Resepsi 2

Penampilan Tiara yang biasa menjadikannya terlihat luar biasa di antara para tamu yang datang dari kalangan menengah ke atas. Terbukti sejak masuki area ballroom tempat resepsi itu di gelar, ia sudah merasa risih dengan tatapan-tatapan liar para tamu di sana. Apa mungkin yang menjadi pusat perhatian mereka adalah laki-laki tampan yang kini melingkarkan tangannya pada pinggang langsing Tiara dengan sangat possesif.

Tiara ingin melepaskan lingkaran tangan Yundhi dari tubuhnya, tapi malah membuat Yundhi semakin mengeratkan tangannya. Baru ketika seseorang yang lebih matang darinya menghampiri, Yundhi sedikit melonggarkan pelukannya dan mengajak orang tersebut bersalaman khas laki-laki.

"Wah bakalan patah hati nasional nih semaskapai pramugari dan fans kamu kalau lihat pemandangan ini."

Tiarapun tersenyum ramah sambil menyalami laki-laki yang terlihat manis dengan kumis tipisnya itu. Entah kenapa mendengar sekilas ucapan laki-laki itu membuat telinga Tiara sedikit panas.

"Bisa aja capt, udah salaman sama Ardi?"

"Belum, nyonya minta makan dulu tadi. Tu lagi ngobrol. Tapi sejak kapan nih? Kamu bersikap ga sopan ga kenalin cewek cantik ini!"

"Janganlah, nanti kapten belok nikung saya. Saya tahu kapten orangnya nekat."

Tiara tersenyum geli mendengar percakapan dua laki-laki yang sepertinya satu profesi itu.

"Dasar bocah, kamu hebat lho bisa luluhkan calon kapten ini, saya hampir ngira dia lebih suka main pedang," ujar laki-laki berkumis tipis yang dipanggil kapten oleh Yundhi itu pada Tiara, membuat Tiara harus menutup mulutnya menahan tawa.

Benarkah Yundhi tidak pernah pacaran.

"Kapten jangan bikin pamor saya jatuh dong! Jangan di dengerin, Ra!"

Beberapa orang laki-laki dan wanita datang silih berganti menyapa Yundhi. Seperti dialah pemeran utama di acara itu menyaingi si empunya pesta. Tentu saja Tiara juga terlibat di sana karena Yundhi sedetik pun tidak membiarkannya lepas dari jangkauan. Beberapa wanita, yang Tiara tebak adalah pramugari di maskapai yang sama dengan Yundhi, datang secara terang-terangan mengungkapkan kekecewaannya karena Yundhi telah memiliki pasangan.

Yundhi mencari tempat duduk yang dirasa nyaman untuknya dan Tiara. Setelah mendapat tempat yang pas, Yundhi mengamati setiap stand makanan yang masih banyak di kerumuni para tamu.

"Kita appetizer es krim dulu ya?" Yundhi bertanya seraya melihat stand es krim yang lumayan lengang.

Tiara mengangguk setuju, meski ia merasa es krim seharusnya menjadi dessert.

"Tunggu di sini, aku ambilin dulu!" ujar Yundhi sambil meninggalkan Tiara sendiri menuju stand es krim. Saat mengantre, tiba-tiba pundaknya mendapat tepukan dari seseorang.

"Pilgan, datang juga, sama siapa?"

"Yang hormat sama senior, kamu nih minta di tonjok."

Orang yang menepuk pundaknya ternyata adalah salah satu juniornya di maskapai. Yundhi memang terkenal ramah di luar kemudi pesawat, karena itu banyak senior dan junior senang bergaul dengannya.

"Bang, lihat cewek yang di sebelah sana nggak?" Yundhi memandang ke arah telunjuk juniornya yang mana yang di maksud adalah Tiara.

"Kenapa emangnya?" Yundhi pura-pura ingin tahu meski dalam hati sudah merutuki juniornya itu.

"Kayaknya dia bukan orang kantor deh, bukan pramugari juga karena tingginya ga ideal buat jadi pramugari, tapi cantik deh, kayaknya umurku ga beda jauh sama dia. Dia sama siapa ya ke sini? Kalau ga ada pasangan, aku mau deh bang ikut antre kayak cowok-cowok di sekitar itu," ujar si junior itu panjang lebar, membuat Yundhi harus menarik nafas kesal.

Pandangan Yundhi mulai mengitari orang-orang yang duduk di sekitar Tiara. Memang benar, dia menemukan beberapa lelaki tengah mengamati Tiara lekat. Seperti mengetahui bahwa Tiara belum pernah di jamah, mereka memandangnya lapar penuh minat. Sialan. Yundhi juga melirik Dimas, si junior, yang juga menunjukkan ketertarikan pada Tiara.

"Ekhem." Yundhi berdehem sebelum berkata lebih lanjut. "Dia udah ada yang punya, jangan sembarangan kamu Dim!"

"Siapa bang? Jangan sok tahulah!"

"Sialan kamu, dia cewek gue, awas lo!"

Yundhi melangkah pergi setelah sebelumnya menyikut dada Dimas yang membuat juniornya itu meringis kesakitan.

Begitu kembali duduk di samping Tiara, Yundhi sibuk dengan es krimnya seperti sengaja ingin cepat-cepat dihabiskan.

Tiara merasa heran karena sebelumnya Yundhi terlihat santai.

"Habis ini kita salaman ya, terus pulang?"

"Kenapa, kan belum makan?"

"Kita makan di luar aja."

Setelah menyelesaikan es krimnya, Yundhi melihat ke arah para lelaki yang tadi meminati Tiara, ada yang masih menatap, ada juga yang sudah membuang muka karena melihat kehadiran Yundhi. Ia merasa heran, padahal Tiara memakai busana yang sopan, tidak sedikitpun mengekspose bagian tubuhnya seperti tamu wanita lain di sana. Entah daya tarik apa yang dimiliki wanitanya itu sehingga para lelaki betah melihatnya. Bahkan omanya sendiri gencar meminta Tiara dijadikan cucu mantu.

Tiara tentu saja bertanya-tanya dengan perubahan sikap pria yang baru beberapa jam menjadi kekasihnya itu. Bahkan sekarang Yundhi mulai gelisah.

"Kamu kenapa? Sakit? Aku ambilin minum ya." Tiara akan beranjak tapi segera di cegah Yundhi.

"Aku nggak apa-apa, kamu diem aja, ga usah jauh-jauh dari aku!"

"Makanya kenapa sampai gelisah gitu?"

"Ck," rasanya Yundhi tidak ingin mengatakan yang sebenarnya pada Tiara, "kamu ga nyadar dilihatin banyak singa?"

Dengan nada sedikit kesal Yundhi menjawab pertanyaan Tiara.

Tentu saja Tiara lebih bingung lagi dengan jawaban Yundhi, daripada memikirkannya Tiara lebih memilih masa bodoh, toh Yundhi sudah menegaskan dia baik-baik saja. Belum habis es krim di cup milik Tiara, Yundhi sudah lebih dulu menarik tangannya tidak sabaran.

Mereka kini berada di antrean panjang menuju kedua mempelai untuk bersalaman. Meski terlihat lebih tenang sebenarnya Yundhi masih memasang radar waspada.

"Up, broh? baru nih?" sapa Ardi, menyalami Tiara dan Yundhi bergiliran.

Yundhi sudah menduga sahabatnya itu akan membuat dirinya jadi bulan-bulanan.

"Iya, baru dua jam. Selamat ya Di-Nad." ucap Yundhi tulus pada pasangan muda itu.

Ardi meminta salah satu WO menyetop sebentar para tamu karena ingin mengambil gambar dengan Yundhi dan Tiara.

"Selamat ya mba, semoga langgeng, samaro, bahagia selalu," ucap Tiara pada Nadia sambil mencipika-cipiki pengantin yang menurutnya sangat cantik itu.

Meski tidak mengenal mereka, paling tidak Tiara mengucapkan hal yang lumrah diucapkan untuk pasangan pengantin baru yang sedang berbahagia.

