Dissapear

"Anak-anak, saya akan mengabsen kalian. Tolong jangan ada yang berisik!" ujar Bu Maria, dia berpikir untuk langsung mengabsen agar semuanya jelas siapa saja yang tidak hadir di antara mereka.

"Baik Bu!"

"Kenapa tiba-tiba Bu Maria ingin mengabsen kita, ya?" tanya Yuri yang begitu terheran.

Salah satu temannya yang ada di samping mengangkat bahunya tak peduli. "Entahlah, mungkin untuk memastikan semuanya ada di sini," sahut Elice sambil terus mengunyah makanan yang ada di mulutnya.

"Elice Weatherson,"

"Hadir!"

"Gyna Anastasya,"

"Hadir Bu!"

"Yurina Park,"

"Hadir!"

"Helena Western,"

....

"Helena Western?"

Masih tak ada jawaban dari sang pemilik nama.

"Apa ada yang melihat Helena?" tanya Bu Maria pada murid-muridnya, dia tidak melihat keberadaan salah satu muridnya tersebut.

Beberapa murid pun mulai menengok dan memperhatikan sekitar, tak ada tanda-tanda keberadaan Helen di antara mereka. Mereka pun hanya menggeleng pelan.

"Dia tidak ada, Bu!" seru salah satu murid.

"Tidak ada? Kalian yakin?" Bu Maria sedikit terkejut dan melirik ke sembarang arah untuk memastikannya.

"Dia pergi kemana ya ...?" sambungnya sambil menghela napas berat.

"Mungkin dia ada di dalam tenda." sahut murid lain.

"Ya sudah kalau begitu, untuk teman sekelompoknya tolong periksa apakah Helena ada di dalam tenda atau tidak." titah Bu Maria.

"Baik!" sahut Yuri.

"Hei, apa kau yakin tidak melihat Helen?" tanya Yuri pada Elice.

"Terakhir kali aku melihatnya dia sedang mendirikan tenda, nanti akan aku periksa." balas Elice.

"Alana Sereina,"

Bu Maria kembali mengabsen, kali ini ia memanggil nama Alana.

....

Dia juga tak mendapat jawaban dari orang yang memiliki nama tersebut.

"Alana?" Bu Maria pun memanggil nama Alana untuk yang kedua kalinya. Namun lagi-lagi tak ada jawaban dari pemilik nama. "Apa Alana juga tidak ada di sini?" tanyanya pada semua orang.

"Bu Maria, sepertinya tadi saya melihat Helen dan Alana masuk ke dalam hutan!" seru seorang murid.

"Apa?" Bu Maria mengerutkan dahinya, seakan kurang percaya dengan ucapan muridnya itu.

"Sepertinya mereka masuk lewat sana," sambungnya sambil menunjuk ke arah hutan gelap.

"Bukankah itu kawasan terlarang? Kudengar tidak boleh ada yang masuk ke sana." sahut murid lainnya.

Elice yang masih sibuk dengan makanannya tersedak dan membulatkan matanya. Dia langsung meletakkan makanannya sembarangan begitu saja lalu berlari menuju tenda kelompok mereka.

Saat sampai di tenda dia pun membukanya, tak ada siapa pun di dalam tenda selain barang-barang mereka yang berserakan.

Memang, dia dan Yuri belum sempat masuk ke dalam tenda karena sibuk dengan tugas masing-masing.

Elice pun mulai terlihat panik, dia bergegas kembali ke api unggun dengan tergesa-gesa. Dengan napas yang masih terengah-engah Elice menghampiri Bu Maria dan berusaha mengucapkan sesuatu.

"Mereka tidak ada di dalam tenda, Bu!" ucap Elice dengan raut wajah panik.

"Apa?!"

Astaga, kenapa kedua anak itu tidak izin padaku sebelum pergi meninggalkan perkemahan. Ahh ... merepotkan saja. Gumam Bu Maria dalam hati.

"Apa yang akan kita lakukan sekarang, Bu?" tanya Pak Juna. Salah satu guru yang ikut bertugas mengawasi murid-murid.

"Seharusnya kita pergi mencari mereka, tapi ... ini sudah malam, akan lebih baik jika kita mencari kedua murid itu besok pagi. Untuk saat ini kita semua harus masuk ke dalam tenda masing-masing dan beristirahat." saran Bu Maria.

"Apa anda yakin jika Helen dan Alana baik-baik saja di dalam hutan? Saya agak khawatir dengan mereka berdua," ungkap Pak Juna yang begitu khawatir dengan kedua muridnya.

"Helena adalah murid yang pintar dan bisa diandalkan, saya yakin mereka akan baik-baik saja," ucap Bu Maria berusaha untuk tenang. Padahal dari raut wajahnya dia takut sesuatu yang buruk terjadi pada kedua muridnya itu.

"Bagaimana dengan Alana?" tanya Pak Juna kembali.

"Alana bersama dengan orang yang tepat, Pak, mereka pasti bisa bertahan di dalam hutan untuk satu malam," jawab Bu Maria, dia terus sibuk menulis sesuatu di buku catatannya.

"Tapi, Bu--"

"Semuanya, masuk ke dalam tenda kalian masing-masing. Besok pagi kita akan mencari Helen dan Alana." Bu Maria memotong ucapan Juna dan menyuruh semua murid untuk memasuki tendanya.

