Alana bersama keempat vampir itu mulai melarikan diri dari hadapan Helen. Mereka beruntung karena ada Hares yang datang tepat waktu untuk membantu mengurus gadis malang yang tengah dikendalikan oleh Alex.
Di tengah perjalanan ....
"Berhenti! Aku bilang berhenti!" erang Alana tiba-tiba.
Keempat vampir pun berhenti menuruti kemauan Alana.
"Ada apa?" tanya Nicole keheranan.
"Jelaskan semuanya terlebih dahulu, aku sama sekali tidak mengerti. Semua kejadian hari ini sangat tiba-tiba dan membingungkan. Ada banyak pertanyaan yang harus kalian jawab. Aku ..." ungkap Alana sambil memegangi kepalanya karena masih merasa pening, dia pun tertunduk.
Suasana menjadi hening dan tak ada yang mengucapkan sepatah kata pun. Jason dan Nicole memilih untuk menunduk. Hans nampak menunjukkan raut sendu dan tak bisa berkata-kata, sedangkan Stevan masih diam mematung dengan ekspresi datar.
....
Selang beberapa detik kemudian Stevan berjalan mendekati Alana.
"Aku akan memberitahumu." ucap Stevan. Ucap Stevan tiba-tiba.
Semua mata langsung mengarah kepadanya.
"Helen telah menyerang Jayden, hal itu yang menyebabkannya terluka parah. Satu-satunya obat untuk menyembuhkannya adalah darahmu. Seperti yang sudah kau ketahui bahwa Helen berkhianat dan berusaha mendapatkan darahmu juga, tapi sebelum mendapatkannya dia menyerang dan membunuh kakakmu agar rencana untuk mendapatkan Moorblood berjalan sesuai dengan rencananya. Dia berusaha melenyapkan orang-orang terdekatmu," jelas Stevan dengan nada pengucapan yang cepat. Di kalimat terakhirnya dia berusaha menyadarkan Alana yang masih keras kepala.
Hal itu sontak membuat Alana tercengang dengan penuturan Stevan yang selalu tiba-tiba.
"Apa Jio juga termasuk ke dalam orang yang akan di sakiti olehnya? Apa karena aku semua orang yang berada di dekatku menjadi terluka?" Alana mulai menangis.
"Alana, kami tau kau sangat terpukul. Kami juga sama terpukulnya saat ini, saudara kami di rumah sedang membutuhkan pertolongan darimu." Ungkap Hans.
"Stevan, aku yakin Helen tidak mungkin melakukan hal sekeji itu." sergah Alana."
"Setelah semua yang sudah dia lakukan kepada Jayden? Kau pikir itu bukan kejahatan? Kau harus tau, di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin." potong Stevan. Disusul anggukan Nicole.
"Apa kau tidak mendengar ucapan Hares? Dia mengatakan bahwa Helen dikendalikan oleh Alex, kalian tidak bisa menuduh apalagi menyalahkan Helen seperti itu!" sergah Alana kembali masih membela temannya.
Semua bungkam seribu bahasa mendengar sergahan Alana tersebut.
"Maaf menyela, tapi kita tidak punya banyak waktu. Jayden sedang sekarat, dan aku harap kau mau membantu kami untuk menyembuhkannya." Jason menyela pembicaraan.
"Dan satu hal lagi, kita harus membawa jasad kakakmu ke laboratorium profesor Charles untuk melakukan proses pembekuan," lanjutnya.
"Pembekuan?" tanya Alana.
"Tidak usah banyak tanya, ayo cepat!" sahut Stevan.
"Steve, Alana berhak mengetahuinya." Ujar Hans tiba-tiba.
"Apa?" Stevan mengernyit.
"Akan ku jelaskan, jasad vampir harus segera dibekukan supaya tidak ada orang yang menyalahgunakan tubuh tersebut," ucap Hans, memberi penjelasan pada Alana yang masih terlihat kebingungan.
"Disalah gunakan?"
"Semua harus dilakukan demi keselamatanmu dan keamanan jasad kakakmu."
Alana menarik napasnya dalam-dalam, "baiklah." lirihnya.
Alana sudah terlihat pasrah mendengar dan akhirnya menuruti ucapan keempat vampir itu.
"Steve,"
"Ya, terserah." Stevan memotong ucapan Hans. Ia pun melakukan hipnotis pada gadis itu.
Hanya membutuhkan waktu tiga detik untuk membuat Alana tak sadarkan diri.
