4 Tahun yang lalu
Selena:
Katanya mau serius sama aku, mana buktinya?
Aku tunggu kamu di kos.
Mata Tiara mengembun seusai membaca pesan singkat yang dikirim seorang wanita dengan id Selena di ponsel milik pacarnya, Ivan. Saat itu Tiara menemani Ivan bermain basket dengan teman-temannya di lapangan kampus setelah menyelesaikan mata kuliah sorenya. Ivan menitipkan barang-barang pribadinya pada Tiara yang duduk di bangku penonton termasuk ponsel.
Layaknya pasangan baru yang tengah kasmaran, kemanapun Ivan pergi, ia pasti mengajak Tiara. Dua hari setelah mereka resmi berpacaran, Ivan memberikan Tiara sebuah cincin sebagai tanda pengikat hubungan mereka. Awalnya Tiara menolak karena tidak ingin menikah sebelum menjadi sarjana, tapi dengan komitmen yang di buat Ivan bahwa dia akan menikahi Tiara setelah mereka menyelesaikan kuliah, Tiarapun menerima cincin itu dan tidak merasa curiga sedikitpun pada ajakan Ivan.
Hingga Tiara membaca pesan singkat itu, Tiara sadar bahwa mungkin Ivan tidak hanya berkomitmen dengan dirinya saja, mungkin setiap wanita yang ia kencani dijanjikan hal yang sama.
"Selena nungguin kamu di kosnya, have fun, kita selesai."
"Tiara! Apa maksud kamu?"
"Maksud aku? Ya kamu samperin Selena sana, dia nungguin lho, kasihan!" jawab Tiara dengan nada sindiran yang kental.
"Selena? Selena siapa? Aku ga kenal cewek yang kamu sebut namanya itu." Ivan harus bicara sedikit keras agar Tiara mau mendengarnya. Ia juga berusaha mensejajarkan langkah mereka karena Tiara berjalan secepat yang ia bisa.
"Jangan berlagak pilon deh, kamu ngasih aku cincin, komitmen, dan hal yang sama juga sama cewek-cewek yang kamu kencani, iya kan?"
"Aku bisa jelasin, kamu jangan asal tuduh, jangan ambil kesimpulan seenaknya, Tiara!"
"Kamu mau jelasin apa? Jelas-jelas cewek itu minta keseriusan kamu yang mungkin udah kamu janjikan jauh sebelum kamu bilang suka sama aku."
"It's love Ra, bukan suka, aku cinta sama kamu!"
"SHUT UP! Berhenti ngikutin aku, please, kita selesai."
Tiara kembali melanjutkan langkahnya dan sama sekali tidak ingin bicara apapun lagi dengan Ivan.
"Tiara!"
Tiara bergeming, dia terus melanjutkan langkahnya meski Ivan meneriakkan namanya hingga menarik perhatian orang-orang sekitar.
Baru saja ia memulai sebuah hubungan yang ia harapkan dengan cinta pertamanya, hatinya dikecewakan dengan kenyataan Ivan play boy cap kadal, tapi Tiara bersyukur ia mengetahuinya di awal hubungan mereka.
Tanpa berpikir dua kali, Tiara memutuskan hubungannya dengan Ivan secara sepihak.
Meski berulang kali meminta maaf dan mengajak balikan, Tiara tetap menolak permintaan Ivan. Di kampus pun ia dan Ivan sempat main kucing-kucingan agar tidak saling bertemu membuat Tiara beberapa kali harus bolos di mata kuliah tertentu yang ada Ivan di dalamnya. Jangankan bicara, melihatpun Tiara tidak akan sudi. Begitulah ia kalau sudah marah, haram baginya memberi kesempatan kedua pada orang yang telah berkhianat padanya.
Sejak saat itu Tiara tidak pernah lagi menerima ajakan untuk berpacaran dari lelaki manapun. Cukup satu kali ia di bodohi.
***
Tiara mengambil nafas dalam sebelum mengetuk pintu ruang kepala sekolah. Hari ini ia ingin membicarakan mengenai rencananya menerima tawaran mengajar di tempat lain. Memang agak sulit meminta izin sesuatu jika itu menyangkut kepentingan pribadi pada bapak kepala sekolah berbadan besar dan berbobot 100 kg itu. Jika sedang apes pasti akan langsung di beri jawaban 'maaf, saya tidak jualan izin.'
