Saat hari sudah gelap, Arvin langsung pergi bekerja di minimarket dan berakhir ketika waktu telah menunjukkan pukul sembilan. Syukurnya saat ini malam terasa normal, tidak ada lagi suhu 0° Celcius, sehingga masih banyak orang yang berkeliaran saat ini.
Arvin beruntung tidak dipecat di pekerjaan terakhirnya, kebetulan juga pemilik minimarket itu merupakan paman dari mendiang ibunya. Sehingga hubungan mereka cukup akrab, mengingat pamannya tersebut selalu berkunjung ketika ada atau tidaknya ibu Arvin.
Sesampainya di rumah, Arvin langsung pergi ke kamarnya kemudian menjatuhkan diri di atas ranjang dengan ekspresi yang tak bisa dijelaskan. Intinya, saat ini perasaan Arvin sedang bercampur antara kebahagiaan serta keterkejutan.
"Gila… kemampuan ini begitu berguna! Aku sampai bisa mengetahui isi pikiran para pelanggan yang datang! Ah, ini sangat berbahaya jika jatuh kepada orang yang tidak benar! Namun, aku juga harus bersyukur karena bisa mengetahui modus-modus penipuan dari beberapa pelanggan."
Arvin menatap langit-langit kamar sambil mengungkapkan perasaannya yang sedang meledak bagaikan petasan. Kemudian, dirinya langsung membuka layar sistem untuk mengetahui deskripsi dari kemampuannya lagi.
<< Mata Dewa >>
[Dapat melihat jendela status seseorang beserta dengan perasaan mereka. Kemampuan ini berguna untuk meminimalisir resiko dari penipuan dan juga mempermudah pengguna untuk mendapatkan orang kepercayaan.]
[Informasi tambahan: Kemampuan ini memiliki beberapa fitur yang masih terkunci. Cara untuk membukanya adalah meningkatkan level status penguna.]
Arvin masih merasa takjub walaupun telah melihat deskripsi kemampuan ini sebanyak beberapa kali. Namun, dirinya tidak bisa berpuas diri lebih lama lagi, terutama ketika mengetahui bahwasanya kemampuan ini masih memiliki fitur tersembunyi.
"Aku tidak bisa bermalas-malasan, lebih baik bagiku untuk segera meningkatkan level. Tapi, apakah semuanya akan berjalan dengan mudah? Ah, lupakan itu! Untuk sekarang aku harus mandi dulu sebelum tidur."
Arvin langsung bangkit dari tidurnya, kemudian berjalan menuju kamar mandi. Butuh belasan menit baginya untuk mandi, dan kini dirinya telah keluar dari kamar mandi dengan tubuh setengah tlanjang, namun pinggangnya masih ditutupi oleh handuk.
Saat ini, Arvin terlihat lebih berotot dari sebelumnya. Dia merasa bisa melakukan apapun hanya dengan kekuatan fisiknya yang telah meningkat pesat. Namun, dia juga tidak melupakan sosok Leila yang telah membuatnya menjadi seperti ini.
"Aku hampir lupa bahwa satu Minggu lagi libur sekolah akan berakhir. Haah, walaupun malas rasanya, tapi aku harus tetap sekolah! Ini semua demi masa depan yang cerah!!" Teriak Arvin bersemangat ketika dirinya masih mengenakan handuk.
"Apa kau tak merasa dingin? Tidak, apa kau tidak merasa malu berteriak seperti bocah dengan tubuh dewasa seperti itu?" Cibir Leila yang tiba-tiba muncul dengan wajah kusut.
Menanggapi itu, Arvin tertawa canggung sambil berjalan menuju kamarnya. Tak lama kemudian dirinya telah terbalut oleh pakaian kasual, dia selalu mengenakan pakaian seperti itu ketika sedang santai.
'"Asalkan nyaman dipakai, maka tidak masalah"
Kalimat tersebut selalu dikatakan olehnya ketika ditanyai oleh seseorang mengenai pakaian yang sering dikenakan olehnya.
Setelah melakukan makan malam, Arvin kembali ke kamarnya untuk tidur. Sedikit informasi, Arvin merupakan orang yang jarang sekali makan malam, tetapi karena sedikit paksaan dari Leila, pada akhirnya dia melakukan sesuatu yang jarang sekali dilakukannya.
