Vampires and the Dark Moorblood

Vampires and the Dark Moorblood

Chapter 1 : We Lost?

Pagi hari yang hampir memasuki musim gugur, dua wanita berparas cantik tengah sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Mereka adalah Alana dan Hanna. Dua bersaudara yang hanya berjarak 5 tahun.

Hanna, yang merupakan kakak dari Alana sedang menyiapkan makanan untuk sarapan di meja makan, dia meletakkan dengan telaten beberapa makanan yang mampu dia siapkan, sedangkan Alana tengah berlarian tak karuan, masuk ke ruangan lain lalu keluar dan begitu seterusnya. Gadis itu nampak panik sambil terus membawa tas besar di punggungnya.

"Alana, kita sarapan dulu!" Ucap Hanna yang sudah duduk di kursi meja makan.

"Baiklah, Kak." Sahut Alana.

Setelah selesai dengan kegiatannya, kedua bersaudara itu pun menyantap sarapan dengan lahap. Hanya ada mereka di ruang makan. Mereka hidup tanpa kedua orang tua.

Dahulu, sebelum mereka tinggal di apartemen, Hanna dan Alana di titipkan oleh ayahnya di salah satu panti asuhan. Setelah dewasa, Hanna pergi bersama Alana untuk hidup mandiri. Hanna bekerja sebagai pegawai kantor yang penghasilannya cukup untuk menghidupi keduanya di tengah-tengah padatnya kota.

"Kau yakin akan pergi? Coba kau pikirkan lagi dengan matang," ujar Hanna pada Alana. Dia merasa ragu dengan keputusan sang adik.

"Kakak tenang saja, aku kan tidak sendirian ke hutan itu. Ada banyak teman sekolahku yang pergi." balas Alana dengan santai.

"Tapi--"

"Aku sudah terlambat. Kalau begitu aku berangkat ya, Kak." Alana memotong ucapan Hanna dan berjalan keluar rumah untuk berangkat menuju ke sekolah.

"Baiklah, hati-hati di jalan."

"Semoga kau baik-baik saja di sana." lirihnya.

Perasaan Hanna mulai tidak baik saat Alana sudah meninggalkan rumah untuk tour bersama teman-teman sekolahnya. Dia menghela napas dan berusaha untuk berpikir positif. Selesai makan, dia tak lupa membersihkan piring kotor dan bersiap untuk berangkat kerja.

Usianya yang sudah menginjak 22 tahun tak mengurungkan niatnya untuk bekerja keras demi menghidupi diri dan juga sang adik. Pekerjaan hari ini cukup padat, dia harus ke kantor untuk mengurus beberapa dokumen. Untungnya, perusahaan tempatnya bekerja tidak terlalu jauh dari rumahnya. Itu sedikit menguntungkan dari segi transportasi.

Sampai di halte Alana dengan cepat turun dari bus lalu berlari menuju sekolah. Sampai di sana, semua murid beserta guru sudah bersiap-siap untuk naik ke dalam bus pariwisata.

"Alana!" panggil seseorang sambil melambaikan tangan untuk memberi sinyal padanya.

Alana pun menghampiri orang itu dan dengan cepat masuk ke dalam bus bersamanya.

Guru yang tadinya berada di luar bus juga ikut masuk ke dalam bus. "Baiklah semuanya saya akan mengabsen kalian. Tolong jangan ada yang berisik." ujarnya.

"Baik!" sahut semua murid kompak. Guru itu pun mulai mengabsen.

Di perjalanan semua berjalan biasa dan terlihat normal, para murid juga nampak menikmati perjalanan tour. Bahkan ada beberapa yang bercanda gurau, tidur, bermain ponsel, dan mengobrol.

Saat ini Alana tengah mendengarkan lagu kesukaannya melalui headphone. Sedangkan teman satu bangkunya sedang tertidur lelap. Sesekali Alana melihat keluar jendela untuk menikmati pemandangan alam yang menakjubkan.

Setelah berjam-jam melakukan perjalanan, akhirnya mereka sampai di hutan untuk mendirikan tenda. Sebelum melakukan tour ke tempat yang sudah di jadwalkan, pihak sekolah memutuskan untuk berkemah selama satu hari. Tujuannya agar para siswa dapat mandiri dan mengenal alam sekitar.

"Wah, kalau dilihat secara langsung tempat ini jauh lebih bagus," seru Alana yang terkesima dengan pemandangan hutan.

"Kau benar," sahut Elice yang setuju dengan opini Alana, dia pun ikut terkesima.

"Elice," panggil seseorang. Sang empu menoleh ke belakang ketika namanya dipanggil seseorang.

"Kita akan mendirikan tenda di sebelah mana?" tanya gadis itu pada Elice yang masih terdiam.

"Ehm ... di sana saja," jawab Elice sambil menunjuk lapak kosong.

"Baiklah," ucap anak itu lalu pergi begitu saja.

"El, kita satu tenda dengan Helen?" bisik Alana pada Elice.

"Yaaa, begitulah ... bu Maria yang memasukkannya ke dalam kelompok kita," jawab Elice sambil terus memotret pemandangan dengan ponselnya.