Tapi jika menyangkut kepentingan sekolah tentu akan selalu mudah. Anehnya dulu Yundhi dengan mudahnya mendapat izin kepseknya ketika akan berkencan tempo hari. Ada apa sebenarnya?
"Permisi pak, boleh masuk?"
"Bu Tiara, silahkan, tumben in time, biasanya on time 07.30."
"Iya, pak. Ada yang mau saya bicarakan."
"Jadi, bulan apa?"
Tiara terkejut kepala sekolahnya telah tahu terlebih dulu perihal wisudanya bahkan sebelum ia bercerita.
"Bulan ini pak, tepatnya akhir bulan."
"Wah, cepat juga bu Tiara, apa benar-benar sudah siap?" pak Sahrul bicara penuh senyuman seakan menggoda, tidak biasanya, kaku dan penuh wibawa.
"Siap dong pak, empat tahun lho saya nyari masa ga siap."
"Yaah, yang penting nanti bu Tiara bisa membagi waktu, kalau bisa jangan berhenti mengajar di sini. Kasihan anaka-anak, nanti galau." Sahrul tersenyum simpul di akhir kalimatnya. "Tapi maaf saya tidak bisa beri izin lebih dari seminggu."
Wajah Tiara mendadak keheranan, baik sekali kepala sekolahnya memberi izin seminggu hanya untuk acara wisuda.
"Baik banget sih pak, sehari juga cukup kok."
"Ibu Tiara yakin cuma sehari? Bu Ainul saja yang persiapannya jauh-jauh hari minta izin sampai sebulan."
Tiara langsung teringat rekan mengajarnya, Ainul, yang beberapa waktu lalu melaksanakan pernikahan.
"Kalau untuk wisuda memang cukup sehari kan pak, ngapain wisuda sampai seminggu."
Tiara menjawab pertanyaan kepala sekolahnya agak sedikit terbata. Ia sekarang menyadari bahwa pembicaraan mereka ternyata beda arah alias tidak nyambung.
"Lha, memang dari tadi bu Tiara niatnya mau ngomongin masalah wisuda?" Tiara mengangguk pelan, "Bukan tentang pernikahannya dengan nak Yundhi?" imbuhnya lagi.
"Hah?!"
Kali ini Tiara terkejut bukan main. Dia curiga kepala sekolahnya punya indra keenam sehingga bisa mengetahui kejadian yang menimpa staffnya. Buktinya kepala sekolahnya sudah lebih dulu tahu bahwa Yundhi mengajaknya menikah tanpa ia ceritakan.
Sambil memainkan tutup pulpen yang sedari tadi di tangannya, Tiara ingin sekali bertanya dari mana kepala sekolahnya itu bisa menyinggung tentang pernikahan yang bahkan baru tadi malam ia bahas dengan Yundhi, itupun belum resmi.
***
Tiara menghempaskan tubuhnya kasar di atas kursi kerjanya. Sungguh satu hal yang luar biasa yang baru ia dengar secara langsung dari pak Sahrul. Pantas saja Yundhi dengan mudahnya mendapat izin mengajaknya keluar tempo hari, ternyata ayah Yundhi adalah teman dekat pak Sahrul, ia juga berjanji akan ikut mengisi acara sebagai narasumber pada kegiatan seminar meningkatkan motivasi minat belajar siswa yang akan dilaksanakan minggu ini. Benar-benar hubungan simbiosis mutualisme.
Dampak positif lainnya dari hubungan itu, Tiara juga di perbolehkan datang ke sekolah hanya pada jam mengajar saja, jadi ia bisa leluasa menerima tawaran mengajar di tempat lain. Untuk yang satu ini Tiara mengacungkan dua jempolnya untuk pak Sahrul, kepsek ter the best.
"Panjang umur ni." Tiara menggeser tombol hijau pada ponselnya setelah melihat nama Yundhi tertera di sana. " Hallo!"
"Lagi di mana?"
