The Invitation

Ting!

Suara nyaring yang begitu dikenali memecah keheningan di dalam ruang kelas 11-2. Semua murid bergerak cepat mengambil ponsel yang berada di saku masing-masing.

Ternyata ada sebuah pesan dari nomor tak dikenal. Pesan itu berbentuk video singkat yang menyampaikan undangan pesta. Mereka serentak menonton video singkat tersebut dengan seksama.

Isi pesan pada videonya sebagai berikut:

"Hai! Namaku Hares, murid baru di sekolah ini. Datanglah jam tujuh malam hari ini, karena aku akan mengadakan pesta ulang tahun. Sampai ketemu di Birth-Die Party nanti malam semuanya."

"Birth-Die Party? Pesta kematian maksudnya?" Tutur salah satu murid laki-laki.

"Jangan norak deh, itu kan hanya sebuah nama."

"Sepertinya semua murid mendapat pesan video ini. Apa kau akan pergi?" tanya Elice pada Yuri yang masih menonton video tersebut.

"Ehm, ya ... kurasa aku bisa pergi." balas Yuri yang kurang excited.

"Aku akan memakai dress yang bagus untuk nanti malam," tutur Elice penuh percaya diri.

"Tidak perlu bagus-bagus, kita hanya akan pergi ke pesta ulang tahun, bukan ke pesta pernikahan." sahut Yuri.

"Apa menurutmu tema pesta yang Hares adakan adalah bertema horor?" Elice kembali kegirangan.

"Ck, aku tidak akan mau datang kalau temanya horor."

"Dasar penakut!"

"Omong-omong ... Alana dan Stevan lama sekali keluar kelas, kira-kira mereka dapat pesan ini juga tidak, ya?" kata Elice bertanya-tanya.

"Entahlah." Yuri menggeleng singkat.

Alana masih berjalan menuju kelasnya dengan wajah setengah kesal. Ketiga vampir itu membuatnya kewalahan dan ia sangat membenci hal itu. Mereka seenaknya melarang sesuatu tanpa persetujuan dari Alana sendiri.

Sebelumnya, dia sudah tau bahwa Hares akan berada di sekolahnya. Dia juga telah mengetahui alasan keberadaan Hares di kotanya saat ini.

Pagi tadi di halte bus ....

Alana tengah berjalan santai menuju halte bus yang sudah dipadati oleh para calon penumpang. Dengan wajah setengah lelah dia berhimpitan dengan orang-orang yang sudah mulai memasuki bus.

Namun, tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang dari kawanan para penumpang. Dia terkejut dan menoleh untuk melihat siapa yang sudah menarik dirinya dari kerumunan.

"Kau?!"

"H-hai ...." sapa Hares sedikit ragu.

"Apa yang kau lakukan di sini? K-kau pasti ingin membawaku ke hutan itu lagi, kan?" Alana berusaha melarikan diri.

"Tidak, dengarkan aku dulu ..." Hares kembali meraih tangan Alana.

"Tidak mau! Menjauh dariku, atau aku akan berteri--"

Hares menunduk. "Maaf."

"Apa?" Alana terkejut mendengar kata 'maaf' keluar dari mulut Hares.

"Aku benar-benar minta maaf, aku sangat menyesal atas kejadian yang menimpamu di hutan itu."

"Kau bilang apa barusan?"

"Aku bukan lagi tangan kanan Alex, aku datang ke kota ini untuk menjalani kehidupan baruku." kata Hares terus terang.

"Bohong!"

"Aku tidak akan memaksamu untuk memaafkan dan mempercayaiku, yang jelas aku tidak berhubungan lagi dengan Alex, itu sebabnya aku melarikan diri ke kota ini, dan aku tulus meminta maaf padamu." Hares berusaha meyakinkan Alana.

"Kenapa harus ke kota ini? Kau bisa pergi ke kota lain, kan?" Alana menyergah semua ujaran Hares. Seakan tidak percaya.

"Hanya kota ini yang aku ketahui." Hares kembali menunduk, "baiklah ... sampai jumpa." Hares pergi dari hadapan Alana dengan wajah lesu.

Alana terdiam dan mendengus kesal. Tak habis pikir kalau Hares akan secepat ini mencarinya.

Tapi, Hares berusaha meminta maaf pada Alana, wajahnya saat meminta maaf juga terlihat tulus dan tidak dibuat-buat. Alana pun merenungkan semua ucapan Hares, dia menghela napas secara perlahan dan sedikit merasa bersalah karena sudah membentak Hares, padahal laki-laki itu mengucapkan semuanya dengan lembut.

Apa dia sungguh-sungguh? Batin Alana.

Tiba di depan kelasnya, Alana mendapati kedua temannya berdiri di depan pintu. Sontak hal tersebut membuat Alana terkejut dan mendengus kesal.

"Aish! Jika kalian melakukan itu lagi aku tidak akan memaafkan kalian!" decak Alana merasa kesal.

"Jangan marah-marah nanti kau cepat tua." ujar Yuri meledek.

"Apa kau mendapat pesan video dari Hares?" Tanya Elice mengalihkan topik.

"Pesan apa? Aku tid--"

"Minggir!" seru Stevan yang baru saja datang.

"Kau ini kenapa, huh?!" Yuri mendengus kesal karena Stevan mendorongnya dengan kasar.

"Diamlah, suaramu sangat mengganggu." ucap Stevan tidak peduli.

"Sudah ... biarkan saja." Alana melerai pertengkaran kecil antara Yuri dan Stevan.

"Eum ... tadi kau bilang apa?" tanya Alana pada Elice.

"Pesan video,"

"Ahh, sebentar ..." Alana mengambil ponsel di dalam saku seragamnya. Dia pun membuka pesan video yang dimaksud oleh kedua temannya.

"Hares mengadakan pesta, malam ini ...?"

"Kita bertiga bisa pergi bersama," seru Elice yang begitu antusias.

"Tapi, kita kan masih SMA, apa boleh pergi ke pesta seperti itu pada malam hari?"

"Ini kan hanya pesta ulang tahun. Lagipula, di pesan itu juga tertulis kalau pesta hanya berlangsung dari jam 7 malam sampai jam 9 malam."

"Tapi, harus tanyakan hal ini terlebih dahulu pada kak Hanna."

Malamnya ....

Hanna dan Alana tengah menyantap makan malam bersama, suasana hening dan hikmat saat menikmati makanan yang tersaji di atas meja makan. Alana nampak memainkan makanannya karena bimbang untuk meminta izin pada sang kakak. Dia terus memperhatikan Hanna yang sibuk menyantap makanannya.

Hanna menoleh ke arah Alana karena merasa dirinya diperhatikan secara diam-diam.

"Apa kau ingin mengatakan sesuatu?" tanya Hanna.

"Eum ... a-aku ...."

"Katakan saja."

Alana menarik napasnya agar tidak gugup dan mulai bicara. "Salah satu teman mengundangku ke pesta yang diadakan malam ini, jadi ... apa aku boleh per--"

"Tidak." Singkat, padat, jelas. Balasan dari Hanna membuat Alana terlonjak.

"Apa?"

"Kau harus tetap di rumah," titah Hanna, melarang Alana untuk pergi ke pesta tersebut.

"Ahh, begitu ya ...? B-baiklah, kalau begitu aku akan beritahu teman-temanku kalau aku tidak jadi pergi."

Hanna mengangguk singkat.

"Oh iya ... setelah ini pergilah ke minimarket untuk membeli soda, kita kehabisan soda hari ini." Hanna menyuruh Alana.

"Iya, aku akan pergi setelah mencuci piring."

Hanna menggeleng. "Tidak, pergi setelah selesai makan, malam ini aku ingin minum soda ... ahh ... perutku kenyang sekali, biar aku yang mencuci piringnya."

"Sepertinya kau masih mabuk, lain kali jangan minum terlalu banyak kalau tidak kuat." saran Alana, dan hanya diacuhkan oleh Hanna.

"Cerewet! Sudah sana pergi, jangan lama-lama."

"Iya, dasar menyebalkan ...."

Alana pun bersiap untuk pergi ke minimarket membeli soda untuk kakaknya.

Malam kian larut. Tentu saja, pesta yang dihadiri puluhan murid itu tak boleh gagal hanya karena satu orang tidak datang. Semua rangkaian acara pesta telah disiapkan dengan matang oleh Hares, agar pesta pertemanan yang ia buat malam ini bisa membuat orang-orang bahagia, terlebih jika malam ini dia bisa akrab dengan teman-teman barunya.

Elice dan Yuri berjalan beriringan menghampiri Hares yang terlihat sedang linglung.

"Hai, Hares, pestamu sangat menyenangkan!" ujar Elice sambil memegang satu gelas minuman.

"Terima kasih sudah datang, kalian cantik sekali memakai dress itu," puji Hares pada keduanya.

"Aih, kau ini bisa saja." timpal Elice. Yuri yang berada di sampingnya hanya melirik, betapa malunya dia memiliki teman seperti Elice karena tingkat kepercayaan diri yang sangat tinggi.

"Kudengar salah satu teman kalian tidak datang, apa aku boleh tau alasannya kenapa dia tidak datang?" tanya Hares pada keduanya.

"Maksudmu Alana?" timpal Yuri. Hares mengangguk singkat.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!