Dia Kembali

"Ga sehat."

"Ga sehat, tapi bikin kenyang."

Yundhi tidak menghiraukan sanggahan Tiara yang sudah membuka burger fillet ikan miliknya dan tetap fokus pada jalanan yang sedang mereka lalui. Rasa hangat yang ditangkap tangan Tiara saat memegang burger itu menandakan bahwa makanan itu baru matang.

"Nice."

Tiara melayangkan sebuah gigitan pada makanan itu dan merasa puas dengan rasa yang di terima lidahnya.

"Mau coba?" tawarnya pada Yundhi dan di sambut gelengan oleh Yundhi.

"Nanti aja."

"Nanti keburu dingin, rasanya jadi beda, cobain deh, one bite, ayo!" Tiara menyodorkan bagian roti yang belum terkena gigitan. Yundhi terpaksa membuka mulutnya karena Tiara menyodorkan makanan itu tepat di depan mulutnya.

"Gimana? Enak kan?"

"Lumayan, tetep aja ga sehat."

"Iiish, ga boleh hina makanan, pamali!"

"Ya udah, sini, one bite more." pinta Yundhi

Kata-kata Yundhi membuat tawa Tiara menggelegar, "Makanya jangan gengsi."

Tiara menyodorkan kembali burger itu pada Yundhi.

"Bukan gengsi tapi emang masih laper." tukas Yundhi sambil mengunyah.

"Alesan."

Terus saja seperti itu sampai makanan mereka habis dan hanya teringgal minuman susu coklat mereka. Tiara menambah volume radio mobil Yundhi karena mendengar lagu kesukaannya di putar. Salah satu hobi Tiara adalah mendengarkan lagu, mau lagu lawas ataupun lagu baru selama masih enak di dengar telinganya, pasti Tiara akan suka dan otaknya secara otomatis merekam lirik lagu itu meski hanya bagian reffrense.

*Bang bang

...

Wait a minute let me take you there.

Wait a minute let me aaaa*

Yundhi menggeleng melihat tingkah Tiara yang tak henti menggerakkan kepala mengikuti irama lagu, seakan menganggap dirinya tak ada.

"Suka banget lagu itu, kalo ga salah itu lagu lama deh."

"Hmm, meski lama kalo liriknya bener, iramanya bener, yang nyanyi pas, aku suka. Liriknya abadi di otakku."

Yundhi hanya menanggapi celetukkan Tiara dengan senyuman tipis. Satu sisi lain Tiara kini diketahuinya, si penyuka musik. Yundhi juga suka mendengar lagu, dan hampir sama seperti Tiara, Yundhi hanya suka lagu-lagu tertentu yang nyaman di telinganya. Pop, rock, jazz, dangdut, koplo, asal bener aja lirik, irama dan penyanyinya, pasti di denger, tapi ga dihafal cem Tiara, sekedar denger aja.

"Masih kuat kalo aku ajak ke toko buku sekarang?" Yundhi memastikan mengingat kondisi Tiara yang masih sakit.

"Boleh boleh boleh, aku juga mau mastiin novel penulis kesukaannku udah terbit atau belum?" gayungpun bersambut, ajakan Yundhi di sambit antusias oleh Tiara.

"Mau nyari buku apa?" tanya Tiara masih dengan kepala di hentak di geleng layaknya orang zikiran. Salahin radionya muter lagu kesukaan Tiara.

"I've become so numb I can feel you there

Become so tired so much more aware

I'm becoming this all I want to do

Is be more like me,and be less like you."

"Ga tau, pengen nyari bacaan aja buat waktu luang."

"Ooh, ok"

"Holding to tightly affraid to lose control

Cause everything that you tought I would be

Has fallen a part right in front of you

Yundhi menggelengkan kepala melihat tingkah Tiara, lagi.

Every step that I take is more than I can take

Yundhi juga mulai melafalkan lirik lagu yang mereka dengar

I become so numb I can feel you there

Become so tired so much more aware

...

