Teacher Meets Pilot

'Coba kita lihat apa sih isi flashdisk ini!'

Yundhi menekan-nekan tombol yang tertera di layar laptopnya melalui mouse yang melekat di tangan kanannya.

"Perangkat Mengajar"

"Tugas Kampus"

"Makalah dan..."

Klik

"Foto saat ulang tahun?"

Yundhi mengklik satu per satu foto koleksi milik Tiara yang tersimpan di salah satu folder.

"Manis"

***

"Ra, mau langsung pulang?" tanya Jenny yang menghampiri Tiara di parkiran.

"Engga, mau ngambil flashdisk aku ni, yang jatuh kemarin, emang kenapa?"

"Ga ada sih, sapa tahu anda mau jejong-jejing dikit, bulan ini banyak premier film bagus masalahnya."

"Daku pengen sih say, tapi lagi buru-buru nih, ntar kalau udah kelar daku kumpulkan skripsi daku, kita nonton deh ama Mimi juga."

"Sip lah, mumet beta bejibaku dengan admin kelas-admin kelas mulu."

"Daku apalagi say, iya deh, jalan dulu ya, bye!"

Tiara melaju motor empat taknya menuju gerbang sekolah. Dia akan bertemu Yundhi di tempat yang sudah di tentukan Yundhi sendiri dan akan mengambil flashdisknya yang terjatuh di mobilnya kemarin.

"Ampun, minta ketemuan di tempat mahal lagi, ****** gue, mana kantong jebol, Tuhan selamatkan hambamu dari orang yang minta traktiran, aamiiin!"

Dengan langkah malas Tiara memasuki kafe yang menjadi tempat pertemuannya dengan Yundhi. Tanpa sibuk mencari orang yang ia caripun bisa langsung tampak karena kondisi kafe yang terbilang sepi.

Tak perlu merasa harus di persilahkan Tiara menarik kursi kafe dan mendaratkan bokongnya mengambil posisi ternyaman. Yundhi yang tadinya tertunduk membaca menu seketika mendongak melihat makhluk yang datang tiba-tiba itu.

"Salam dulu kek, apa kek, main nyelonong aja, kamu beneran guru?" serang Yundhi ketus. Pria ini benar-benar tidak ada manisnya.

"Siang jelang sore, dan benar saya guru merangkap mahasiswa semester akhir, tidak seperti anda yang jobless, dan tolong flasdisk saya di kembalikan!" cecar Tiara.

"Ck, setelah saya tolong kamu masih bisa bersikap barbar seperti ini, apa tidak tahu terima kasih namanya?" skak Yundhi.

"Apa saya harus bersikap manis pada orang yang jelas-jelas tidak suka pada saya? Maaf, saya bukan orang munafik."

Yundhi melempar buku menu yang ada di tangannya. Sekilas ia tertawa kecil menghadap ke bawah.

"Mungkin, mungkin saja kalau sikapmu lebih manis saya akan 0,1% merasa suka, mau mencoba?"

Fix, mereka berdua memang tidak ada uang memiliki sifat manis sekarang.

Tiara memutar mata jengah. Sebenarnya ia bukannya tidak mau bersikap manis, tapi lebih takut kemungkinan permintaan Yundhi untuk ditraktir di kafe yang harga makanannya setara gaji Tiara sebulan. Jadi, daripada kenanjebakan batman lagi, lebih baik dia mempersingkat pertemuan mereka.

"To the point deh, apa permintaan anda dan kembalikan flashdisk saya, tolong, karena setelah ini saya ada kelas di kampus!" ujar Tiara sedikit memelas. Sebenarnya pun dia berbohong, Tiara telah menyelesaikan sidang skripsi jadi dia tidak ada kuliah sama sekali. Tapi jika boleh memilih, ia ingin segera angkat kaki dari kafe itu.

"Santai lah, kita makan dulu, saya belum makan karena bela-belain kesini ketemu kamu."