Setelah Stevan berhasil menghipnotis Alana, mereka pun melanjutkan perjalanannya menuju rumah besar di hutan. Tempat mereka tinggal selama ini.
"Cara yang salah," ucap seseorang, setelah mereka semua pergi. Orang berpakaian jubah hitam seperti anggota sekte berdiri di dekat pohon. Saat kabut mulai mendatangi, ia menghilang bagai lenyap diterpa angin.
...***...
"Kenapa kau rela mati hanya untuk menyelamatkan gadis itu? Aku penasaran, apa yang membuatmu berubah pikiran dan menentangku?" tanya Helen, yang sebenarnya adalah Alex.
"Karena aku sudah muak dengan semua ini! Aku tidak menginginkan kehidupan yang selalu haus darah, aku berusaha mengendalikan hawa nafsuku untuk tidak menghisap darah manusia. Aku ... juga lelah menuruti semua keinginanmu!" balas Hares dengan nada meninggi.
"Cih! Beraninya kau berteriak di hadapanku! Kau tau apa balasan yang akan kau dapatkan?!"
"Aku tidak peduli! Jika kau menginginkan darah itu, kau harus melewati ku terlebih dahulu."
"Baiklah ... jika itu maumu, akan ku turuti."
Setelah selesai berdebat. Helen dan Hares memulai pertarungan mati-matian mereka di sebuah gang sempit. Mereka saling menyerang satu sama lain. Tak ada yang ingin kalah dan mengalah. Pertarungan mereka sungguh sengit dan gerakan yang mereka lakukan benar-benar super cepat. Pertarungan itu tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
"Hares?" Panggil seseorang.
Sungguh tak disangka, tiba-tiba Yuri berjalan melewati gang sempit itu dan melihat pertarungan antara Helen dan Hares.
"Berhenti!" teriak Yuri.
Hares menghentikan gerakannya dan segera menoleh ke orang yang telah memanggilnya.
"Yuri?" Hares terheran.
Yuri yang sudah bisa melihat Hares dengan jelas berlari menghampiri anak laki-laki itu. Sementara itu Helen diam-diam melangkah mundur dan menghilang dalam kegelapan.
"Sial! Dia kabur," erang Hares sambil mengeraskan rahangnya karena Helen berhasil melarikan diri sebelum ia menghabisinya.
"Hei, apa yang kau lakukan di gang sempit seperti ini? Tadi aku melihat sesuatu dengan gerakan yang sangat cepat, aku juga merasa kalau kau sedang berkelahi." sembur Yuri.
Untung saja Yuri tidak melihat Helen. Batin Hares.
"Aku tidak apa-apa, aku hanya lewat gang ini dan ... dan tiba-tiba saja seekor kucing hitam menyerangku." dusta Hares, alasannya kurang meyakinkan.
"Kucing hitam?" Yuri mengernyit.
"Jadi, tadi itu kau sedang berkelahi dengan seekor kucing? Ck, ada-ada saja ..." Yuri terbahak mendengar pengakuan Hares.
"Hehe ... iya. Ehm ... omong-omong, apa yang kau lakukan di sini? Bukankah ini sudah larut malam? Terlalu berbahaya jika seorang gadis berjalan-jalan di malam hari tanpa ditemani, apalagi kawasan ini sangat sepi." Hares menukar topik untuk mengalihkan pertanyaan lain yang sewaktu-waktu akan dilontarkan oleh Yuri.
"Aku ada urusan, makanya aku keluar malam-malam untuk menuntaskannya." ungkap Yuri.
"Urusan apa?" Tanya Hares.
"Kau tidak perlu tau. Lebih baik kau pulang saja, besok kau harus masuk sekolah," lanjutnya sambil tersenyum.
"Kenapa kau sangat perhatian padaku?" Hares mengernyit.
"Apa? A-aku hanya ... ehm ... t-tentu saja aku perhatian ... karena kau adalah temanku. Memangnya aku tidak boleh khawatir pada temanku sendiri? Sudahlah ... aku harus pergi, daaahh!" ucap Yuri terbata-bata lalu berlari begitu saja meninggalkan Hares seorang diri di gang sempit itu.
"Aish ... bodoh!" gerundel Yuri sambil terus berlari.
Helen berhasil melarikan diri, dan aku yakin sekali kalau dia tengah menyusul Stevan dan yang lainnya. Kuharap mereka melindungi Alana dengan baik. Merekalah harapan untuk melindungi Moorblood. Gumam Hares.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments