Pagi menyapa dengan lembut. Matahari pun mulai menunjukkan jati dirinya di ufuk fajar. Alana masih memejamkan mata dan meringkuk di atas tanah. Dia merasa enggan untuk bangun dari alam bawah sadarnya. Namun, dia berusaha untuk membuka kedua matanya secara perlahan karena tidak memiliki banyak waktu hanya untuk tertidur di tengah hutan, kalau perlu secepatnya dia keluar dari hutan.
Hal pertama yang dia lihat saat ini adalah, Helen tertidur dengan posisi terduduk. Padahal tadi malam Alana yakin sekali kalau posisi Helen terbaring di atas tanah. Apakah itu aneh?
Mungkin saja Helen lelah dengan posisi seperti itu terus-menerus dan memutuskan untuk berada di posisi duduk menyender pohon.
Alana pun berusaha membangunkan Helen yang terlihat sangat pulas, bahkan seperti orang mati. Namum ada sesuatu yang aneh pada temannya itu. Wajahnya putih pucat. Alana sempat memegang wajah Helen dan dia terkejut karena suhunya sangat dingin.
"Apa yang sudah terjadi padanya?" Tanyanya monolog.
Alana pun kembali memeriksa kondisi Helen, dia memegang lengan gadis itu dengan hati-hati. Alangkah terkejutnya dia karena tidak bisa merasakan denyut nadi Helen.
Alana berusaha berpikir positif dan tanpa menyerah mencari letak denyut nadi Helen. Karena di kedua lengannya tidak bisa dirasakan, akhirnya Alana memutuskan untuk memeriksa denyut nadi di bagian leher, lalu telapak kaki, bahkan dia juga memeriksa detak jantung Helen.
Dia kembali terkejut saat melihat luka gigitan di leher Helen. Alana terus berusaha namun hasilnya nihil. Karena semakin panik, Alana meletakkan jari telunjuknya di bawah lubang hidung Helen untuk memastikan apakah gadis itu masih menghembuskan napas atau tidak.
Dugaannya benar, dia tak dapat merasakan udara yang keluar dari kedua lubang hidung Helen. Alana sangat panik, dia tak bisa berpikir jernih lagu untuk saat ini, apakah temannya ini sudah tidak bernyawa? Tidak, itu tidak mungkin!
"Apa yang harus aku lakukan?" Alana semakin panik.
"Helen, sadarlah! Tolong jangan tinggalkan aku sendirian di hutan seperti ini. Kumohon ..." lirihnya mulai ketakutan.
Alana saat ini benar-benar di ambang kegelisahan. Tak mungkin dia meninggalkan tubuh Helen begitu saja di tengah hutan sementara dia harus segera pergi mencari jalan keluar. Alana tak tega membiarkan tubuh Helen tergeletak begitu saja. Dia kembali memeriksa penyebab hilangnya nyawa gadis itu. Matanya tertuju pada bekas luka gigitan di leher Helen.
"Apa ini gigitan ular berbisa?" tanyanya tapi tidak yakin, "tapi, kalau ini gigitan ular darahnya tidak mungkin sampai keluar, kan?" sambungnya masih bermonolog. Tak ada gunanya dia bertanya, karena tak akan ada yang menjawabnya juga.
Ular menggigit karena dirinya merasa terancam. Alana tak pernah melihat ada ular yang bisa menggigit sampai darah korbannya keluar begitu banyak, bahkan sampai menetes-netes di area bahu Helen. Alana pun dengan cepat membersihkan darah yang masih mengalir di sekitar leher temannya itu.
Hal ini mengingatkan dirinya pada sosok makhluk mitos yang dikatakan Helen semalam. Mengenai vampir.
"Ahh, itu tidak mungkin. Mana ada vampir di dunia ini. Aku harus tetap tenang dan berpikir positif," ucap Alana sambil menepuk-nepuk pipinya.
Saat Alana sedang terdiam, dia mendengar sesuatu dari balik semak-semak. Melihat semak-semak bergerak saja sudah membuat bulu kuduknya berdiri apalagi mendengar suara yang aneh. Tapi, dari suaranya terdengar seperti suara manusia yang sedang berbincang. Ah, apakah ada manusia lain yang tersesat juga di hutan itu? Jika benar, Alana tidak sendirian lagi saat ini.
Alana pun mengumpulkan keberanian yang ada dalam dirinya untuk mendekati semak-semak itu. Langkah demi langkah dia lalui secara perlahan. Namun ...
Sreeekkk ....
Dua manusia berwajah pucat keluar dari semak-semak, dan keduanya adalah laki-laki, terlihat seumuran dengan Alana, walaupun pucat entah kenapa mereka sangat tampan.
"Kalian siapa?" Tanya Alana pada kedua laki-laki itu.
Kedua anak itu saling tatap seakan tak percaya atas keberadaan Alana di depan mereka.
"Kami penghuni hutan di sini." Jawab lelaki berambut hitam.
Penghuni hutan? Apa mereka benar-benar tinggal di sini? Gumam Alana dalam hati.
"S-sebenarnya aku dan temanku tersesat," ungkap Alana, dia menunduk ketika mengatakan hal itu di hadapan kedua laki-laki yang kini terus menatapnya.
"Tersesat?"
"I-iya, sepertinya leher temanku telah digigit oleh suatu hewan. Apakah kalian tau hewan apa yang bisa menggigitnya sampai seperti itu?" Tanya Alana.
Dua anak itu melirik ke arah Helen. "Aku rasa itu gigitan ular," sahut laki-laki berambut hitam.
Tiba-tiba laki-laki yang berwajah datar berjalan menghampiri Alana. "Apa kau tau? Kalau manusia tidak boleh berada di kawasan ini." Katanya.
"Kau benar, tapi aku dan Helen hanya mencari beberapa ranting untuk dijadikan api unggun." Jawab Alana, karena mulai curiga dia pun memundurkan langkahnya.
"Ikutlah denganku," ucap laki-laki itu sambil mengulurkan satu tangannya.
Alana semakin terheran dan terus memundurkan langkahnya. "Tapi, bagaimana dengan Helen? Aku tidak mungkin meninggalkannya sendirian di sini," ucapnya berusaha tidak takut tapi tetap saja dirinya takut setengah mati.
"Tidak apa-apa. Lagi pula gadis itu sudah tidak bernyawa lagi, bukan?" Ucap laki-laki satunya yang nampak menyenderkan tubuhnya di sebuah pohon.
"Apa maksudmu? Aku yakin dia masih hidup," tandas Alana yang semakin terheran, dua pun memundurkan langkahnya sedikit demi sedikit.
"Sudah, ikut saja!" Laki-laki yang tadinya bersender di pohon menarik tangan Alana dengan paksa. Alana yang menyadarinya berusaha melepaskan cengkraman itu.
"Kalian mau apa?! Jangan macam-macam!"
"Kau ingin keluar dari hutan ini kan?"
"Lepaskan tanganku!"
"Ayolah ... kita tidak punya banyak waktu di sini."
Alana merasa ada yang aneh, dia tidak mungkin meninggalkan Helen dalam keadaan seperti itu. Tidak. Dia tidak sejahat itu.
"T-tidak perlu. Aku akan di sini sembari menunggu guru dan teman-temanku datang." Tolak Alana dengan tegas.
"Cih, merepotkan sekali gadis ini." Laki-laki itu berdecak sebal.
Laki-laki itu terus menarik lengan Alana dengan paksa agar gadis itu ikut dengannya.
"L-lepaskan tanganku!!" Alana memberontak dan berteriak sangat kencang.
Pria itu semakin kuat mencengkram satu tangan Alana. Tak ada yang bisa dia lakukan selain merintih dan meronta untuk minta segera dilepaskan dari genggaman tangan lelaki itu. Selain itu, Alana juga berteriak minta tolong. Walaupun dia tahu tak akan ada yang menolongnya, setidaknya dia sudah mencoba.
"Lepaskan dia!!" Teriak seseorang.
Alana dan laki-laki itu menoleh ke sumber suara.
Alana dapat melihat rupa orang itu dari kejauhan. Pakaiannya putih, wajahnya sama pucat dengan kedua laki-laki yang tengah berusaha membawa paksa Alana pergi, laki-laki itu berdiri mematung dari kejauhan dan tiba-tiba melesat sangat cepat lalu menepis cengkraman yang menjerat lengan Alana.
Bugh!
Satu pukulan tepat mengenai wajah laki-laki itu. Dia pun tersungkur ke tanah dan mengerang kesakitan.
Alana memundurkan langkahnya dan terlihat sangat kebingungan. Seorang lelaki datang dengan baju serba putih, tidak hanya satu, tapi ada tiga. Apa mereka malaikat? Ah, sepertinya bukan.
Lelaki yang ada di depannya menoleh singkat ke arah Alana, memastikan bahwa gadis itu dalam keadaan baik-baik saja. Sedangkan dua laki-laki lain yang berpakaian sama berada di belakang Alana.
Apakah saat ini Alana sudah mati? Mengapa banyak sekali pria tampan mengerumuninya?
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments