Interview

Setelah semua keluarga menyelesaikan makan malam, mereka berkumpul di ruang keluarga yang letaknya tidak begitu jauh dari ruang makan. Kecuali Tiara, dia memilih membantu Citra membereskan meja makan.

"Kamu nanti nyusul ya!" Yundhi berpesan pada Tiara untuk menyusulnya ke ruang keluarga.

Tiara mengangguk menyanggupi permintaan Yundhi.

"Ma, Yundhi titip Tiara ya, jangan di kasih uang nyuruh ninggalin Yundhi lho."

Ingin rasanya Yundhi berlama-lama melihat bagaimana Tiara berinteraksi dengan sang mama karena dia rasa mungkin akan menarik mengingat ini pertemuan pertama Tiara dengan kedua orang tuanya. Tapi dia memilih pergi, meninggalkan Tiara dan membiarkannya melakukannya dengan cara Tiara sendiri. Yundhi merasa ia tidak perlu bicara panjang lebar memberitahukan pada orang tuanya mengenai maksud membawa Tiara ke rumahnya karena sebelum itu sang mama lebih dulu meminta agar dia menikah sebelum memasuki usia tiga puluh. Entah apa alasannya.

"Kamu ini sudah besar masih aja....is." Citra gemas dengan tingkah nyeleneh anaknya.

Tiara tersenyum geli melihat interaksi ibu dan anak itu. Di dapur Tiara melihat Citra mengeluarkan sebuah wadah besar yang berisi berbagai macam buah yang sudah di potong kecil.

"Tante mau masak lagi?" tanya Tiara penasaran

"Enggak, tante cuma mau bikin salad buah, biasanya om Hans sama oma Ranti suka lapar tengah malam, ngemil buah, ini tante pengen bikinin salad, Yundhi kadang juga suka nyari-nyari makan tengah malam."

"Masa tante? kalau gitu Tiara boleh ga bantu bikin sausnya."

"Aduu jangan, kamu itu tamu tante, jangan repot-repot, duduk aja, santai, lagian gampang kok sausnya tinggal campur-campur."

"Tante pernah nyoba sausnya di masak dulu ga?"

"Di masak? Emang bisa?"

"Bisa dong, sini Tiara bikinin. Tante duduk aja, santai, oke."

Tiara mulai menyiapkan bahan-bahan saus untuk salad buah. Setelah melihat jumlah potongan buah yang ada di wadah, dia mulai mengir-ngira takaran untuk membuat sausnya. Dengan cekatan Tiara memulai dengan memanaskan setengah gelas susu cair dengan api keci, setelah di rasa hangat, Tiara memasukkan mayonais dan susu kental manis.

"Tante boleh pinjam parutan?"

"Boleh." Citra mengambil parutan yang di simpan di lemari dapur. Tiara mengambil sebuah jeruk sunkist lalu memarut pelan kulit luarnya di atas campuran susu.

"Satu menit lagi." Tiara menghitung dalam hati. Tepat pada hitungan ke 60 Tiara mematikan kompor, sambil tetap mengaduk saus di panci. Tiara mengangkat spatula ke udara untuk mengecek kekentalan saus salad itu dan tersenyum puas setelah mendapat kekentalan yang diinginkan. Perfect.

"Tunggu dingin sebentar ya tante baru nanti di campur ke buahnya."

"Wow, tante ga tahu lho ada tehnik bikin saus salad buah yang Tiara praktekin tadi." Citra terkagum-kagum melihat aksi Tiara sedari awal. Dia melihat dengan jelas bagaimana ketepatan Tiara dalam menakar, mencampur, mengaduk sampai mengatur nyala api kompor yang harus di pakai ketika memasak bahan-bahan itu. Sangat detil dan teliti.

"Dulu cuma eksperimen iseng aja kok tante, ayah suka juga di buatkan salad buah, cicip dulu ya tante mungkin ada yang kurang."

Tiara mengambil sendok kecil dan mengambil sedikit adonan saus untuk di berikan pada Citra.

"Gimana?"

"Mmm enak, beda dari yang tante biasa bikin, manis asamnya pas. Oma sana om Hans pasti suka. Ada wangi kulit jeruknya juga. Aaaa tante lebih suka buatan kamu daripada buatan tante sendiri." Citra mulai heboh kegirangan dengan saus buatan Tiara. Dia lalu mengambil mangkuk kecil kemudian diisi potongan buah dan siraman saus salad.

"Tante mau kasih om Hans nyicip dulu, sekalian pamer. Yuk!"