"Terima kasih. Kamu pacarnya Yundhi?"

Sontak pertanyaan Nadia itu membuat Tiara malu untuk menjawab.

"Apaan sih, pake nanya, ga lihat datengnya sama gue?" Yundhi sewot setengah mati merasa tidak dipercaya.

"Gue cuma mastiin dodol. Kamu yang sabar ya ngadepin dia. Nih aku kasihin buket bungaku."

Nadia memberikan buket bunganya pada Tiara yang sedari tadi ia bawa sebagai pelengkap penampilan.

Tiara menerimanya dengan senang hati, tapi merasa tidak enak karena biasanya ada ritual lempar bunga untuk para lajang di sela acara.

"Ga apa-apa, masih ada cadangannya kok." Nadia seperti bisa membaca rasa tidak enak hati Tiara.

"Lo jagain ni cewek, gue demen lihatnya, terus nyusul tahun depan!" itu titah berkedok paksaan Nadia untuk Yundhi agar segera menyusul tahun depan dan dijawab Yundhi ingin menikah tahun ini. Tahun ini? Tiara saja belum wisuda, apa maksudnya?

Akibatnya, Tiara tersedak ludah sendiri mendengar jawaban lugas Yundhi yang dengan santai menjanjikan untuk menyusul mereka tahun ini.

Ini cowok saklek banget sih, baru juga resmi beberapa jam.

Tiara mengumpat dalam hati dengan mata membulat pada Yundhi.

"Kejar setoran atau kejar apaan lo? Buru-buru banget."

"Gue mau balapan bikin keturunan ama lo." Baik Yundhi, Ardi dan Nadia tertawa mendengar jawaban nyeleneh itu. "Ya do'ain aja, lagi usaha nih." Yundhi melanjutkan, Ardi-Nadia mengaminkan, Tiara senyum-senyum, tidak tahu bagaimana harus menanggapi.

"Foto dulu!"

Nadia menarik Tiara agar berdiri di sampingnya, Yundhi memposisikan diri di samping Ardi.

"Udah ya, antreannya masih panjang, sekali lagi selamat." Yundhi dan Tiara bergegas turun.

"Aduh!" Baru menuruni tangga terakhir satu pukulan keras menghampiri sebelah bahu Yundhi.

"Kamu kenapa mukul, pedes lho."

"Maksudnya apa tahun ini?"

Yundhi terkekeh mendengar pertanyaan kekasihnya itu. Dengan berani ia mengenggam tangan Tiara, "kita bahas nanti."

Beberapa pasang mata memandang iri pada keduanya, dan masih saja ada tatapan lapar yang ditujukan pada Tiara dan membuat Yundhi gerah. Mau tak mau mereka pulang lebih cepat dari acara itu.

***

"Mau makan apa nih kita, Chinesse, Western atau sea food?" Yundhi bertanya penuh antusias. Sudah membayangkan beberapa menu yang ingin di nikmatinya. Sambil menstater mobil dan segera keluar dari area hotel.

"Makan di warung tenda aja deh."

"Hm. Oke." Dugaannya meleset. Tidak ada satupun tawarannya yang di terima Tiara.

"Nanti aku kasih tau warung tenda langganananku." Kali ini Tiara ingin mengenalkan seleranya pada Yundhi yang sepertinya masih kaget mendengar istilah warung tenda. "Jadi, apa maksudnya tadi tahun ini?"

"Apanya yang tahun ini?" Yundhi balik bertanya dengan niat jahil.

"Yang maksudnya kamu mau nikah tahun ini?"

"Kamu ngajakin nikah, oke, aku mau."

"Yundhiiiii!" Tiara kembali melayangkan pukulan pada lengan kiri Yundhi bertubi-tubi.

"Aduh! Iya, iya, sakit, Ra!"

"Makanya jangan jahil!"

"Pacar itu di elus-elus, di sayang-sayang, masa dipukulin."

"Ck." Tiara menyerah menghadapi tingkah orang yang katanya kekasihnya itu. Badannya kembali bersandar dan lebih memerosotkan diri di kursi penumpang.

"Iya maaf, kamu cepet ya reaksinya kalau di goda. Aku seneng lihatnya."

"Terus!"

"Terus ya itu, kalau kamu setuju, aku mau kita nikah tahun ini."

Darah Tiara mendesir seketika merubah kerja jantungnya yang tadinya normal menjadi lebih cepat ratusan kali lipat, akibatnya sebagian darahnya mungkin berkumpul di wajah saat ini. Baru kali ini dia menemukan laki-laki yang memintanya menjadi pacar sekaligus mengajak menikah di hari yang sama. Dia tidak menyangka Yundhi secepat itu. Gercep.

"Gimana?" Yundhi kembali melanjutkan. Membuat Tiara kembali fokus merangkai jawaban yang tepat untuk Yundhi.

"Apa ga terlalu cepat? Kamu belum kenal aku lebih dalam, dan kita baru beberapa jam lho officialnya."

"Aku lihat kamu pakai daster tadi aja malah mau ngajak kamu nikah besok pagi kalau bisa."

Tiara memicingkan mata mendengar Yundhi mengungkit-ngungkit masalah daster. "Ck, nikah itu bukan buat main-main, aku cuma mau nikah sekali seumur hidup," ujar Tiara tegas.

"Aku juga serius. Aku lebih milih pacaran setelah nikah dari pada pacaran lama-lama ga jelas. Kalau kamu takut masalah karir, aku ga akan larang kamu ngajar di manapun kamu mau. Asal kamu bisa bagi waktu." Yundhi tidak kalah serius.

Tiara tersentak mendengar kata-kata yang Yundhi ucapkan, tidak ada guratan candaan sedikitpun di wajahnya. Dia tidak menyangka laki-laki flamboyan itu punya pemikiran yang sangat dewasa.

”Kenapa kamu milih aku?" tentu saja Tiara harus menanyakan hal itu mengingat profesi Yundhi yang di kelilingi wanita cantik bak model yang tanpa ia rayupun wanita-wanita itu pasti rela menyerahkan diri mereka.

"Harus di jawab ya, yang itu?"

"Iyalah, aku inget banget awal ketemu kamu ga suka banget sama aku. Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?"

'Jujur ga ya, ni cewek jeli banget, teliti , kritis lagi, kenapa ga legowo aja sih.'

"Yundhi!"

"Iya...karena kamu Tiara. Cewek yang aku cari selama ini, aku suka kamu, skill kamu, kemandirian kamu, dan kamu tipe aku, ga banyak nuntut, ga banyak tingkah, ga banyak gaya kayak cewek lain."

Dalam hati Yundhi berdo'a jawaban standarnya bisa memuaskan rasa ingin tahu Tiara, jauh dari jawaban itu Yundhi tidak asal saja memilih Tiara sebagai pacar bahkan calon istrinya. Meski baru bertemu, dia seperti sudah lama mengenal gadis itu, banyak hal yang sudah ia ketahui tentang Tiara dari catatan-catatan kecil yang ia simpan di flashdisknya yang dulu terjatuh di mobil Yundhi. Ya, Yundhi sudah membaca semua file Tiara tanpa izin empunya. Bahkan Yundhi tahu judul skripsi yang Tiara tulis. Untuk saat ini dia belum punya keberanian mengatakan yang sebenarnya.

Banyak rasa kagum yang muncul saat Yundhi membaca file-file itu, bahkan Yundhi mengcopy beberapa foto Tiara yang tersimpan di sana.

"Hm." Tiara masih menimbang sesekali memandang ke arah Yundhi, tidak ada gurat candaan atau main-main di wajah tampannya si pilot.

"Ra, ngomong dong, aku deg-degan nih!"

Dikira dia doang yang deg-degan.

Tiara menarik nafas dalam dan menghembuskannya, semoga jawaban yang akan dia berikan tidak membuat Yundhi kecewa.