***
Setelah hari itu, Arvin mulai menjalani kehidupannya dengan aktivitas yang baru. Walaupun begitu, dirinya berhasil beradaptasi dengan kehidupan barunya dalam kurun waktu dua hari.
Dia mulai terbiasa melakukan tugas yang mendadak, walaupun hampir semuanya merupakan tugas tingkat B dan C. Tugas paling tinggi yang ia kerjakan hanyalah B+, dan hingga saat ini dirinya masih belum mendapatkan tugas tingkat A atau mungkin mustahil untuk didapatkan.
Walaupun begitu, Arvin tak terlalu mempermasalahkannya. Apalagi ketika mengetahui bahwa tingkat A memiliki resiko yang tinggi, membayangkannya saja bisa membuat bulu kuduknya berdiri.
Dari semua tugas yang selama ini dilakukannya, Arvin berhasil mendapatkan 70 juta rupiah, dua item tingkat C, dan satu item tingkat B+. Juga, Arvin berhasil menyelesaikan tiga tugas sampingan lainnya dan mendapatkan hadiah 30 juta dan dua item tingkat B.
Walaupun begitu, Arvin masih belum memakai item-item tersebut dan masih dia simpan di dalam inventori. Arvin sendiri masih belum tertarik untuk memakainya.
Toh, setiap item pastinya berguna untuk meningkatkan stat miliknya, tetapi selama ini dia masih belum mendapatkan tugas yang beresiko tinggi. Sehingga kehadiran item masih belum diperlukan.
Justru selama ini Arvin berharap untuk naik level agar bisa mendapatkan kemampuan baru dan juga membuka fitur tersembunyi dari kemampuan << Mata Dewa >>.
Namun sayangnya semua harapan itu telah pupus, padahal sebelumnya dia bisa dengan mudah menaikkan levelnya. Apalagi saat itu dia hanya melakukan satu tugas, tetapi mengapa sekarang terasa begitu sulit?
Arvin selalu memikirkan itu bahkan ketika dirinya sedang berada di tengah-tengah jam pelajaran. Karena itu juga Arvin selalu terkena hukuman dengan alasan tidak memperhatikan penjelasan guru atau sifatnya yang tidak mencerminkan seorang pelajar.
Ah ya, Arvin telah kembali bersekolah. Walaupun pada awalnya dia merasa sangat malas untuk berangkat ke sekolah, dan beralasan bahwa sekolah sudah tidak penting di hidupnya semenjak kemunculan sistem.
Itu masuk akal, secara sistem yang telah dibuat oleh Leila seperti penopang baru di dalam hidupnya. Walaupun belum pasti tujuan utama dari sistem ini, tetapi Arvin sangat yakin bahwa kehidupannya akan berubah drastis oleh kehadiran sistem.
Namun, karena ancaman dari Leila yang berencana akan menghapus sistem jikalau Arvin tidak sekolah, membuatnya sangat khawatir dan pada akhirnya dirinya hadir di hari pertama sekolahnya.
Pada awal kehadirannya di sekolah, kegaduhan terjadi. Itu semua disebabkan oleh penampilan Arvin yang telah berubah sembilan puluh derajat dan berhasil membuat para gadis di sekolahnya terkagum-kagum oleh penampilannya yang begitu mempesona.
Arvin sendiri tidak peduli akan hal itu, di kepalanya selalu dipenuhi oleh pikiran mengenai cara untuk meningkatkan level. Namun, dia tetap tidak bisa menemukan titik cerah dari permasalahan tersebut.
"Ayolah Leila, aku akan melakukan apapun untukmu. Tetapi beritahu caranya untuk meningkatkan level!" Keluh Arvin merengek kepada Leila yang sedang berwajah datar.
"Hee~ apa kau telah menyerah?" Bukannya menjawab, Leila malah tersenyum sinis kepada Arvin.
"Iya…
Melihat Arvin yang sepenuhnya telah menyerah, Leila tersenyum bahagia. Kemudian dia menjelaskan semuanya sesuai keinginan Arvin.
Di penjelasannya, Leila mengatakan bahwasanya level akan meningkat jika saja Arvin menyelesaikan tugas yang bersangkutan dengan tujuan utama sistem ini diciptakan.
Tujuan utama itu tidak lain adalah tujuan untuk membuat Arvin populer di kalangan wanita dan mendapatkan wanita yang setidaknya bisa untuk mendampingi hidupnya.