Citra menarik tangan Tiara menuju ruang keluarga. Tiara hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah bakal calon mertuanya itu.

***

"Maafin papa aku ya. Kamu ga marah kan?"

Tiara menggelengkan kepala, "Aku malah seneng jadi tadi bisa pamer sama keluarga kamu, lucu juga sih tadi." sambil menjawab Tiara mengibas rambutnya ke belakang yang sayangnya ia kuncir kuda.

Sontak mereka berdua tertawa mengingat kejadian itu.

Tiara memutar kembali tes wawancaranya di rumah Yundhi yang membuatnya merasa di atas awan.

"Papa, coba deh cicip nih salad buahnya!"

"Mama, gimana sih, makan buah itu sebelum makan, bukan sesudah makan, ga baik."

"Iiiii mama tahu, tapi coba dulu ini, dikit deh nanti sisanya mama yang habisin."

Hans lalu mencoba salad buah yang di bawa istrinya. Setelah memasukkan satu suapan ke dalam mulutnua, Hans tersenyum merasakan sensasi berbeda dari salad yang biasanya ia makan.

"Tumben mama bikin enak salad buahnya."

"Bukan mama yang bikin."

"Terus siapa?"

"Calon mantu mama dong."

Tanpa aba-aba semua yang tadi mendengar percakapan Hans dan Citra berlari ke dapur, Yundhi, Elok, Claudia, termasuk oma Ranti.

"Heeeeeeeeiiiii jangan di habisin!!!" suara Citra menggelegar ke seluruh ruangan memperingatkan para anggota keluarga yang meninggalkannya.

Tiara tertawa sedikit lebar sebelum akhirnya menutup mulutnya setelah melihat tatapan horor Hans.

"Hmmm sepertinya kamu sudah lulus menjadi calon mantu sama istri om, coba sekarang om bakal wawancara kamu, kamu bisa lulus atau tidak menjadi calon menantu om."

Mata Tiara membulat, tenggorokannya terasa tercekat, susah payah dia menelan salivanya. Dia berusaha setenang mungkin agar bisa menjawab pertanyaan dari ayah pacarnya itu. Berbagai materi kuliah yang dulu dijalaninya dicoba untuk diingat kembali langkah-langkah menyusun RPP (Rencana Perangkat Pembelajaran) dia susun sistematis di kepalanya.

"Papa mau ngapain sih, udah deh jangan aneh-aneh."

"Ssst, mama nonton aja, papa kan pengen tahu kualifikasi calon menantu papa sendiri."

"Tiara" suara Hans terdengar seperti suara dosen yang mengujinya sewaktu sidang skripsi*.

"Apa jurusan yang kamu ambil pada kuliahmu?" (Tu kan)

"Pendidikan Bahasa, Seni dan Sastra Inggris om."

"IP pertama kamu berapa?"

"Berapa ya, 3.50 om."

"IPK terakhir kamu?"

"3.75 om." jawab Tiara mantap. Iyalah kan kan baru kemarin ia tahu IPKnya segitu.

Yundhi kembali dari dapur membawa salad di tangannya dan melihat kejadian itu keheranan, dia mencolek lengan Citra meminta penjelasan dengan anggukan. 'Papa kamu tu, jahil.' jawabnya tanpa suar*.

"Dapat cumlaude ga?"

"Enggak om, kalau serius dikit mungkin dapat, banyak gangguan kemarin."

Yundhi menatap sosok Tiara yang terlihat santai. Ia jadi urung menghentikan sang papa, malah ikut penasaran akan pertanyaan berikutnya.

"Maksudnya?"

"Suka bolos kuliah om."

"Kenapa?"

"Harus ngisi job."

Yundhi melotot, pikirannya mulai negatif.

"Job apa dan di mana?"

"Jadi translator di kementrian om, Tiara juga ngajar, jadi suka keteteran," jawab Tiara sembari menunduk malu. Tiara panas dingin sendiri menyadari bahwa jawabannya mengandung kejelekannya.

Sebaliknya

Lega bin bangga yang Yundhi rasakan. Kirain job apa gitu. Pantas saja banyak tawaran mengajar yang di terima Tiara ketika mereka dalam perjalanan resepsi tempo hari*.

Hans terperangah, tidak menyangka jawaban Tiara, sebenarnya dia sudah kagum sejak mendengar jawaban IPK Tiara, tpi memang karena gengsi ia menahan diri.

"Jadi kalau ada tamu dari luar negri kamu jadi penerjemah?" Hans bicara sambil memajukan kepalanya.

Tiara mengangguk, "enggak selau sih om."

"Nilai TOEFL (Test of English as a Foreign Language) kamu berapa?"

"Sedikit om, cuma 645."

Lagi-lagi Hans merasa kagum pada pacar anaknya itu. Untuk ukurannya, itu sangat tinggi, Tiara malah bilang sedikit. Setahunya nilai tertinggi itu 677.

"Ma, papa nyerah deh, Yundhi dapat pacarnya kebagusan. Yundhi bisa nggak kamu nikahnya sama Tiara besok pagi aja, papa takut kamu ditikung orang lain."

Mendengar pernyataan Hans, Tiara buru-buru melambaikan tangannya cepat.

"Enggak kok om, masih banyak yang lebih qualified (memenuhi syarat) dari saya. Yundhi bahkan sudah punya calon sendiri untuk di kenalkan sama oma. Iya kan?"

Tiara membulatkan mata pada Yundhi karena menurutnya ayah dan anak itu sama gercepnya.

Kali ini Hans dan Citra mengalihkan pandangan pada Yundhi, meminta penjelasan tentang apa yang Tiara sampaikan. Yundhi yang mendengarnyapun terlihat santai, dia tahu Tiara juga kini mengujinya.Fine, perang di mulai.

"Bener pa, dulu Yundhi pernah mau bawa seorang wanita yang Yundhi suka ke hadapan papa sama mama, dia wanita idaman Yundhi, kita pacaran hampir dua tahun."

Mendengar cerita Yundhi, Tiara merasakan cubitan kecil di hatinya. Tapi Tiara masih mampu mengendalikan diri. Ia ingin tahu bagaimana Yundhi menangani ujian darinya.

"Sayangnya kita beda visi. Dia tidak mau berkomitmen dan lebih senang hidup dalam kebebasan tanpa ikatan. Dia lebih memilih pekerjaan dan hubungan tanpa komitmen. Dia sudah lama pergi dari hidup Yundhi. Sangat lama."

Yundhi berbicara tegas dan penuh keyakinan dengan tatapan yang tidak pernah lepas dari Tiara. Semua yang melihat pun merasa hanya harus jadi penonton tanpa ikut campur suara atau tindakan.

Mendadak suasana menajadi serius dan tegang.

"Kenapa kamu pilih Tiara?" pertanyaan itu datang dari Elok. Dia merasa ingin tahu sebagai perwakilan dari semua yang ada di ruangan itu.

"Karena kami punya visi yang sama."

Tiara terkejut karena jawaban yang di berikan Yundhi kali ini berbeda dengan jawaban yang dulu ia dengar.

"Kita punya visi yang sama, ingin punya keluarga kecil sebelum usia kami tiga puluh tahun."

Tiara mengerjap seperti orang bodoh, mengingat-ngingat dimana ia pernah menulis kalimat itu.

Yundhi menahan senyumnya melihat Tiara yang kebingungan.

"Tiara pengen punya suami tinggi, putih tampan dan mapan ma, persis aku kan?"

Tiara semakin bingung, panik tepatnya, kembali mengingat-ngingat, merucingkan pikirannya pada sesuatu tempat ia mengungkapkan keinginannya.

"Yang paling penting, dia pengen punya mertua yang sayang sama dia untuk dijadikan tempat berkasih sayang sebagai pengganti almarhum ibunya."

Tiara menggeleng keras, Yundhi malah mengangguk.

"Kamu!"

Tiara secepat kilat beranjak dari duduknya menuju sofa tempat Yundhi berada.

"Awas Clau!"

Claudia segera minggir dan memberi jalan Tiara. Tanpa mempedulikan orang sekitarnya Tiara memberi hantaman dengan tangan mungilnya pada lengan Yundhi.

"Kamu baca semua data aku, diary aku, astaga Yundhi," tanpa memedulikan orang sekitarnya Tiara melayangkan tinju tangan mungilnya pada lengan Yundhi.

"Jahat, iseng, rasain."

"Tolongin ma!"

"Yang keras Ra, sekalian wakilin mama juga!"

Mendengar Citra menyebut dirinya mama untuk Tiara, Tiara menjadi lebih bersemangat*.

"Mamaaa!"

***

Tepat pukul 10.30 mobil Yundhi berhenti di depan rumah Tiara.

"Ra, jangan turun dulu, lima menit aja!" Yundhi menahan Tiara yang akan membuka seat beltnya, "Besok aku tugas seminggu." Yundhi melanjutkan. Nada suaranya terdengar berat.

Tiara hanya menyimak, menjadi pendengar yang baik, menunggu kelanjutan kalimat Yundhi.