"Tapi Bu, mereka--"

"Tolong ikuti arahan dari saya, Pak. Ini sudah malam." Potongnya.

"Kalian semua masuk ke dalam tenda dan beristirahat!"

"Baik Bu!" Semua murid pasrah dan mengikuti arahan.

Elice mulai merasa ketakutan dan panik. Kedua temannya berada di dalam kawasan hutan terlarang. Itu membuatnya merasa bersalah, kalau saja ia tahu api unggun akan dibuatkan oleh pengurus perkemahan dia tidak akan menyuruh Alana mencari ranting.

"Elice, ayo masuk ke dalam tenda," ajak Yuri sambil memegang bahu Elice.

"Tapi ...."

"Aku tau kau sangat khawatir, aku juga sama khawatirnya denganmu. Tapi kita tidak bisa melakukan apa-apa selain menunggu besok pagi," ujar Yuri berusaha menenangkan hati temannya itu.

"Iya, kau benar ..." Elice yang pasrah mengikuti ucapan Yuri dan masuk ke dalam tenda mereka.

Elice benar-benar sangat mengkhawatirkan Alana yang saat ini berada entah di mana. Apa yang harus dia katakan pada kakak Alana mengenai kejadian hari ini? Dia yakin kakak Alana akan menghubunginya untuk menanyakan kabar Alana. Dia sudah tak bisa berpikir jernih lagi.

Drrtt! Drrtt!!

Elice tengah melamun. Membiarkan ponselnya bergetar begitu saja dan hal itu memantik perhatian Yuri yang sedang bersiap-siap untuk tidur. Dirinya terganggu dengan getaran ponsel milik Elice yang semakin lama membuatnya emosi.

Walaupun di sekitaran hutan, sinyal ponsel masih berfungsi dengan baik. Hanya saja, terkadang sinyal bisa hilang begitu saja.

"Ponselmu bergetar. Kau tidak mau mengangkatnya?" tanya Yuri yang merasa terganggu dengan getaran ponsel milik Elice.

Elice yang masih melamun tak menghiraukan ucapan Yuri, seperti enggan untuk mengangkat panggilan dari ponselnya.

Yuri yang mulai geram pun mengambil ponsel Elice yang tergeletak di dekatnya. Ia meraih ponsel itu dan melihat nama yang tertera.

"Hanna menelpon. Kau tidak mau mengangkatnya?" tanya Yuri.

"Apa?! Hanna?"

Yang benar saja, dia tengah memikirkan bagaimana cara untuk memberikan kabar mengenai Alana pada kakaknya--Hanna, dan kini sudah di hubungi.

"Apa yang harus aku katakan pada kak Hanna?" Elice meminta saran pada Yuri.

"Katakan saja kalau Alana sudah tidur," saran Yuri yang justru menyuruh Elice untuk berbohong.

"Aku harus berbohong?" Elice mengernyit dengan saran yang diberikan Yuri.

"Berbohong demi kebaikan itu tidak apa-apa, sudah lakukan saja!" jawab Yuri.

"I-iya baiklah."

Dia pun mengangkat panggilan itu, dengan tangan sedikit bergetar dia pun berusaha mengeluarkan sepatah dua kata.

"Halo, ada apa meneleponku malam-malam, kak?" ucap Elice berusaha bersikap natural.

"Aku tidak bisa menghubungi nomor Alana, apakah dia baik-baik saja?"

"Eh, i-itu, dia--"

"Ada apa? Apa terjadi sesuatu pada Alana?"

Yuri memberi isyarat kepada Elice agar cepat mengatakan bahwa Alana dalam keadaan baik-baik saja.

"Alana baik-baik saja, hanya saja dia sudah tertidur."

"Tapi, kenapa aku tidak bisa menghubungi nomor ponselnya?"

Sial. Kenapa harus menanyakan nomor ponsel Alana. Umpat Elice.

"M-mungkin baterainya habis," jawab Elice yang kembali membohongi Hanna.

"Ya sudah ... maaf sudah menganggu waktu istirahatmu. Sampaikan salamku pada Alana."

"Baik, akan aku sampaikan."

Panggilan berakhir. Elice dan Yuri menghela napas lega.

"Yang tadi itu hampir saja," ucap Yuri sambil mengelap keringat yang ada di dahinya.

"Apa dia akan curiga?" Elice kembali cemas.

"Ahh sudah, jangan dipikirkan. Lebih baik kita segera tidur." sergah Yuri.

Yuri pun mulai berbaring dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang kedinginan. Sedangkan Elice masih mematung di tempatnya. Menatap ponsel dengan tatapan kosong.

Maafkan aku kak Hanna, aku terpaksa berbohong. Batin Elice.

Dia pun berbaring dan mulai memejamkan matanya

...***...

Terpopuler

Comments

Debora Sianturi

Debora Sianturi

smgt kak saya sudah mampir nih jng lupa mampir juga yaaa

2023-06-03

0

@tik jishafa

@tik jishafa

guru yg Aneeh...hrsnya d coba cari dlu d sekitaran hutan yg bisa d jangkau nanti bisa d lanjut besok jika tidak ketemu 😔

2023-05-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!