Pagi yang cerah telah tiba, menyambut para penghuni bumi dengan sinar hangatnya. Begitupula dengan Arvin yang langsung terbangun ketika merasa silau di matanya, setelah itu dirinya baru tersadar jika jendela kamarnya masih belum ditutup oleh gorden.
Jadi, wajar saja jika dirinya bisa terganggu oleh sinar matahari, padahal sebelum-sebelumnya hal itu tidak pernah terjadi. Walaupun begitu, Arvin tak sedikitpun merasa kesal, justru dia berterimakasih karena dengan begitu dirinya tidak akan terlambat untuk bekerja.
"Aku tidak percaya bahwa cuaca akan berubah drastis dalam kurun waktu setengah hari." Gumam Arvin merasa takjub ketika melihat pagi yang begitu cerah, padahal kemarin malam cuaca terasa sangat dingin.
Setelah itu, Arvin baru mengingat mengenai hal yang kemarin malam ia alami. Dia hampir melupakan keberadaan sistem, dan kemudian secara cepat mengecek kepastian bahwa yang terjadi kemarin malam bukanlah mimpi belaka.
"Sistem!" Ucap Arvin mencoba mengeluarkan layar sistem.
Dan benar saja, beberapa saat kemudian muncul sebuah layar hologram yang secara tiba-tiba sudah melayang di hadapannya. Saat ini layar hologram sedang menampilkan status miliknya.
Arvin membelalakkan mata, tidak percaya dengan kenyataan di hadapannya itu. Dia menggosok-gosok kedua matanya, namun layar hologram masih tak kunjung hilang di dalam pandangannya.
"Aku tidak percaya ini… kukira semua itu hanyalah mimpi, tetapi ternyata… Eh? Itu berarti…" Di sela-sela kebingungannya, dibenaknya tiba-tiba teringat sosok peri yang tak lain adalah Leila.
"Leila, Leila! Apa kau masih ada disana!?" Arvin sedikit meninggalkan suaranya, membuat si peri mungil terbangun dari tidurnya, dan kemudian muncul dengan wujud transparan.
"Ada apa…?" Tanya Leila bersuara lemas karena baru saja terbangun dari tidurnya.
Melihatnya yang baik-baik saja, Arvin menghela nafas ringan, kemudian menjatuhkan diri di atas ranjang.
"Haah, kukira kau itu tidak nyata. Tetapi syukurlah tidak seperti itu…" Ungkap Arvin merasa lega.
Sementara itu, Leila hanya memandangi Arvin dalam diam. Dia tidak bisa memahami maksud Arvin dikarenakan pikirannya yang masih dalam tahap sinkronisasi.
Setelah itu, Arvin memutuskan untuk mandi dan bersiap-siap agar tidak terlambat untuk bekerja. Mengingat, baru satu Minggu dia melamar di pekerjaan barunya, sehingga tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang telah ada.
Sedikit informasi, saat ini Arvin sedang bekerja di dua tempat yang berbeda. Tentu saja dia mengambil pekerjaan part time, apalagi Arvin harus bekerja lagi di malam harinya. Sehingga tidak ada waktu baginya untuk melakukan aktivitas lain selain mengumpulkan uang.
Selesai mandi, Arvin langsung mengambil roti dan melapisinya dengan mentega serta selai kacang favoritnya. Ia selalu melakukan ini di waktu sarapan, karena dirinya harus menghemat waktu sedemikian rupa. Sehingga jarang sekali melihatnya memakan makanan normal, seperti nasi, telur, ayam, atau bahkan mie.
Setelah sarapannya selesai, Arvin pergi ke kamar untuk mengganti pakaiannya dan juga perlu memperhatikan penampilannya. Namun ketika melihat pantulan cermin, Arvin tampak tercengang melihat bayangannya yang terlihat bukan seperti dirinya.
"Hei, hei… tidak ada waktu untuk bercanda. Apa-apaan ini? Kenapa wajahku berubah seperti ini! Dan juga, pantas saja barusan aku merasa seragamku terasa sedikit ketat, ternyata tubuhku juga ikut berubah! Astaga, tolong jangan bercanda, Leila…" Keluh Arvin menganggap semua itu perbuatan Leila.
Merasa tidak terima disalahkan, Leila muncul dengan wujud transparannya disertai ekspresi yang kusut. "Kenapa kau malah menuduhku!? Bukankah seharusnya saat ini kau merasa bahagia karena penampilanmu berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya!? Hmph, tidak tahu terimakasih!"