And I know I may end up feeling too

But I know you were just like me with someone dissapointed in you

Jadilah mereka melakukan duet di tengah perjalanan yang sesekali menemukan kemacetan itu. Tidak ada rasa bosan seperti yang sering Yundhi alami. Bersama Tiara, Yundhi terasa lepas. Bahagia.

Sesekali mereka tertawa, saat kebetulan sebuah stasiun radio memutar lagu dangdut Iwa Peyek karena mengingat sebuah lawakan komedian ternama dengan lagu itu. Bahkan Tiara sampai terpingkal pingkal mendengar suara Yundhi mengikuti lagu itu.

Iwa peyek iwa peyek iwa peyek nasi jagung.

Dasar lagu lama, untung bagus.

***

Tanpa terasa mereka tiba di toko buku besar di pusat kota.Yundhi memarkirkan kendaraannya di basement dan segera turun dan membukakan pintu untuk Tiara. Mereka harus berjalan beberapa jarak untuk mencapai pintu masuk. Dan ketika berjarak tepat satu meter dari pintu masuk Yundhi menangkap sosok yang telah lama menghilang dari hidupnya, sosok yang pernah membuatnya marah, sakit hati dan sempat tidak ingin mengenal cinta lagi, sosok yang pernah, ah bahkan sering membuatnya tersenyum bahagia dalam setiap pertemuan mereka.

Yundhi sempat ingin menghentikan langkah tapi genggamannya pada tangan Tiara reflek menyadarkannya. Dia punya Tiara sekarang.

Pandangan mereka bertemu sekilas, tapi Yundhi segera memalingkan wajah. Wanita cantik itu membuka pintu dari dalam, dan Yundhi mendorong daun pintu kaca yang lain dark luar. Mereka berlawanan.Yundhi fokus pada Tiara agar badannya tak bergesekan badan wanita itu meski sedikit. Ia bahkan nekat merangkul Tiara, memastikan Tiara tidak bersentuhan dengan wanita itu. Wanita itu menatap Yundhi tapi Yundhi tidak mengacuhkan. Ia terus memandu dirinya dan Tiara masuk ke dalam toko buku. Persetan dengan wanita cantik itu.

Menghadapi kejadian itu Yundhi merasa melakukan adegan slow motion yang sangat lama. Hanya melewati pintu masuk kenapa begitu terasa sangat lama untuk Yundhi. Shit, dia kembali.

***

"Ga salah nih kamu nyari buku di bagian ini?"

Tanya Tiara memastikan bahwa mereka tidak salah lorong.

"Enggak, bisnis kan? Aku emang lagi nyari buku tentang bisnis." jawab Yundhi.

Yundhi menyibukkan diri memilih buku yang kira-kira tepat untuknya, ia merasa perlu menambah motivasi untuk masalah bisnis mengingat dirinya suatu saat nanti akan menggantikan posisi sang ayah di perusahaan keluarganya. Hitung-hitung juga untuk mrngalihkan perhatiannya atas kembalinya sang masa lalu.

Tiara hanya mengekori Yundhi, merasa tidak tertarik tentang bisnis, meski cita-citanya menyerepet masalah bisnis juga, the bimbel, walau tidak pure untuk bisnis.

"Aku ke bagian novel ya?" ujar Tiara.

"Oke."

Yundhi kembali hanyut pada buku yang ia baca dan Tiara melangkahkan kakinya pada lorong bagian novel-novel romantis kesukaannya. Banyak judul yang ia baca dengan mata berbinar, tapi belum ada yang menarik minatnya. Sampai tangannya tertuju pada sebuah novel romantis, sebuah suara mengagetkannya.

''Masih suka novel fiksi?' wajah Tiara menegang.

'Cerita romantis, khayalan penulis?' Tiara mulai menggeram menahan emosi. Suara itu seseorang yang pernah singgah di hatinya.

'Kamu masih suka di bohongi?' Tiara masih membelakangi sumber suara dan enggan berbalik.

"Masih mending si penulis yang berbohong untuk membahagiakan pembacanya, daripada seseorang yang memang berbohong untuk menyakiti orang yang menyayanginya." sarkas Tiara.

"Kamu itu guru lho, masa ga tau ngomong sambil membelakangi lawan itu ga sopan."

"Perlu aku pertegas, ganggu orang yang ga ganggu kamu juga ga sopan." balas Tiara sepelan mungkin agar tak menarik perhatian.

Tiara berbalik hendak melewati Ivan tapi langkahnya tertahan oleh cengkraman Ivan.

"Aku belum selesai ngomong."

Tiara menepis tangan Ivan sekeras mungkin, tepat saat Yundhi datang mencarinya tapi tak terlihat oleh Tiara.

"Kita udah selesai, punya jalan masing-masing, kalau ga bisa jadi teman mending pura-pura ga saling kenal, gimana, deal?" tawar Tiara sambil membuang muka. Meladeni Ivan saja dengan membuang waktu dan tenaga yang sia-sia menurut Tiara.

"Masih saja egois, mau menang sendiri, ga peduli penjelasan orang lain, gegabah, cadas, keras kepala atau aku salah, tapi aku sepertinya ga keliru, tangan kamu di perban, jatuh dari motor lagi, artinya kamu masih ceroboh." ujar Ivan panjang lebar. Membuat Tiara menoleh dan menajamkan matanya.

"Walaupun cuma beberapa hari, aku bisa baca orang seperti apa kamu dalam sekejap." sambungnya lagi.

Tiara jengah, memilih menulikan telinganya dan berjalan menjauhi Ivan, anggap saja toa rusak. Tapi lagi, Ivan menyentilnya dengan suara yang melantang.

"Sms itu dari pacar Yogi, dia pakai ponselku sebelum aku titipkan sama kamu, dan aku belum mengiyakan keputusan kamu bahwa kita selesai." teriak Ivan yang membuat mata pengunjung lain memperhatikan mereka.

Tiara menunduk, menahan marah dan malu yang datang bersamaa. Ia harus memejamkan mata sekuat mungkin agar tidak meledak di tempat umum itu.

"Siapa?" suara Yundhi membuat mata Tiara terbuka dan merasa diselamatkan.

"Ga penting, bisa kita pulang kalau kamu udah selesai?" pinta Tiara.

Yundhi memberi anggukan dan meraih tangan Tiara meninggalkan Ivan.

"Lo siapanya Tiara?" Ivan kembali berulah. "Kalau lo pacarnya, mending hati-hati, tu cewek labil, nasib lo bakal ngenes." imbuhnya lagi. Ivan ternyata tidak berniat berhenti mengganggu Tiara. Sungguh dia masih dendam karena hanya Tiara wanita yang berani minta putus duluan darinya.

Tiara memandang wajah Yundhi dan menggeleng, mengisyaratkan untuk tidak meladeni Ivan, dan Yundhipun mengerti dan menuntun Tiara meninggalkan tempat itu.

"Gue belum selesai sama dia."

Kali ini Yundhi bereaksi. Tanpa meminta persetujuan Tiara, ia berbalik menghampiri Ivan.

"Bisa kita ngomongnya di luar aja, lo udah kayak cewek teriak ga jelas." bisik Yundhi beberapa senti dari telinga Ivan.

"Sure." jawab Ivan penuh keyakinan. Sudah pasti rencana licik berputar di kepalanya.

"Kita pulang aja, ga usah di ladeni." bujuk Tiara lagi sambil menarik lengan Yundhi.

Yundhi berbalik menghadapkan dirinya pada Tiara, ia mendekatkan wajahnya pada Tiara membuat Tiara sedikit kaget, dikira akan mencium, Yundhi ternyata hendak berbisik pada Tiara. Mendengar bisikan Yundhi Tiara mengangguk. Ia menerima dompet dan ponsel milik Yundhi. Setelahnya Yundhi mengecup pipi Tiara sekilas dan itu membuat Ivan meradang.

***

Basement dari gedung toko buku itu tampak sepi dan lengang, hanya ada deretan mobil yang berjejer terparkir rapi, lampu yang menerangipun hampir redup.

Jauh di salah satu sudut basement itu, Yundhi dan Ivan sudah berdiri berhadapan dan mungkin akan memulai perkelahian. Tangan mereka sama-sama terkepal.

"Masalah lo apa ngusik Tiara lagi?" tanya Yundhi lebih dulu.

"Gue belum selesai sama dia, lo mending jauhin Tiara!"

Yundhi berdecih.

"Terus kalau gue ga mau, lo mau apa?"

"Sebelum nasib lo menyakitkan kayak yang pernah gue alami, lo mending putusin dia, tu cewek labil, gue harus selesein urusan gue sama dia."

"Lo perhatian banget ya sama gue, makasih banget lho, tapi sumpah gue ga butuh. Sekarang gue minta di manapun lo nanti ketemu Tiara, meski cuma bayangannya gue minta lo jangan ganggu, calon istri gue!" Yundhi bicara tegas dan penuh penekanan

Ivan tertawa mengejek.

"Harapan lo ketinggian bro, kalau jatuh lo bisa sakit, tu cewek kalau salah faham ga akan mikir, keputusan dia mutlak, apapun penjelasan lo ga akan di masuk dalam hitungan biarpun posisi lo penting." Ivan masih memprovokasi.

"Lo paham banget kayaknya tentang Tiara, gue tambah penasaran kenapa lo belum bisa lepasin dia."

Tiara tiba-tiba datang dengan sebuah plastik yang berisi buku pesanan Yundhi dan sebuah novel pilihannya. Yundhi terkesiap Tiara datang lebih awal dari perkiraannya padahal ia telah menyuruh kekasihnya itu membeli novel sesuka hatinya.

' It's okay, ga akan parah, kamu bayarin buku aku yang di kasir, dan kamu boleh ambil novel sepuasnya, pakai kartu aku, kodenya tanggal lahir kamu.'

Meski bisikan Yundhi membuatnya senang, Tiara mana tenang membiarkannya berlama-lama berurusan dengan Ivan.

"Aku udah selesai, ayo pulang!" rengeknya pada Yundhi.

Yundhi hanya tersenyum menangkap raut wajah khawatir Tiara. Mereka hendak berbalik tapi Ivan memasang mode bebal.

"Kemajuan lo pesat juga ya, lo udah jadi calon istri." seru Ivan lagi.

"Please Van, kita udah selesai empat tahun lalu, gue harap lo bisa hormati keputusan gue."

"Pesan itu dari pacar Yogi, lo harusnya denger penjelasan gue, ga pake lari hindarin gue, sialan."

Sampai kata 'sialan' keluar dari mulut Ivan, Yundhi semakin mati-matian menahan amarahnya.

"Gue tau pesan itu punya pacar Yogi, terus apa gue harus bertahan karena harus bantu lo menang taruhan? Gue udah maafin lo, dan gue harap kita bisa lupain semuanya." jelas Tiara.

Demi kedamaian dunia, Tiara mencoba mengajak Yundhi pergi dari tempat itu dengan sedikit menarik tangannya karena Yundhi memang terasa berat meninggalkan Ivan tanpa memberinya pelajaran. Tangan Yundhi yang terus terkepal sangat mengganggu bagi Tiara.

"Lo cuma ngasih gue kesempatan beberapa hari jadi gue ga bisa jadiin lo calon istri, lo kasih berapa hari buat cowok itu, dikasih apa lo sama dia, udah ngapain aja, lo harusnya adil jadi gimana kalau..."

Belum Ivan selesai dengan kalimatnya Yundhi telah berbalik, amarahnya tak bisa ia tahan lagi dan

BUGH

Satu pukulan keras mendarat di wajah mulus Ivan.

"Lo kalau gagal move on jangan nyusahin orang!" bentak Yundhi.

Merasa tidak terima, Ivan bangkit menyerang Yundhi, tapi tangannya berhasil di tangkis Yundhi dan lagi Ivan menerima pukulan Yundhi di perutnya.