Tu...kaaaan, ujung-ujungnya minta ditraktir nih, Tuhan ampuni hamba yang tak tahu diri tapi tolong keluarkan hamba dari tempat ini dengan selamat. Selamat kantong, selamat harga diri.

"Saya sudah makan, silahkan anda makan dengan tenang, dan berikan saja flashdisknya, saya akan pergi, gampang kan?"

Yundhi memutar otak untuk meladeni sikap keras kepala Tiara, padahal biasanya para wanita berebutan ingin makan semeja dengannya. Untuk pertama kalinya ada wanita yang enggan semeja dengan Yundhi Edward Prasetya.

Yundhi mengangkat tangannya memanggil pelayan dan akan memesan makanan.

"Saya pesan steak well done, jus alpukat, dan gellato untuk dessert." Ujar Yaris

Seketika itu juga lutut Tiara terasa lemas mendengar nama-nama menu yang Yundhi sebutkan. Mahal untuk ukurannya.

"Terus mbaknya mau pesan juga?" tanya sang pramusaji.

"Ga mas, saya ga pesan."

"Buatkan saja doble sesuai pesanan saya." Yundhi menyela.

Mata Tiara membulat, sedetik kemudian kepalanya tertunduk di topang kedua tangannya, meratapi nasib dengan apa dia harus membayar makanan itu nanti, perutnya seakan di lilit tali tambang.

"Situ seneng ya nyusahin orang?" Tiara sarkas.

"Bukannya kamu yang nyusahin saya." Yundhi menyerang balik.

"Kalau mau makan, makan aja sendiri, kenapa saya di buat ikut-ikutan?"

"Pertama, saya bukan laki-laki pecundang yang membiarkan wanita menonton saya makan, kedua, saya bukan jobless seperti yang kamu tuduhkan, ke tiga, di sini kamu yang memerlukan saya jadi ikuti aturan saya."

"Kalau bukan jobless, kenapa minta traktir kayak gini? saya sibuk, tinggal kasih barang punya saya apa susahnya sih? Itu barang kecil hanya tinggal kamu sodorkan."

"Hei, saya tidak pernah bilang mau ditraktir, semua makanan yang saya pesan akan saya bayar sendiri, hoho ternyata itu yang bikin kamu ketakutan dari tadi!" skak Yundhi dan tepat sasaran.

Tiara mati kutu, salah tingkah menahan malu. Hawa panas menerpa wajahnya mengisyaratkan air matanya akan keluar dari sarang. Dia ga tau aja gaji guru honorer, akh, sial. Tanpa berpikir dua kali Tiara mengangkat tubuhnya hendak pergi meninggalkan Yundhi. Bodo amat masalah flashdisk.

Dengan cepat Yundhi meraih lengan Tiara hingga membuat Tiara tertahan.

"Duduk!!!"

"Kita akan bicarakan masalah Oma." Yundhi bicara pelan dan penuh penekanan.

Mata Yundhi dan Tiara berpandangan tepat di manik masing-masing. Sekilas Yundhi melihat butiran bening yang memenuhi sudut mata Tiara dan segera mengalihkan pandangannya. Ia yakin Tiara akan semakin tidak suka jika ia ketahuan menangis.

Tiara menyentak tangan Yundhi dan mengalah, setelah mendengar nama Oma disebut, ia teringat kejadian kemarin.

"Katakan, apa mau kamu?!"

"Saya minta kita melakukan apa yang Oma saya mau?"

Tiara yang sedari tadi menatap ke sembarang arah untuk menyamarkan air matanya menatap kembali pada sosok Yundhi.

"Buat apa, kamu ga suka sama saya?"

"Memang, tapi karena Oma, demi dia, saya akan melakukan apa yang dia minta. Dan lagi pula saya sudah punya janji dengan seseorang."

"Janji?"

"Yang itu kamu ga perlu tahu."

Tiara menarik napas dalam. Dia merasa melihat sisi lain Yundhi, nada bicaranya berubah dan melembut saat Yundhi membahas masalah yang menyangkut Ranti. Apa oma Ranti adalah kelemahan Yundhi?

