78 This Pilot Meets His Teacher 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84 Ceritanya Sensitif
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 94
95 95
96 Pengumuman
97 96: Bucinnya Yundhi
98 97: Bucinnya Tiara
99 Final Extra Part
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Cari Jodoh Seperti Cari Sepatu
2
Dia adalah Yundhi Edward Prasetya
3
Teacher Meets Pilot
4
Tertangkap Basah
5
Proper Date
6
Proper Date 2
7
Resepsi
8
Resepsi 2
9
Bukan Tahun Ini
10
Ceritanya
11
Pertemuan
12
Interview
13
Bukan Mantan
14
Sakit
15
Keyakinan
16
Calon Orang ke Tiga
17
17
18
Dia Kembali
19
Bersamaan
20
Graduation
21
Wanita Toilet
22
22
23
Jendos vs Duren
24
Salah Kostum, Lagi
25
25
26
Guru Baru
27
Just Talk
28
Jangan Libatkan Perasaan
29
Ditinggalkan
30
Pergi
31
Sakit
32
Keluarkan!
33
Kenyataan Lain
34
Blank
35
Jeda
36
Menemukanmu
37
Perhitungan
38
Gegara Kartu
39
Kecolongan
40
Baikan
41
Trauma
42
Belum Kelar
43
Home, is You
44
Brankar Talk
45
Gerimis dan Kencan Mendadak
46
Janji
47
Farewell Party
48
Helma
49
Drive Me Crazy
50
Cleopatra
51
Emma
52
Dinner
53
Rival
54
Kabar Gembira
55
Honeymoon (extra part)
56
Mustahil Nentang
57
Unpredictable Moment
58
Another Extra Part
59
Baby Moon
60
End, Wait For Season 2
61
61
62
62 Serangan
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67 Surprise
68
68
69
Chash When Teacher Meets Pilot
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
Masa Lalu
76
76
77
77
78
This Pilot Meets His Teacher 78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84 Ceritanya Sensitif
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
Pengumuman
97
96: Bucinnya Yundhi
98
97: Bucinnya Tiara
99
Final Extra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!