Tentu saja itu tidak mudah, namun Leila telah memprediksi hal tersebut. Saat itu, Leila menjelaskan bahwa target penaklukan akan muncul ketika Arvin memiliki setidaknya 1% rasa suka kepada seorang wanita.
Dengan begitu target akan muncul dan tugas penaklukan pun akan segera dilakukan. Tetapi sayangnya, selama ini Arvin tidak pernah menyukai seseorang dan hanya mendambakan kepopuleran yang jelas sudah terpenuhi sekarang.
"Cukup sulit, apalagi cinta itu datang karena tidak memiliki alasan." Gumam Arvin merenung, kemudian menghela nafas dan meletakkan kepalanya di atas meja. "Haah, kupikir semuanya akan mudah, tapi ternyata tidak semudah yang kupikirkan… aku menjadi semakin pesimis untuk meningkatkan level…"
Leila tidak bisa melakukan apapun ketika melihat Tuan nya menjadi lesu seperti tidak memiliki semangat hidup. Namun, sikap Arvin kembali normal ketika bell pelajaran kembali berbunyi yang menandakan bahwa jam pelajaran akan segera dimulai.
"Aku harus serius untuk pelajaran ini! Aku rasa aku akan terkena rotan jika sampai bersikap seperti sebelumnya…" Gumam Arvin menyemangati diri.
Tak lama kemudian, pintu kelas pun terbuka hingga menunjukkan sosok wanita muda dengan pakaian yang terasa lebih feminim, daripada guru yang lain.
Untuk sesaat, Arvin melupakan fakta bahwa guru tersebut sangat tegas dan menakutkan, karena saat ini dirinya sedang tercengang oleh kecantikan yang terpancar dari wajah gurunya itu.
"Hmm…" Wanita itu melirik kearah Arvin setelah merasakan tatapan tidak wajar.
"!!"
Lirikan tersebut terasa sangat dingin, hingga membuat Arvin langsung bergidik ngeri dan mengalihkan pandangannya secara cepat.
'Sungguh tatapan yang mengerikan…' Batin Arvin merasa ketakutan karena hingga saat ini dirinya masih ditatap tajam oleh wanita itu.
Namun, semua kembali normal ketika wanita itu duduk di bangkunya. Suasana kelas yang tadinya terasa mencekam, kini telah cair oleh suara wanita itu yang memenuhi kekosongan sekitar.
Penjelasan demi penjelasan telah ia lakukan, dan pelajaran pun dilanjutkan dengan pemberian tugas yang diharuskan untuk selesai saat ini juga. Sesaat setelahnya, suasana kelas kembali sunyi dengan ketegangan yang intens.
Namun, semua itu tidak berarti bagi Arvin yang memiliki point int yang lumayan tinggi. Walaupun hanya 12, tetapi itu lebih dari cukup untuk menyelesaikan pelajarannya dengan mudah.
Akhirnya Arvin selesai dalam mengerjakan tugasnya setelah menghabiskan waktu belasan menit. Walaupun begitu, Arvin berhasil membuat seisi kelas tercengang oleh kecepatannya dalam mengerjakan pelajaran yang sulit.
"Saya sudah menyelesaikan semuanya, apakah saya boleh untuk keluar saja dari kelas?" Tanya Arvin kepada gurunya ketika sedang menyimpan bukunya di atas meja guru.
Untuk sesaat, wanita itu menatap intens sosok Arvin yang sedang berwajah datar. "Baiklah, kau boleh keluar. Lagipula pelajaran akan selesai ketika bell pulang berbunyi." Balas wanita itu setelah mengangguk kecil.
"Terimakasih!" Setelah mendapatkan persetujuan, Arvin yang hendak berjalan keluar kembali dihentikan oleh suara dari gurunya.
"Kau memang boleh keluar, tapi bukan berarti kau harus keluyuran dengan bebas. Mengerti?" Tanya wanita itu dengan cepat dibalas anggukan oleh Arvin.
Setelah berada di luar kelas, Arvin langsung membuang nafas dan mencoba untuk mengatur nafasnya kembali. Kini dirinya terlihat seperti seseorang yang telah berlari ratusan kilometer, dengan ekspresi panik terpampang jelas diwajahnya.
"B-bagaimana mungkin…! Ternyata selama ini dia selalu seperti itu…"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Ryan Hidayat
sama persis seperti W
2023-04-22
1