"Kenapa tidak kenalkan wanita lain? Pacar kamu atau siapapun, melihat tampang flamboyan kayak kamu ga akan ada wanita yang nolak, gampang kan, problem solved."

"Saya juga maunya seperti itu, sayangnya wanita yang mau saya kenalkan pada Oma sekarang tidak di sini, dan saya juga penasaran kenapa Oma saya bersikeras ingin saya menikah sama kamu."

"Ga ada pernikahan ya." Tegas Tiara. "Lagian kenapa ga tunggu wanita kamu balik?"

"Saya tidak suka ketidak pastian."

"Memang wanita yang kamu suka itu kemana, jadi TKI?" Tiara makin gencar. Ia penasaran wanita seperti apa yang di sukai Yundhi.

Yundhi tertawa lebar, "selera humor kamu bagus, tapi kita ga perlu bahas dia, bisa?"

"Cih, terus sekarang ...?"

"Saya mau kita kencan!" Yundhi to the point.

Jujur dalam hati Tiara berteriak kegirangan, untuk pertama kalinya setelah empat tahun ada pria yang mengajaknya berkencan lagi, tapi kali ini pria itu tidak punya rasa padanya. Cepat-cepat Tiara membuyarkan rasa girangnya.

Lantas apa tujuan merek berkencan kalau sama-sama saling tidak suka?

Tiara tertunduk sambil memijit pelipisnya, antara senang atau sedih yang harus ia ungkapkan.

Yundhi masih setia menunggu jawaban yang akan Tiara berikan. Dia memandang lekat sosok wanita yang ada dihadapannya itu dan mencoba membaca karakter wajah Tiara.

'Rambut, lurus kecoklatan, alis tipis tak beraturan, mata coklat tua, hidung mungil tapi tidak terlalu mancung, bibir sedang, tidak tipis tidak tebal, rahang oval, kulit eksotis tapi bersih, bolehlah.' Yundhi bergumam dalam hati.

"Bukannya kamu sendiri yang bilang sama oma akan melakukan penjajakan?" Yundhi kembali meyakinkan Tiara, namun Tiara bergeming.

"Oma baru menjalani operasi jantungnya sebulan yang lalu, untuk permintaannya kali ini saya ingin mengabulkan demi kesehatannya."

"Gimana kalau wanita yang kamu suka itu kembali?"

"Saya sudah bilang saya tidak suka ketidak pastian, sekarang saya tidak tahu dia dimana, mungkin sudah menikah dengan orang yang dia suka, who know's?"

Makanan yang mereka pesanpun tiba dan dihidangkan di atas meja.

Tiara hanya menatap makan yang ada dihadapannya, 'Mau dimakan masih kenyang, ga dimakan mubazir, dosa, akh.'

"Kenapa cuma di lihat? Emang bisa kenyang?"

"Bisalah, saya udah bilang saya sudah makan, sekarang liat makanan ini saja saya tambah kenyang."

Yundhi terkekeh.

"Makan atau flashdiskmu ga saya balikin!"

"Situ ngancem?"

"Iya."

***

Tiara memasuki ruang guru tanpa bersuara. Rekan kerjanya yang biasa mendengar celotehan Tiara begitu menampakkan hidung pun terkejut bukan main. Hingga Tiara duduk di singgasanya para guru yang lebih dulu datang darinya masi merasa heran.

"Ra, anda sakit?" Mimi bersuara paling awal.

"Apa petani sudah menemukan ulat di buah salak?" udo Halil menimpali.

"Ra, situ kena kanker nasofaring?"

"Ya Allah, punya rekan kerja ga ada yang beres otaknya, kenapa anda sekalian bisa jadi guru sih, perlu saya panggil dokter UKS ya buat benerin otak anda sekalian."

"Lagian dirimu juga ngagetin, dateng tanpa suara, biasa juga berkicau saingan ama kutilang penjaga sekolah." Suara Jenny.

"Udo mau shalat dhuha, ucapkan syukur, dek Tiara udah insyaf." Udo Halil kembali meledeki Tiara.