"Di pasar, ya di sekolah lah." suara Tiara terdengar sedikit ketus.
"Kenapa gitu suaranya?" tanya Yundhi seramah mungkin, ia takut jika penyebab nada ketus Tiara adalah ulahnya.
Tiara tidak suka dan sama sekali bukan orang yang pintar basa-basi, jangan harapkan kata-kata yang romantis bisa keluar dari bibir manisnya.
"Kamu ngga bilang mau jadi narasumber buat acara seminar nanti," tanyanya to the point. "Pak Rul juga kenalan keluarga kamu, kamu nggak cerita." imbuhnya lagi.
Tiara baru menyadari dia selama ini di kelilingi orang-orang yang dekat dengan Yundhi, mulai dari mba Elok yang memintanya jadi kepala sekolah TK, pak Sahrul kepseknya sendiri, Oma Ranti dan entah siapa lagi nanti orang yang ada dalam hidupnya ternyata orang yang dekat dengan Yundhi juga.
Yundhi yang mendengar pertanyaan Tiara hanya tersenyum kecil, dia sudah menduga Tiara akan menanyakan hal ini.
"Oh, itu masalahnya. Itu sebagian usaha aku biar bisa bawa kamu keluar dari sekolah, lagian kita juga baru, belum sempat bahas masalah ini, ya kan?"
"Iya sih." Tiara memijit pelipisnya merutuk dalam hati tindakannya yang gegabah yang langsung memarahi Yundhi tanpa berpikir lebih dulu. Entah karena trauma masa lalu atau karena dia memang tidak tahu cara menghadapi pasangan dengan benar karena memang dia sudah lama menjomblo, jadi Tiara tidak bisa membedakan cara untuk bersikap pada orang lain dan pada pacar.
"Ra, Yundh..." Tiara maupun Yundhi sama-sama menyebut nama pasangan mereka secara bersamaan.
"Lady's first, kamu mau ngomong apa, hm?"
"Oke dengerin, mungkin ini bisa jadi pertimbangan kamu, aku bukan cewek romantis, cenderung judes, ngga pinter basa-basi, keras kepala bahkan mungkin cuek dan segudang kekurangan lain yang aku punya, apa kamu yakin mau lanjutin hubungan ini?"
Hening menyapa sejenak sebelum salah satu di antara mereka bersuara.
"Aku ga masalah kalau kamu mau kita berhenti sekarang, sebelum hubungan ini terlalu jauh," ungkap Tiara panjang lebar. Ada rasa lega yang menjalari hatinya. Ia merasa lebih baik jika mengungkapkan kekurangannya di awal hubungan mereka daripada nanti Yundhi kompalin jika mereka benar-benar menikah.
Walau bukan tipe gue, gue lebih suka cewek yang kayak gini, apa adanya, ngga munafik kayak cewek kebanyakan yang gue kenal. Ngga manja, ga nuntut minta ini itu. Fix, gue bakal nikahin dia.
"Sebutin aja semua kekurangan kamu, tapi maaf aku ngga akan mundur, aku malah semakin yakin dengan aturan yang aku buat."
"Aturan? Aturan apa?"
"Tidak ada kata putus di antara kita, paham?"
"..."
Tiara membisu, tidak ada kata yang keluar dari bibirnya. Dia sungguh tidak menyangka Yundhi akan seserius ini menjadikannya pacar bahkan calon istri. Dalam hati ia berjanji akan memperbaiki sikapnya pada orang terkasih.
"Kalau kamu diam artinya kamu setuju, deal. Nanti jam berapa aku jemput ketemu oma?"
"Jam 7 aja, jemput dirumah."
"Kenapa ga sekalian aku jemput di sekolah?"
"Aku bawa motor."
"Kan bisa minta tolong Jenny bawa motor kamu pulang."
"Jangan bawel, aku ga mau keluar sama kamu pakai seragam lagi. O ya, nanti ingetin aku, jaket kamu yang aku pakai tempo hari."
"Simpan deh buat kamu, kayaknya cocok kalau kamu yang pakai."
Tiara tertawa, mendengar kata-kata Yundhi membuatnya teringat kejadian ketika ia tiba-tiba di peluk pria mabuk.
