Nera dan Alana saling menatap satu sama lain, lalu memalingkannya lagi ke arah Stevan yang masih berdiri di ambang pintu sambil melipatkan kedua tangannya di dada.
"Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah aku menyuruhmu untuk ke ruang tengah?" Tanya Nera pada Stevan yang masih terdiam.
"Aku rasa kita tidak perlu menyembunyikannya," ucap Stevan berjalan semakin mendekat ke ranjang Alana.
Alana melebarkan matanya ketika ditatap oleh pasang mata tajam itu, dia pun mulai menatap Stevan dengan rasa curiga.
"Kau benar," ucap Nera sambil menghela napas kasar.
"Alana, ingat kata-kataku, kau tidak boleh memberitahu hal ini pada siapa pun," sambung Nera sambil berbisik pelan di telinga gadis itu, Alana pun mengerutkan dahinya karena bingung.
"Yang dikatakan Stevan benar, kami adalah vampir." Ujar Nera kembali.
Alana terdiam dan menelan salivanya kuat-kuat.
Apa yang aku dengar ini? Apa ini sungguhan? Tidak mungkin, pasti mereka hanya sedang mengerjai ku. Batin Alana.
"Kau tidak sedang bercanda, kan?" Tanya Alana sambil terkekeh.
"Tidak, ini sungguhan. Kalau kau tidak percaya kami bisa menunjukkan taring kami padamu." Nera menunjukkan taringnya yang tajam ke arah Alana.
Alana melotot dan sangat terkejut.
Mereka sama sekali tidak berbohong. Gumamnya dalam hati.
"Kau tidak akan melakukan hal yang buruk padaku, kan?" Tanya Alana sedikit gemetar.
Perasaan Alana mulai campur aduk ketika mengetahui bahwa orang-orang di rumah ini adalah vampir.
Nera mendekat dan membelai rambut panjang Alana dengan lembut. "Tentu saja tidak, justru kami yang akan melindungi mu. Saat ini ada vampir yang sedang mengincar darahmu." Ujarnya dengan nada pelan.
"Kenapa mereka mengincar darahku?" Tanya Alana keheranan. Memangnya ini film Twilight? Selain vampir, apakah di rumah ini juga ada manusia serigala?
"Kau tau kalau vampir membutuhkan darah untuk bisa bertahan hidup." Tutur Nera. Alana kembali mengangguk.
"Yaa, kira-kira seperti itu, kami juga harus meminum darah agar bisa berumur panjang." Sambungnya.
Alana menelan kembali salivanya kuat-kuat. "B-baiklah, aku mengerti."
Nera tersenyum kecil dan kembali membereskan sisa peralatan medis yang masih berserakan di meja.
"Steve, bisakah kau menjaga gadis ini selagi aku pergi ke laboratorium?" pinta Nera pada Stevan yang masih mematung.
"Ya, baiklah." Stevan mengangguk pelan kemudian duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang Alana.
"Kau harus menjaganya dengan benar, jangan sampai semua saudaramu melakukan hal konyol yang bisa menakutinya," lanjutnya, sebelum benar-benar meninggalkan ruangan.
"Iya." Balas Stevan singkat.
Di dalam ruangan hanya ada Alana dan Stevan yang masih terdiam. Suasana sangat canggung karena tak ada satu pun yang bicara.
Sebenarnya Alana agak takut melihat sikap Stevan yang dingin seperti itu. Imajinasinya semakin liar ketika membayangkan betapa menyeramkannya seorang vampir yang sedang haus darah.
"Kau tidak perlu takut padaku, atau pada saudaraku yang lain." Ucap Stevan tiba-tiba.
Alana menoleh karena sedikit terkejut dengan ucapan Stevan.
"Mereka tidak akan berani menghisap darah manusia. Kami hanya minum darah hewan," sambungnya, lalu menatap Alana lagi dengan tajam.
"Apa aku bisa mempercayaimu?" tanya Alana sedikit gugup ketika mengucapkannya. Dia menundukkan kepalanya setelah kembali ditatap dingin oleh Stevan.
"Vampir yang saat ini terobsesi dengan darah manusia adalah Alex. Orang yang hampir membawamu pergi." Stevan melanjutkan ucapannya, yang justru memperingatkan Alana yang sedang dalam bahaya.
Alana diam dan kembali menunduk.
"Ehm ... bagaimana dengan kondisi Helen? Kau bilang dia sudah menjadi ... vampir?" tutur Alana ragu saat mengucapkan kata terakhirnya.
"Itu benar." Balas Stevan.
"Apa itu hal yang buruk?" Tanya Thea semakin penasaran.
"Sangat buruk. Saat ini temanmu memiliki tingkatan haus darah yang sama dengan Alex," jawab Stevan dengan santainya.
"Kapan dia akan sadar?" Tanya Alana.
"Entahlah." balas Stevan. Dia pun memalingkan pandangannya ke luar jendela.
"Steve, apa yang kau lakukan di sini?" ujar seseorang dari balik pintu.
Stevan yang tadi menatap luar jendela kini menoleh ke sumber suara. Begitu pun Alana yang ikut melirik ke arah orang tersebut.
"Kalian berdua?"
"James dan aku mendapat tugas hari ini," sahut Jason sambil meletakkan peralatan kebersihan di sudut ruangan.
"Kau sedang apa di sini?" tanya Jason pada Stevan.
"Aku diperintahkan oleh Nera untuk menjaga gadis ini," jawab Stevan yang kemudian melipat kedua tangannya di dada sambil menatap kembali luar jendela.
"Kau ... menjaga gadis itu?" James yang sedang membersihkan jendela di dekat ranjang Helen terkejut dan menaikkan satu alisnya. Tak hanya James yang terheran, Jason yang sedang menyapu sama terkejutnya dengan James.
"Kenapa kalian melihatku seperti itu?" tanya Stevan pada James dan Jason yang sibuk membersihkan seisi ruangan.
"Tidak. Aku heran karena biasanya kau tidak suka diperintah oleh Nera. Apa karena gadis itu?" ujar Jason.
Alana memalingkan wajahnya yang sudah memerah. Dia tidak sanggup berlama-lama menatap wajah-wajah tampan di sini. Dia bisa saja terkena serangan jantung mendadak.
Bagaimana bisa vampir setampan ini. Astaga. Batin Alana.
"Aku baru sadar kalau tali pengikat ini sudah terlepas dari tubuh Helen. Apa kau sengaja melepaskannya?" tanya James pada Stevan, mendapati tali pengikat di tubuh Helen terlepas.
"Tali?" Stevan yang terheran bangkit dari tempat duduknya dan melihat keadaan Helen. "Aku tidak melepaskan tali ini." Sambungnya.
James yang ada di samping Stevan hanya mengangkat kedua bahunya dan kembali membersihkan area bawah ranjang Helen.
Alana yang ikut penasaran pun bangkit dari ranjangnya dan berjalan mendekat ke ranjang Helen.
"Apa dia akan baik-baik saja? Aku sangat khawatir," ujar Alana yang kini tepat berada di samping Stevan.
"Kenapa?" Tanya Stevan.
"Apa maksudmu?" Alana terbelalak mendengar pertanyaan Stevan.
"Memangnya kau mau berteman dengan vampir?" Stevan kembali bertanya.
"Apa? A-aku--"
"Raut wajahmu mengatakan kalau kau takut pada kami." Sela Stevan.
"A-aku tidak takut!" sergah Thea dengan nada sedikit meninggi.
"Kau sudah mengetahui identitas kami yang sebenarnya. Tidakkah kau takut pada kami?" Tanya Stevan dengan nada meledek.
"Memangnya kenapa kalau kalian vampir? Aku tidak peduli. Asal kau tau saja ya, berteman itu tidak memandang ras, golongan atau bahkan makhluk seperti dirimu," balas Alana yang kembali meninggikan suaranya.
Stevan tercengang mendengar ucapan yang baru saja dilontarkan Alana. Kedua mata mereka bertemu, menyisakan keheningan.
"Kau juga mengatakan padaku bahwa kalian tidak akan berani menghisap darah manusia. Aku tidak perlu mengkhawatirkan itu, justru yang aku takutkan jika Helen menjadi vampir jahat seperti Alex. Vampir yang kau bilang memiliki tingkatan haus darah yang tinggi." lanjut Alana. Dia pun menunduk saking khawatirnya dengan kondisi Helen.
"Alana sudah tau kalau kita ini vampir?" sahut Jason yang mendengar percakapan antara Stevan dan Alana.
"Bagaimana bisa? Siapa yang memberitahumu?" sembur James yang ikut terkejut sekaligus penasaran.
"Nera dan ... dia ..." balas Alana sambil mengarahkan matanya ke Stevan.
James dan Jason terkejut, mereka pun membiarkan sapu yang dipegang terjatuh ke lantai.
"ALANA!!" Teriak seseorang.
Alana menoleh ke arah orang yang memanggil namanya. Ternyata itu Nera, sepertinya dia baru saja kembali dari lab. Langkahnya tergesa-gesa sehingga membuat napasnya setengah tersengal.
"Kau! Kau adalah ..." ucap Nera, menggantung.
"Ada apa? Apa yang terjadi?" Jason yang berada di samping Nera bertanya-tanya karena penasaran.
"Alana, ternyata kau adalah ... pemilik darah Moorblood."
"Moorblood?" Alana bingung dengan maksud ucapan Nera. Apa lagi itu?
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
IაႸ
kalau aku jadi alana udah kayang di tempat sih🤣
2024-10-15
1