BUGH BUGH

"Yundhi udah, please stop it, kita pulang!" pinta Tiara dengan suara bergetar.

Tiara hampir berhasil mengajak Yundhi berbalik, tapi kesempatan itu di manfaatkan Ivan untuk menyerang Yundhi dan

BUGH

Satu pukulan mengenai wajah Yundhi.

Baku hantam antar keduanya tak bisa di hindari lagi, Yundhi membalas Ivan begitupun sebaliknya membuat Tiara makin histeris ketakutan. Yundhi benar-benar kalap, mendengar kata-kata Ivan membuatnya sangat marah, apalgi itu mengenai Tiara.

Tentu saja Ivan kalah telak mengingat Yundhi lebih menguasai ilmu bela diri. Kalau sudah begini Yundhi akan sulit di hentikan.

"YUNDHI STOP, PLEASE!!"

Suara Tiara yang bercampur tangisan menyentak pendengaran Yundhi, ia menghentikan pukulannya pada Ivan yang telah terkapar di lantai. Jika dia tidak salah, Tiara menangis, sejak kapan?

"Gue harap lo sadar, lo dan Tiara cukup sampai di sini!" Yundhi mengingatkan Ivan.

Yundhi meninggalkan Ivan dan menghampiri Tiara yang meringkuk ketakutan sambil terisak.

"Sorry, udah ga apa-apa, kita pulang." ajak Yundhi. Ia meraih tubuh Tiara, merangkulnya mengisyaratkan bahwa semua baik-baik saja.

***

Di tengah perjalanan Tiara masih enggan memandang Yundhi, ia lebih memilih melihat ke arah luar jendela. Situasi hening itu sangat tidak mengenakkan Yundhi, meski samar Yundhi masih bisa mendengar kalau Tiara menangis.

"Udah ya Ra, kamu tau ga kalau aku lemah denger kamu nangis!"

"Kamu dengernya aku nangis kalau teriak, kalau pelan gini kamu ga mungkin denger." ucap Tiara menyindir.

"Aku minta maaf, udah ya marahnya janji ga berantem lagi."

"Tadi mikirnya apa, aku masih luka, sekarang kamu nambahin, mau bilang apa sama orang rumah, ga takut apa di bilang pasangan liar, kalau ayah tahu kamu yang alamat, restu bakal kesendat."

"Ya ampun, amit-amit, jangan bilang gitu, janji deh ini yang terakhir, udah ya!" suara Yundhi memelas. Tangannya mencoba meraih tangan Tiara. Sekilas Tiara melihat luka lecet pada punggung dan buku tangan Yundhi, matanya lalu menyisir sudut bibir Yundhi yang berdarah.

"Ini luka kecil sayang, beneran ga sakit. Nemu mantan kayak gitu di mana sih, kompor banget, bikin panas." coba Yundhi mencairkan suasana hati Tiara.

"Harus ya di bahas?"

"Enggak, aku penasaran aja. Gagal move on, bikin repot."

"Dia bukan gagal move on, gagalnya menang taruhan."

"Kamu jadi bahan taruhannya dia?" Tiara mengangguk.

"Udah ya, ga usah di bahas, udah tutup buku."

"Tahu gitu aku tendang lagi tadi."

"Yundhi Edward!" suara Tiara memperingatkan.

"Iya maaf!"

Tiara memaksa agar mereka pulang ke rumah Yundhi terlebih dulu, dia akan merasa tidak enak jika tidak ikut menjelaskan asal muasal luka sang kebanggaan keluarga. Akan berhadapan dengan oma Ranti, tante Citra dan om Hans dengan Yundhi yang terluka membuat Tiara gundah. Sang pewaris tahta berdarah karenanya.

