Hari ini, selepas berbahagia di hari lalu, Arvin memutuskan untuk kembali sekolah dikarenakan dirinya telah puas beristirahat. Saat berada disekolah, dirinya diberikan tatapan lebih oleh orang-orang sekitar, mereka penasaran dengan kondisi Arvin sebelumnya yang dikatakan berada di rumah sakit.
Ada beberapa tatapan, terutama dari para pria yang seolah tidak senang dengan kehadirannya. Namun ada juga yang justru bahagia, tentu saja itu para wanita yang dengan langkah semangatnya menghampiri Arvin dan bertanya mengenai kabarnya seolah khawatir dengannya.
Arvin melayani mereka, memberikan jawaban yang setidaknya bisa ia lontarkan. Tentu saja dirinya masih merahasiakan tentang kejadian yang membuatmya pingsan. Karena meskipun tak masalah untuk tidak dirahasiakan, namun Arvin masih memiliki pemikiran yang matang. Dia berpikir jika mengatakan itu akan menimbulkan masalah untuk keempat temannya, mereka pasti akan mendapatkan amukan para penggemarnya.
Arvin tak menginginkan itu untuk terjadi.
Setelah beberapa pelajaran selesai, kini Arvin sedang berjalan menuju atap sekolah. Dia sangat menginginkan ketenangan, terutama untuk hatinya yang masih belum bisa terbiasa dengan situasinya saat ini. Penuh dengan kepopuleran tentu saja membuat dirinya tertekan, namun meski begitu dirinya masih melayani keinginan mereka, meskipun tak semua.
"Jika saja aku tidak memiliki tubuh ini, mungkin saja aku telah dilanda oleh rasa stres. Ternyata kehidupan seperti ini tidak bisa kulakukan, namun semuanya telah terjadi…" Gumam Arvin sambil berjalan ringan di lorong.
Sesampainya di pintu atap, dia melihat pintumya sedikit terbuka. Dengan kerutan diwajahnya Arvin beranggapan jika ada seseorang yang memasukinya. Itu wajar, karena saat ini adalah waktu istirahat, tak sedikit orang yang lebih memilih untuk beristirahat di atap.
Merasa tak peduli, Arvin mendorong pintu tersebut, terdengar suara decitan lalu diikuti oleh suara keras berada tak jauh darinya. Merasa ada yang tak beres, Arvin berlari ke arah tersebut dan mendapati sosok wanita sedang meringis kesakitan sambil mengelus-elus kepalanya.
Arvin sedikit melebarkan matanya ketika melihat wanita tersebut, dengan langkah lambat Arvin menghampiri wanita tersebut dan berkata, "Maria? Apakah itu kamu?"
Suara Arvin mencapai telinga Maria, dengan perlahan gadis itu mendongak dan melihat Arvin yang telah lama ia rindukan. Matanya tampak memancarkan kebahagiaan, mengabaikan perasa sakitnya dia bangkit kemudian melompat ke arah Arvin untuk memeluknya.
"Arvin! Itu kamu!" Ucapnya sangat bahagia ketika tubuhnya dipeluk kembali oleh Arvin.
"Ya, ini aku. Kamu kemana saja! Aku benar-benar mengkhawatirkan kondisimu selama ini. Aku mencoba untuk mencarimu, namun aku tak bisa menemukanmu."
Mendengarnya, Maria sedikit menunduk dengan wajah kusut, namun perlahan kepalanya kembali mendongak untuk menatap Arvin yang jauh lebih tinggi darinya. Wajah kusutnya pun telah berubah menjadi lebih cerah dengan senyuman lebar menghiasi.
"Aku hanya sakit, mungkin karena terlalu banyak menangis. Kamu tenang saja! Aku juga sangat merindukanmu, Arvin! Bagaimana kabarmu? Aku dengar kamu terbaring di rumah sakit sebelummya, apa kamu tak apa?" Maria bertanya sambil meneliti setiap inci tubuh Arvin untuk melihat kondisinya.
Arvin yang melihat kelakuan Maria hanya bisa tersenyum kecut. Dia tahu jika gadis itu berbohong kepadanya, karena dengan bantuan Leila juga dia bisa melihat kebohongan yang disembunyikan olehnya.
Ngomong-ngomong tentang Leila, selama ini dirinya beristirahat karena merasa lelah setelah bekerja lebih keras dari yang pernah ia lakukan. Dia juga menuntut Arvin untuk segera mengupgrade versi sistem ke tingkat yang lebih baik agar dirinya tak merasa terlalu lelah hanya untuk satu tugas sistem saja.
"Aku tak apa, kamu bisa lihat bukan?" Arvin berkata sambil tersenyum, setelah itu dirinya menarik tangan Maria untuk duduk di tempat yang teduh.
Setelah berada di posisi duduk, Arvin mulai menceritakan pengalamannya selama tidak bertemu dengan Maria. Untuk saat ini dirinya tak berbohong, karena Arvin sangat percaya dengan Maria.
Mendengar itu Maria terkadang terkekeh ketika melihat Arvin yang tampak seperti anak kecil ketika mulai bercerita pengalamannya. Namun setelah mendengar jika Arvin melawan para pria berjas, Maria langsung memarahinya seperti seorang ibu.
Arvin yang dimarahi oleh Maria hanya bisa tertunduk dan meminta maaf. Setelah itu mereka mulai berbincang dengan topik yang acak, namun Arvin tak bertanya atas kabar wanita di depannya. Hanya saja dia selalu berkata: "Aku harap kamu menjaga kesehatan" di setiap obrolannya.
Waktu berjalan begitu cepat, mereka telah kembali ke kelas masing-masing. Namun satu hal yang mengejutkan bagi Arvin adalah fakta jika Maria merupakan adik kelasnya. Dia baru mengingat jika seragam olahraga angkatannya masih sama dengan angkatan Maria yang berbeda satu tahun.
Dengan begitu Arvin berpikir jika dirinya adalah pria bajingan yang mendekati seorang adik kelas sepertinya. Namun tanpa memikirkannya kembali, Arvin memulai pelajaran terakhirnya dengan sangat serius, tetapi terkadang dia merasa tak nyaman dengan beberapa pasang mata yang menatap intens dirinya.
Setelah belajar, Arvin pulang ke rumahnya dengan berjalan, di jalan juga Arvin sempat berpapasan dengan Sintia yang sedang menuju kerumahnya. Mereka bertegur sapa, kemudian mulai mengobrol ringan hingga pada akhirnya harus terpisahkan oleh arah.
Dengan begitu Arvin kembali sendirian, namun ketika melihat hologram transparan melayang di depannya. Arvin membelalakkan matanya dengan terkejut, setelah itu dia langsung berlari dengan secepat mungkin menuju jembatan yang dimana saat ini di sana terdapat Maria yang sedang mencoba untuk melompat.
Wajahnya begitu panik, keringat bercucuran, namun tak merasa sedikitpun kelelahan karena saat ini tujuannya menyelamatkan nyawa seseorang yang berharga baginya.
'Kenapa kamu seperti ini, Maria! Apa yang terjadi kepadamu? Kenapa selalu mencoba untuk menutupi rasa sakit itu!' Arvin membatin sambil membayangkan kondisi Maria saat ini.
Kecepatannya semakin meningkat ketika melihat durasi yang telah mepet. Namun ketika menyadari cincin sebelumnya, tanpa basa-basi dia langsung memakai di jari jempol tangannya untuk meningkatkan semua stat nya.
Setelah berlari secepat kilat menempuh perjalanan yang tak pendek, Arvin akhirnya sampai di tempat yang dituju. Dia mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Maria, bola matanya terus bergerak ke segala arah hingga pada akhirnya terhenti ketika melihat sosok yang dicari olehnya sedang mencoba untuk memanjat pembatas.
Rasanya ingin Arvin untuk melesat langsung ke sana. Namun kini kondisi jalan tampak sangat ramai, sehingga membuat dia harus menyebrang secara perlahan. Ketika mencapai titik akhir, Arvin langsung berlari ke arah Maria sambil meneriaki namanya dengan harapan Maria bisa menghentikan aksinya.
Namun, meski Maria telah menoleh ke arahnya, dia tetap melancarkan aksinya dengan langsung melompat ke bawah. Melihat itu, seketika pandangan Arvin menjadi kabur, matanya tampak kosong, namun ketika mendengar suara teriakan dari yang lainnya, dia kembali sadar dan langsung berlari ke arah Maria dengan secepat mungkin.
Sayangnya, Maria telah sepenuhnya melompat meninggalkan Arvin yang sudah berada di tempat sebelumnya dia melompat. Perlahan mata Maria mulai menunjukkan kekosongan, tubuhnya melemas, wajah penuh tekanannya perlahan menunjukkan senyuman tipis.
"MARIA!!!"
****
Maaf kawan, saya telat update karena sempat ketiduran pas lagi mikirin jalan cerita selanjutnya, hehe. Sebenarnya saat ini saya ingin menambahkan satu chapter sebagai permintaan maaf. Namun itu tidak akan seru jika kalian langsung mengetahui cerita selanjutnya, jadi tunggu saja besok saya akan mengupdate tiga chapter!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Hades Riyadi
Lanjutkan Thor 😀💪👍👍👍
2023-05-30
0
Hades Riyadi
Udah punya cincin kekuatan kok mengejar waktunya masih lemot getooo seehh...apa lupa pindah gigi persneling yaaakk...kirain udah serba matic semuanya, ternyata ada yang masih manual thooo....😛😀💪👍👍👍
2023-05-30
0
Xwercy
Maria bundir kah?
2023-04-26
2