"Kenapa?" tanya Alana lagi.

"Dia kan tidak dapat kelompok." Jawab Elice sambil menghela napas. Diikuti anggukan dari Alana.

"Apa kau melihat Yuri? Sejak tadi aku tidak melihat batang hidungnya." Tanya Alana kembali.

"Dia sedang mengambil air di sungai bersama anak-anak yang lain. Kalau kau tidak ada kerjaan, lebih baik bantu yang lain mencari kayu bakar. Aku harus ke dapur umum untuk membantu memasak," ucap Elice lalu pergi ke suatu tempat, meninggalkan Alana sendirian.

"Aku harus mencarinya sendirian?" Tanya Alana.

"Terserah, kau bisa mengajak Helen jika kau mau. Sudah ya," ujar Elice yang sudah menjauh dari pandangan Alana.

Alana pun menghampiri Helen yang sedang sibuk mendirikan tenda. Dengan perasaan sedikit takut dia berusaha menanyakannya.

"Helen, ehm ... apa kau sudah selesai mendirikan tenda?" Tanya Alana terlihat gugup.

Helen menoleh sejenak. "Sebentar lagi selesai, memang kenapa?" balasnya sambil terus melanjutkan pekerjaannya.

"Aku ingin mengajakmu untuk mencari kayu bakar," tawarnya pada Helen, dia juga berusaha tak kikuk di hadapan salah satu temannya itu. Mengingat bahwa Helen adalah anak pendiam yang dingin dan cuek.

"Kau takut ke hutan sendirian?" Tanya Helen.

"T-tidak juga, aku hanya ingin ditemani saja. Jika kau tidak mau, aku akan pergi sen--"

"Aku sudah selesai, ayo." Helen memotong ucapan Alana.

"K-kemana?" Tanya Alana bingung dengan ajakan Helen yang mendadak.

"Mencari kayu bakar." Helen mengingatkan Alana.

"Ahh ... iya, kau benar. A-ayo kita cari kayu bakar." Jawab Alana sedikit gagap.

Mereka berdua pun masuk ke dalam hutan bersama dan mulai mencari beberapa ranting pohon yang berserakan di tanah.

Tak terasa mereka berjalan semakin jauh dari kawasan perkemahan, kedua tangan mereka juga penuh oleh ranting pohon.

"Sepertinya ini sudah cukup." Ujar Alana.

"Kita harus sampai ke perkemahan sebelum matahari terbenam." Helen menambahkan. Alana mengangguk singkat.

Sudah setengah jam mereka berjalan menyusuri hutan lebat tersebut. Udara semakin dingin dan matahari pun hampir hilang dari singgasananya, keadaan semakin mencekam saat sesuatu mulai bergerak dari balik semak-semak. Helen menanggapinya dengan biasa dan terus berjalan mencari jalan keluar. Sedangkan Alana mengikuti Helen dari belakang sambil terus mengumpat dalam hati karena merasa parno.

Saat matahari benar-benar sudah tidak berpijar lagi di langit jingga, mereka menghentikan langkahnya dan mendapati bahwa hutan sudah gelap gulita. Yang bisa mereka andalkan hanyalah cahaya bulan.

"Sepertinya kita tidak bisa melanjutkan perjalanan karena hari sudah semakin gelap, terpaksa kita harus menunggu sampai besok pagi." Tutur Helen.

"M-maksudmu ... kita berdua tersesat di hutan ini?" Tanya Alana mulai panik.

Helen mengangguk kecil. "Ya, kita tersesat." Jawabnya santai.

"Lalu, kita harus bagaimana?" Alana mulai panik.

"Kita tunggu sampai besok pagi."

"Besok pagi?!"

"Ya, besok pagi. Kalau kau merasa kelelahan kau bisa langsung tidur."

"A-apa? Tidur? Maksudmu tidur di sini?"

"Sepertinya kau sangat suka mengulang ucapan seseorang."

"Ahh, m-maaf aku sedang panik."

"Kebiasaan yang aneh." Gumam Helen.

Alana mendengar sedikit ucapan Helen walaupun sangat pelan. "Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu tidak nyaman." Katanya.

"Lupakan saja, lebih baik kita segera tidur supaya besok tenaga kita cukup untuk mencari jalan keluar." Papar Helen.

"Apa kau bisa tidur dalam kondisi seperti ini?"

"Aku sudah terbiasa."

"Ahh, begitu ya ..." Alana menunduk setelah mendengar ucapan Helen barusan.

Apa dia benar-benar sudah terbiasa? Batinnya.

Helen yang dingin tak mau mengobrol banyak dengan Alana. Selain penat, dia sebenarnya juga tidak suka berbasa-basi.

...***...

Terpopuler

Comments

ARMILA06

ARMILA06

AQ mampir juga

2024-06-20

0

Sasha ✨️

Sasha ✨️

Kenapa nih pagi² ko dah panik aja??

2023-06-05

0

Sasha ✨️

Sasha ✨️

Queen mampir, semangat 💪

2023-06-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!