"Bukannya dihibur, malah diledekin, teman macam apa kalian?"

"Pagi-pagi udah kesel, emang kenapa, kena tilang, keserepet busway?" tanya Jenny sekenanya.

Tiara memutar kembali ingatan makan pertemuannya dengan Yundhi yang harus diakhiri dengan kekesalan Tiara karena Yundhi batal mengembalikan flashdisknya dengan alasan lupa bawa. Bayangkan, udah capek-capek perang urat, tawar menawar, di paksa makan, di mintai kencan, dan pada akhirnya ia harus menelan rasa kesal dikerjai orang yang bakal jadi teman kencannya sendiri.

"Belum apa-apa udah nyebelin." Tiara bergumam.

"Ngomelin siapa neng?" tanya Mimi yang mejanya bersebelahan dengan Tiara.

"Ada tu, polisi tidur." Jawab Tiara sekenanya.

"Hari ini ngajar dimana?"

"Hari ini beta full sampai jam terakhir, Mi."

Tu kan tambah kesel, perangkat ngajar ada di fd, fdnya ada di Yundhi, Yundhi ga bisa kirim data pagi-pagi karena ada urusan. Sebenarnya materi yang akan di ajarkan sudah Tiara hafal di luar kepala, tapi bagaimana kalau kepsek menagih administrasinya hari ini, akh kacau.

Dua puluh menit lagi bel masuk akan berbunyi, Tiara sudah ketar ketir mencari alasan yang akan ia sampaikan pada kepala sekolahnya, sambil memukul-mukul dahinya di pinggir meja Tiara merutuki kecerobohannya sampai bisa menjatuhkan fd di mobil Yundhi kala itu.

"Waaaaaaah ada pilot dateng guys."

"Mana mana?"

"Eh, bener ada pilot tu, ada pilot cakep."

Suara berisik para murid yang masih berkeliaran di luar sama sekali tak dipedulikan Tiara. Dia masih saja menunduk membenturkan dahinya di pinggiran meja.

"Beneran deh Ra, ada pilot dateng ke sekolah kita." ujar Mimi penuh antusias.

"Bodo amat."

"Cakep banget lho Ra, Mi, tadi beta lihat sekilas di ruang kepsek." Jenny ikut berkomentar.

"Aakkkh jangan berisik dong, pusing nih!" ketus Tiara.

Jenny dan Mimi kembali pada kesibukannya masing-masing, Tiara tak kalah sibuk mencorat coret kertas HVS menggambar benang kusut.

"Pak pilot, saya udah boleh pacaran lho."

"Pak pilot nyari saya ya?"

"Pak pilot terbangkan aku ke hatimu."

Suara berisik kembali memenuhi halaman samping ruang guru yang di dominasi oleh suara murid perempuan. Setelah meminta ijin pada kepala sekolah, pilot itu berjalan ke arah ruang guru dan menimbulkan kegaduhan diantara para murid.

"Permisi." Sapa sang pilot.

Setelah menemukan sosok yang di cari ke sekeliling ruangan, sang pilot pun melangkah pasti.

"Ra, kayaknya doi nyari dirumu deh." Ujar Mimi yang tak lepas perhatian pada si pilot tampan.

Tiara yang masih sibuk corat-coretpun masih cuek dengan keadaan sekelilingnya. Sampai sebuah jari menyentil dahinya.

"Awww, apa sih?"

Tiara tertegun, menatap tak percaya pada makhluk yang ada di depannya.

"Kamu?"

"Ini flashdisk kamu, saya akan di udara sekitar seminggu, setelah itu sesuai janji saya, kita akan proper date, oke!"

Yundhi berbalik keluar setelah mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum dan sukses membuat Tiara terpana.

Tiara melihat benda kecil yang ada di depannya, sedikit sebal karena benda itu membuatnya harus berurusan lagi dengan Yundhi, andai saja benda itu tidak jatuh.

"Bagaimana kalau saya tidak mau?" ujarnya keras pada Yundhi yang sudah hampir sampai di daun pintu. Senyum tipis terukir di bibirnya, Yundhi berbalik. Guru lain yang ikut melihat kejadian itu menganga, terlebih Mimi dan Jenny yang tidak menyangka Tiara akan menolak ajakan kencan pria tampan berseragam yang ada di hadapan mereka.

Tiara menunggu apa yang akan di katakan Yundhi padanya karena Yundhi kini melangkah kembali ke mejanya.

"Yakin kamu menolak?" tanya Yundhi ketika mereka sudah berseberangan dan hanya di pisahkan oleh meja kerja Tiara.

"Iya." saya masih tetap pada pendiriannya. "Kita tidak punya alasan untuk berkencan, kita sama-sama tidak tertarik, tidak ada perasaan sama sekali, tapi kamu masih mau melakukan proper date, dan menjadikan Oma sebagai alasannya, saya rasa itu terlalu lem__"

"Bagaimana kalau alasannya karena sebagian besar data pribadi yang ada di flashdisk itu sebagian, ah bukan sebagian, semuanya sudah saya copy dan kini juga ada di laptop say?"

Kata-kata Yundhi berhasil membuat Tiara bungkam. Kini Jenny dan Mimi menunggu apa yang akan Tiara katakan sedang guru lain sudah keluar karena sudah saatnya mereka mengajar.

"Kamu___"

"Perlu saya jabarkan isi impi__"

"Setop!"

"Ata foto-foto kamu saya unggah ke __"

"Baik." Tiara menyerah. Ia duduk kembali karena merasa kakinya tiba-tiba lemas.

Yundhi melihat data pribadinya? Belum sempat terpikir oleh Tiara bahwa Yundhi tentu bisa melakukan hal itu. Tapi bukankah itu tindakan yang tidak bisa di benarkan, membuka data orang lain tanpa ijin sang pemilik. Kriminal. Bisa di tuntut ga ini?

Jenny dan Mimi memilih untuk tidak ikut campur dengan urusan Tiara. Mereka sudah pergi sejak Yundhi mengungkapkan bahwa ia memiliki data pribadi Tiara. Sangat mengerti makna kata 'pribadi' dimana tidak boleh ada yang tahu selain si pemilik.

"Kamu?" Tiara menatap Yundhi dengan tatapan membunuh, tapi tentu saja tatapan itu mental begitu saja untuk Yundhi yang kini sudah di atas angin.

"Tanpa data kamu ada di tangan saya pun saya tidak akan menerima penolakan. Saya punya ratusan cara untuk melakukan keinginan saya. Bukan hanya Oma yang menjadi alasan saya, tapi setelah melihat foto kam__"

"Saya sudah bilang iya, kamu ga perlu ungkit-ungkit lagi apa yang kamu lihat, dan setelah kencan kita selesai, saya mau kamu menghapus data saya yang kamu copy."

Yundhi berdiri tegak memperbaiki kerah seragamnya.

"Itu tergantung, kalau data itu masih berguna buat saya, tentu saja saya tidak akan menghapusnya."

Tiara memijit pelipisnya karena merasakan kepalanya mulai pening.

"Saya sudah mau mengajar, silahkan lanjutkan pekerjaan kamu! Kirimkan saja alamat tempatnya nanti."

Tiara yang awalnya sempat terpana melihat Yundhi di balik seragam mulai di hinggapi perasaan sebal pada pria itu.

"Bukan itu aturan mainnya, kamu sudah kalah tapi masih mau ngatur saya."

Tiara memejamkan mata menahan geraman, "Terserah!"

"Itu baru benar, tugas kamu sudah berat sebagai pengajar, masalah kencan biar menjadi urusan saya."

Setelah selesai dengan perkataannya Yundhi meninggalkan Tiara begitu saja dengan Tiara yang ingin mengumpatinya di sana.