Tatapan Yundhi yang tadinya menghadap lurus kedepan kemudian beralih pada Tiara disampingnya. Pandangan merekapun beradu.

"Kamu tunggu aku ya." Tiara tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya. "Jangan ngecengin maba atau dosen muda di kampus!"

Seketika tawa Tiara pecah. "Ya Allah, kirain apa."

"Aku serius lho, Ra."

"Iya, nggak. Enggak janji maksudnya."

"Tiara!"

"Ya kan nanti bakalan ke kampus juga ngurus yudisium, wisuda, otomatis ketemulah."

Tiara semakin gencar menggoda Yundhi yang sudah memasang muka sebal.

"Iya tapi jaga mata dong, aku kurang apa sih, kamu masih aja punya niat belok."

Suara tawa Tiara kembali terdengar, merasa senang bisa membuat Yundhi kesal.

"Gitu aja marah, apalagi kalau aku beneran belok." mata Yundhi membulat penuh pada gadis cantik yang berhasil membuat perasaanya terombang-ambing.

"Janji deh, udah boleh turun kan." Tiara membuka seat belt merasa ciut dengan tatapan horor Yundhi dan detik itu juga keegoisan Yundhi sebagai laki-laki muncul seketika. Ia menarik lengan Tiara, menangkup tengkuk gadis itu dan menciumnya tepat di bibir mungil Tiara. Tiara yang tadinya ingin menghindar akhirnya mengikuti permainan Yundhi karena ia bisa merasakan ciuman laki-laki itu penuh kelembutan dan ketulusan.

Katakanlah Yundhi egois. Ia ingin Tiara mengingatnya tanpa memikirkan laki-laki lain. Yundhi tidak bisa memikirkan cara lain selain mencium Tiara, menyatakan bahwa Tiara hanya miliknya dan ingin Tiara hanya memikirkannya.

"Maaf," beberapa detik kemudia Yundhi menyatukan keningnya, membiarkan Tiara menghirup udara sekitar. Tiara menggenggam tangan Yundhi yang masih memegang pipinya dan mengangguk menyatakan dirinya baik-baik saja meski sebenarnya sekujur tubuhnya terasa lemas.

"Apa sama pasangan kamu sebelumnya juga kayak gini, selalu minta maaf setelah nyium tiba-tiba?" Yundhi hanya tertawa tanpa jawaban, "Boleh keluar sekarang?"

Yundhipun melepas genggamannya. Ia membiarkan Tiara membuka pintu mobil dan meninggalkannya begitu saja. Melihat Tiara memasuki halaman rumahnya Yundhi masih tidak rela berpisah. Entah apa yang merasuki laki-laki itu, ia kemudian keluar dan berlari menghampiri kekasihnya sebelum membuka pintu rumah.

"Ra!" Yundhi menghentak lengan Tiara dan memeluknya erat, sangat erat. "I love you."

Tiara yang berada dalam pelukan Yundhi tersenyum bahagia, bahkan sangat bahagia. Dia membalas pelukan Yundhi, menepuk pelan bahu kekar Yundhi dan menjawab pernyataan itu dengan ucapan, "I love you, too."

"Aku telat ya ngucapinnya?"

Tiara terkekeh pelan, "Never mind. Kamu dimaafkan."

Untuk beberapa saat mereka larut dalam pelukan hangat.

"Mau sampai kapan kayak gini, katanya besok mau tugas, pulang gih istirahat!"

Sekilas Tiara terdengar mengusir, tapi jika ada yang melihat mereka seperti itu mungkin akan terjadi kehebohan.

Akhirnya Yundhi melepas pelukannya meski berat. Jika tak ada norma yang dilanggar mungkin dia akan membawa Tiara kembali ke rumahnya dan menyuruhnya tinggal.

"Aku pulang ya, ingat pesanku lho!"

"Iya."

Yundhi meninggalkan teras rumah Tiara setelah mencium sekilas kening kekasihnya itu. Langkahnya terasa berat harus berpisah mulai detik itu dengan wanita yang kini menjabat calon istrinya, Tiara. Seandainya Tiara mau menerima ajakannya menikah akhir tahun ini, tentu kebahagiaannya akan semakin terasa lengkap. Meski kedua orang tua Yundhi ikut memaksa, Tiara keukeuh ingin menikah tahun depan tepat pada hari ulang tahunnya. Alasannya banyak hal yang ingin ia lakukan setelah wisuda nanti. Meski beberapa bulan, Tiara memiliki rencana yang ingin ia wujudkan sebelum menikah.

***

06.30

Keesokan paginya.

Yundhi:

Aku jalan dulu, setelah di darat nanti aku telpon, awas jangan jelalatan, jangan kecapaian, jaga kesehatan, makan yang teratur dan hp stand by, AWAS!

Terpopuler

Comments

Farida Wahyuni

Farida Wahyuni

seru ceritamya👍👍👍

2022-12-27

0

Kevin Arrazka ZhafraQuan Aqilla

Kevin Arrazka ZhafraQuan Aqilla

seru ini... tp blm bnyak tau kek nya...

2020-07-26

3

Fakhrusy Fazila

Fakhrusy Fazila

sangat suka dgn jlan critanya.semangat ya thor👍👍👍

2020-07-20

4

lihat semua
Episodes
1 Cari Jodoh Seperti Cari Sepatu
2 Dia adalah Yundhi Edward Prasetya
3 Teacher Meets Pilot
4 Tertangkap Basah
5 Proper Date
6 Proper Date 2
7 Resepsi
8 Resepsi 2
9 Bukan Tahun Ini
10 Ceritanya
11 Pertemuan
12 Interview
13 Bukan Mantan
14 Sakit
15 Keyakinan
16 Calon Orang ke Tiga
17 17
18 Dia Kembali
19 Bersamaan
20 Graduation
21 Wanita Toilet
22 22
23 Jendos vs Duren
24 Salah Kostum, Lagi
25 25
26 Guru Baru
27 Just Talk
28 Jangan Libatkan Perasaan
29 Ditinggalkan
30 Pergi
31 Sakit
32 Keluarkan!
33 Kenyataan Lain
34 Blank
35 Jeda
36 Menemukanmu
37 Perhitungan
38 Gegara Kartu
39 Kecolongan
40 Baikan
41 Trauma
42 Belum Kelar
43 Home, is You
44 Brankar Talk
45 Gerimis dan Kencan Mendadak
46 Janji
47 Farewell Party
48 Helma
49 Drive Me Crazy
50 Cleopatra
51 Emma
52 Dinner
53 Rival
54 Kabar Gembira
55 Honeymoon (extra part)
56 Mustahil Nentang
57 Unpredictable Moment
58 Another Extra Part
59 Baby Moon
60 End, Wait For Season 2
61 61
62 62 Serangan
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67 Surprise
68 68
69 Chash When Teacher Meets Pilot
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 Masa Lalu
76 76
77 77
78 This Pilot Meets His Teacher 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84 Ceritanya Sensitif
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 94
95 95
96 Pengumuman
97 96: Bucinnya Yundhi
98 97: Bucinnya Tiara
99 Final Extra Part
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Cari Jodoh Seperti Cari Sepatu
2
Dia adalah Yundhi Edward Prasetya
3
Teacher Meets Pilot
4
Tertangkap Basah
5
Proper Date
6
Proper Date 2
7
Resepsi
8
Resepsi 2
9
Bukan Tahun Ini
10
Ceritanya
11
Pertemuan
12
Interview
13
Bukan Mantan
14
Sakit
15
Keyakinan
16
Calon Orang ke Tiga
17
17
18
Dia Kembali
19
Bersamaan
20
Graduation
21
Wanita Toilet
22
22
23
Jendos vs Duren
24
Salah Kostum, Lagi
25
25
26
Guru Baru
27
Just Talk
28
Jangan Libatkan Perasaan
29
Ditinggalkan
30
Pergi
31
Sakit
32
Keluarkan!
33
Kenyataan Lain
34
Blank
35
Jeda
36
Menemukanmu
37
Perhitungan
38
Gegara Kartu
39
Kecolongan
40
Baikan
41
Trauma
42
Belum Kelar
43
Home, is You
44
Brankar Talk
45
Gerimis dan Kencan Mendadak
46
Janji
47
Farewell Party
48
Helma
49
Drive Me Crazy
50
Cleopatra
51
Emma
52
Dinner
53
Rival
54
Kabar Gembira
55
Honeymoon (extra part)
56
Mustahil Nentang
57
Unpredictable Moment
58
Another Extra Part
59
Baby Moon
60
End, Wait For Season 2
61
61
62
62 Serangan
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67 Surprise
68
68
69
Chash When Teacher Meets Pilot
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
Masa Lalu
76
76
77
77
78
This Pilot Meets His Teacher 78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84 Ceritanya Sensitif
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
Pengumuman
97
96: Bucinnya Yundhi
98
97: Bucinnya Tiara
99
Final Extra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!