"Kenapa ketawa?"
"Ngga, inget aja kejadian itu, udah pakai jaket kebesaran, tertutup pula, masih aja dikira kupu-kupu malam."
Dalam hati Yundhi kesal teringat video bagaimana Tiara berusaha melepaskan diri dari pelukan pria mabuk yang menyerangnya, tapi juga bersyukur kejadian itu tidak menjadi beban berat untuk Tiara, "kalau aku tugas, kamu jangan keluar rumah sendiri, ngga boleh!"
"Kalau yang itu aku ga janji, udah ya udah bel masuk daaaaah."
"Tiar..."
Tiara menutup telpon secara sepihak, tersenyum puas bisa mengerjai kekasihnya sendiri. Di seberang Yundhi menggerutu kesal sekaligus geregetan, tapi akhirnya tertawa, senyum-senyum sendiri dengan tingkah pecicilan Tiara. Baru kali ini ia mendapati wanita yang terang-terangan mengungkapkan kekurangannya di banding kelebihan yang di miliki. Tanpa sadari Yundhi menjitak ponselnya yang menunjukkan wajah Tiara yang tertidur pulas. Dasar!
***
"So....?" Jenny memandang penuh antusias menunggu seorang Tiara menceritakan kisah cintanya semalam yang menghebohkan penduduk jagat maya.
"So apaan, soto, somay, sossis."
Mimi yang mendengar jawaban asal Tiara bereaksi lebih cepat.
Tak
"Aduh." Tiara mengelus dahinya yang mendapat pukulan sendok stainless dari tangan Mimi.
Mereka kini duduk di sebuah warung mi ayam hijau yang letaknya di sebuah kompleks pertokoan pinggir jalan.
"Jangan betingkah, buruan cerita!"
Tiara menarik nafas dalam, ia paham dua makhluk itu sangat lapar dahaga dengan sebuah kisah percintaan karena bertahun-tahun bersama, kini Tiaralah sang pembuka gembok kutukan jomblo yang mereka sandang.
"Ya seperti yang anda sekalian lihat di instagram, kami udah resmi jadian," ucap Tiara memulai cerita.
Mendengar kalimat Tiara Mimi mesem-mesem sambil memegang pipi dengan kedua tangannya, Jenny menangkup kedua tangannya menopang dagu.
"Awalnya gimana Ra?"~Jenny sambil tepuk tangan
"Iya, resminya itu gimana?"~Mimi sambil menggoncang-goncang bahu Tiara
"Siapa yang nyatain duluan?"~Jenny sambil meraih tangan Tiara
"Yundhi bilang apa pas nembak kamu?"~Mimi sambil memeluk sebelah tubuh Tiara
"Iiiiiiiiih satu-satu , jangan peluk deh, gerah, aneh Mimi ih."
Mimi dan Jenny tertawa lebar melihat tingkah Tiara yang menunjukkan wajah kesal sambil mengerucutkan bibirnya.
"Jadiannya di mobil, di tengah jalan pas mau ke acara resepsi, Yundhi yang nyatain, bilangnya kita resmi jadian. Udah, puas."
"Ada adegan lain ga Ra, semisal Yundhi ngerem mobil, terus meluk-meluk, nyium gitu."
Tu kan mulai penyakit kepo akut stadium tak terbatas dua orang ini, masa yang gitu-gitu harus di ceritain juga, ya Allah.
"Kagak ada, situ harepin saya celaka?"
"Misi mba, pesanannya." pelayan warung menyela obrolan norak tiga wanita pengajar itu.
Selamet selamet selamet, makasi bang udah dateng di waktu yang tepat.
"Udah, daku mau makan dengan khidmat, oke, paham kan?"
"Oke, dikau yang bayar, deal."
Mimi dan Jenny bertos ria, Tiara melepas garpu dan sendok memandang mereka geram. Kamvret kalian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Devi Handayani
kempreettt surempvreettttt ya raaa😆😆😆
2022-10-31
0
Wiwit Lestari
Bagus ceritanya santai lagi.... Lanjut....
2021-01-10
1
Widiya thea
ceritanya seru thor..
2020-08-03
1