Terpopuler

Comments

T.N

T.N

laki kok mulutnya lemes

2023-01-27

0

Cecan si pesek😘❤

Cecan si pesek😘❤

tuh si ivan kenapa ga dipukul sampe alm aja sih kesel tau tiara juga knpa mesti dihentikan iiiiihh gerammnya akuu😠😠

2020-01-11

4

Ety

Ety

thor sering2 up ya...
suka ama penasaran ceritanya

2020-01-11

2

lihat semua
Episodes
1 Cari Jodoh Seperti Cari Sepatu
2 Dia adalah Yundhi Edward Prasetya
3 Teacher Meets Pilot
4 Tertangkap Basah
5 Proper Date
6 Proper Date 2
7 Resepsi
8 Resepsi 2
9 Bukan Tahun Ini
10 Ceritanya
11 Pertemuan
12 Interview
13 Bukan Mantan
14 Sakit
15 Keyakinan
16 Calon Orang ke Tiga
17 17
18 Dia Kembali
19 Bersamaan
20 Graduation
21 Wanita Toilet
22 22
23 Jendos vs Duren
24 Salah Kostum, Lagi
25 25
26 Guru Baru
27 Just Talk
28 Jangan Libatkan Perasaan
29 Ditinggalkan
30 Pergi
31 Sakit
32 Keluarkan!
33 Kenyataan Lain
34 Blank
35 Jeda
36 Menemukanmu
37 Perhitungan
38 Gegara Kartu
39 Kecolongan
40 Baikan
41 Trauma
42 Belum Kelar
43 Home, is You
44 Brankar Talk
45 Gerimis dan Kencan Mendadak
46 Janji
47 Farewell Party
48 Helma
49 Drive Me Crazy
50 Cleopatra
51 Emma
52 Dinner
53 Rival
54 Kabar Gembira
55 Honeymoon (extra part)
56 Mustahil Nentang
57 Unpredictable Moment
58 Another Extra Part
59 Baby Moon
60 End, Wait For Season 2
61 61
62 62 Serangan
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67 Surprise
68 68
69 Chash When Teacher Meets Pilot
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 Masa Lalu
76 76
77 77
78 This Pilot Meets His Teacher 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84 Ceritanya Sensitif
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 94
95 95
96 Pengumuman
97 96: Bucinnya Yundhi
98 97: Bucinnya Tiara
99 Final Extra Part
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Cari Jodoh Seperti Cari Sepatu
2
Dia adalah Yundhi Edward Prasetya
3
Teacher Meets Pilot
4
Tertangkap Basah
5
Proper Date
6
Proper Date 2
7
Resepsi
8
Resepsi 2
9
Bukan Tahun Ini
10
Ceritanya
11
Pertemuan
12
Interview
13
Bukan Mantan
14
Sakit
15
Keyakinan
16
Calon Orang ke Tiga
17
17
18
Dia Kembali
19
Bersamaan
20
Graduation
21
Wanita Toilet
22
22
23
Jendos vs Duren
24
Salah Kostum, Lagi
25
25
26
Guru Baru
27
Just Talk
28
Jangan Libatkan Perasaan
29
Ditinggalkan
30
Pergi
31
Sakit
32
Keluarkan!
33
Kenyataan Lain
34
Blank
35
Jeda
36
Menemukanmu
37
Perhitungan
38
Gegara Kartu
39
Kecolongan
40
Baikan
41
Trauma
42
Belum Kelar
43
Home, is You
44
Brankar Talk
45
Gerimis dan Kencan Mendadak
46
Janji
47
Farewell Party
48
Helma
49
Drive Me Crazy
50
Cleopatra
51
Emma
52
Dinner
53
Rival
54
Kabar Gembira
55
Honeymoon (extra part)
56
Mustahil Nentang
57
Unpredictable Moment
58
Another Extra Part
59
Baby Moon
60
End, Wait For Season 2
61
61
62
62 Serangan
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67 Surprise
68
68
69
Chash When Teacher Meets Pilot
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
Masa Lalu
76
76
77
77
78
This Pilot Meets His Teacher 78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84 Ceritanya Sensitif
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
Pengumuman
97
96: Bucinnya Yundhi
98
97: Bucinnya Tiara
99
Final Extra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!