Terpopuler

Comments

Caramel Latte

Caramel Latte

nek no lupakan juga janjimu padanya. ribet amat yun

2023-02-03

0

Devi Handayani

Devi Handayani

lonjottt thorr😍😍

2022-10-31

0

scorpio🌹

scorpio🌹

langsung klik favorit Kaka ...ceritanya ringan tp menggemaskan 🤗

2022-01-30

0

lihat semua
Episodes
1 Cari Jodoh Seperti Cari Sepatu
2 Dia adalah Yundhi Edward Prasetya
3 Teacher Meets Pilot
4 Tertangkap Basah
5 Proper Date
6 Proper Date 2
7 Resepsi
8 Resepsi 2
9 Bukan Tahun Ini
10 Ceritanya
11 Pertemuan
12 Interview
13 Bukan Mantan
14 Sakit
15 Keyakinan
16 Calon Orang ke Tiga
17 17
18 Dia Kembali
19 Bersamaan
20 Graduation
21 Wanita Toilet
22 22
23 Jendos vs Duren
24 Salah Kostum, Lagi
25 25
26 Guru Baru
27 Just Talk
28 Jangan Libatkan Perasaan
29 Ditinggalkan
30 Pergi
31 Sakit
32 Keluarkan!
33 Kenyataan Lain
34 Blank
35 Jeda
36 Menemukanmu
37 Perhitungan
38 Gegara Kartu
39 Kecolongan
40 Baikan
41 Trauma
42 Belum Kelar
43 Home, is You
44 Brankar Talk
45 Gerimis dan Kencan Mendadak
46 Janji
47 Farewell Party
48 Helma
49 Drive Me Crazy
50 Cleopatra
51 Emma
52 Dinner
53 Rival
54 Kabar Gembira
55 Honeymoon (extra part)
56 Mustahil Nentang
57 Unpredictable Moment
58 Another Extra Part
59 Baby Moon
60 End, Wait For Season 2
61 61
62 62 Serangan
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67 Surprise
68 68
69 Chash When Teacher Meets Pilot
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 Masa Lalu
76 76
77 77
78 This Pilot Meets His Teacher 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84 Ceritanya Sensitif
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 94
95 95
96 Pengumuman
97 96: Bucinnya Yundhi
98 97: Bucinnya Tiara
99 Final Extra Part
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Cari Jodoh Seperti Cari Sepatu
2
Dia adalah Yundhi Edward Prasetya
3
Teacher Meets Pilot
4
Tertangkap Basah
5
Proper Date
6
Proper Date 2
7
Resepsi
8
Resepsi 2
9
Bukan Tahun Ini
10
Ceritanya
11
Pertemuan
12
Interview
13
Bukan Mantan
14
Sakit
15
Keyakinan
16
Calon Orang ke Tiga
17
17
18
Dia Kembali
19
Bersamaan
20
Graduation
21
Wanita Toilet
22
22
23
Jendos vs Duren
24
Salah Kostum, Lagi
25
25
26
Guru Baru
27
Just Talk
28
Jangan Libatkan Perasaan
29
Ditinggalkan
30
Pergi
31
Sakit
32
Keluarkan!
33
Kenyataan Lain
34
Blank
35
Jeda
36
Menemukanmu
37
Perhitungan
38
Gegara Kartu
39
Kecolongan
40
Baikan
41
Trauma
42
Belum Kelar
43
Home, is You
44
Brankar Talk
45
Gerimis dan Kencan Mendadak
46
Janji
47
Farewell Party
48
Helma
49
Drive Me Crazy
50
Cleopatra
51
Emma
52
Dinner
53
Rival
54
Kabar Gembira
55
Honeymoon (extra part)
56
Mustahil Nentang
57
Unpredictable Moment
58
Another Extra Part
59
Baby Moon
60
End, Wait For Season 2
61
61
62
62 Serangan
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67 Surprise
68
68
69
Chash When Teacher Meets Pilot
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
Masa Lalu
76
76
77
77
78
This Pilot Meets His Teacher 78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84 Ceritanya Sensitif
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
Pengumuman
97
96: Bucinnya Yundhi
98
97: Bucinnya Tiara
99
Final Extra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!