Terpopuler

Comments

Devi Handayani

Devi Handayani

jangan kecewain dong raa.... babang pilotnyaa😌😌

2022-10-31

0

Rosaline

Rosaline

gercep banggg😂

2021-11-24

0

kiko enak tau🗿💅💅

kiko enak tau🗿💅💅

ha..ha...yang baru jadian deg..deg..kan so sweett

2020-09-16

1

lihat semua
Episodes
1 Cari Jodoh Seperti Cari Sepatu
2 Dia adalah Yundhi Edward Prasetya
3 Teacher Meets Pilot
4 Tertangkap Basah
5 Proper Date
6 Proper Date 2
7 Resepsi
8 Resepsi 2
9 Bukan Tahun Ini
10 Ceritanya
11 Pertemuan
12 Interview
13 Bukan Mantan
14 Sakit
15 Keyakinan
16 Calon Orang ke Tiga
17 17
18 Dia Kembali
19 Bersamaan
20 Graduation
21 Wanita Toilet
22 22
23 Jendos vs Duren
24 Salah Kostum, Lagi
25 25
26 Guru Baru
27 Just Talk
28 Jangan Libatkan Perasaan
29 Ditinggalkan
30 Pergi
31 Sakit
32 Keluarkan!
33 Kenyataan Lain
34 Blank
35 Jeda
36 Menemukanmu
37 Perhitungan
38 Gegara Kartu
39 Kecolongan
40 Baikan
41 Trauma
42 Belum Kelar
43 Home, is You
44 Brankar Talk
45 Gerimis dan Kencan Mendadak
46 Janji
47 Farewell Party
48 Helma
49 Drive Me Crazy
50 Cleopatra
51 Emma
52 Dinner
53 Rival
54 Kabar Gembira
55 Honeymoon (extra part)
56 Mustahil Nentang
57 Unpredictable Moment
58 Another Extra Part
59 Baby Moon
60 End, Wait For Season 2
61 61
62 62 Serangan
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67 Surprise
68 68
69 Chash When Teacher Meets Pilot
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 Masa Lalu
76 76
77 77
78 This Pilot Meets His Teacher 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84 Ceritanya Sensitif
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 94
95 95
96 Pengumuman
97 96: Bucinnya Yundhi
98 97: Bucinnya Tiara
99 Final Extra Part
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Cari Jodoh Seperti Cari Sepatu
2
Dia adalah Yundhi Edward Prasetya
3
Teacher Meets Pilot
4
Tertangkap Basah
5
Proper Date
6
Proper Date 2
7
Resepsi
8
Resepsi 2
9
Bukan Tahun Ini
10
Ceritanya
11
Pertemuan
12
Interview
13
Bukan Mantan
14
Sakit
15
Keyakinan
16
Calon Orang ke Tiga
17
17
18
Dia Kembali
19
Bersamaan
20
Graduation
21
Wanita Toilet
22
22
23
Jendos vs Duren
24
Salah Kostum, Lagi
25
25
26
Guru Baru
27
Just Talk
28
Jangan Libatkan Perasaan
29
Ditinggalkan
30
Pergi
31
Sakit
32
Keluarkan!
33
Kenyataan Lain
34
Blank
35
Jeda
36
Menemukanmu
37
Perhitungan
38
Gegara Kartu
39
Kecolongan
40
Baikan
41
Trauma
42
Belum Kelar
43
Home, is You
44
Brankar Talk
45
Gerimis dan Kencan Mendadak
46
Janji
47
Farewell Party
48
Helma
49
Drive Me Crazy
50
Cleopatra
51
Emma
52
Dinner
53
Rival
54
Kabar Gembira
55
Honeymoon (extra part)
56
Mustahil Nentang
57
Unpredictable Moment
58
Another Extra Part
59
Baby Moon
60
End, Wait For Season 2
61
61
62
62 Serangan
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67 Surprise
68
68
69
Chash When Teacher Meets Pilot
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
Masa Lalu
76
76
77
77
78
This Pilot Meets His Teacher 78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84 Ceritanya Sensitif
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
Pengumuman
97
96: Bucinnya Yundhi
98
97: Bucinnya Tiara
99
Final Extra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!