Arvin merasa bersalah ketika mendengar ucapannya, dia tersenyum canggung kemudian berkata, "Tidak, tidak. Semua yang kau lakukan itu tidak salah! Hanya saja, tidak pada waktu yang tepat… Sejujurnya aku berterima kepadamu, tetapi sekarang aku harus bekerja, dan seragamku menjadi ketat akibat ulah mu…"
Kini, tampak sesosok pria muda dengan tubuh layaknya seorang atlet. Diisi oleh otot-otot yang telah matang, dan juga wajahnya terlah berubah menjadi lebih tegas serta tampan.
Tetapi, saat ini Arvin tak terlalu menginginkannya. Dia hanya ingin hidup sebagai orang normal yang biasa mendapatkan upah dari kerja kerasnya. Hanya itu yang ingin ia lakukan, walaupun semua ini merupakan impian Arvin selama ini, sehingga mau tak mau ia harus mensyukurinya.
"Baiklah, terimakasih Leila. Tetapi, apakah kamu bisa membuat seragamku menjadi sedikit longgar? Asalkan tidak terlalu ketat…" Pinta Arvin sambil memperhatikan tubuhnya yang telah berubah.
"Karena sekarang aku telah menjadi sebuah sistem, semua yang kau butuhkan dariku harus memerlukan biaya. Tetapi, karena ini merupakan kesalahanku juga, aku akan membantumu tanpa bayaran." Jelas Leila membuat Arvin sedikit murung.
"Sudah, tak perlu memasang ekspresi seperti itu. Cepatlah tutup matamu, aku akan segera melakukan nya!" Titah Leila langsung direspon sesuai keinginannya.
Ketika Arvin memejamkan matanya, ia merasakan perasaan hangat menyelimutinya, hingga beberapa saat kemudian perasaan itu menghilang disertai dengan sensasi seperti ledakan.
"Sudah selesai."
Mendengarnya, perlahan Arvin membuka matanya dan tercengang ketika melihat ukuran seragam nya telah sesuai keinginannya.
"Wooaah!! Kau begitu hebat, Leila! Terimakasih!" Ucap Arvin merasa bahagia, namun Leila tiba-tiba menghilang sebelum membalas rasa terimakasihnya.
Namun, Arvin tak memperdulikan hal itu, karena dia berpikiran bahwasanya Leila sedang melanjutkan istirahatnya.
Setelah persiapan sudah selesai, Arvin langsung pergi ke tempat kerjanya dengan ekspresi yang rumit. Dia masih takut jika saja ada orang yang menyadari perubahannya, kemudian mempertanyakan sesuatu yang tidak bisa ia jawab secara natural.
Namun, ketika sedang bergelut dengan pikirannya, Arvin tiba-tiba dikejutkan oleh munculnya notifikasi yang menjelaskan tugas pertamanya.
[Tugas sampingan terpicu: Selamatkan anak kecil dari penculikan!]
[Hadiah: ?]
[Penalti: Tidak bisa berbicara selama 1 bulan]
[Waktu tersisa: 00:09:46]
Hal itu membuat Arvin kebingungan dan tak tahu harus melakukan apa, selain berlari menuju tempat yang ditentukan untuk menyelesaikan tugas sampingan tersebut. Ia juga takut jika harus menerima penalti tersebut, mengingat dirinya bekerja sebagai kasir mini market dan juga pelayan di sebuah restoran cepat saji.
Dengen kecepatan tinggi, Arvin berlari mengikuti arah yang ditunjukkan oleh layar sistem, yang menuntunnya ke sebuah tempat sepi dan dipenuhi oleh sampah-sampah.
Tempat tersebut begitu kumuh dan tak layak huni, namun masih ada beberapa gelandangan yang tertidur di setiap sisi dari tempat kumuh itu.
"Kenapa ada anak kecil yang bermain disini!?" Khawatir Arvin sambil mencoba untuk tidak menghirup aroma sampah yang busuk.
Ia berlari menyusuri jalan satu arah yang berakhir di jalan lain. Saat itu Arvin baru sadar jika tempat yang sebelumnya ia lalui, merupakan jalan pintas yang menghubungkan dua jalan berbeda.
"Ah sial, waktunya semakin menipis dan tempatnya masih jauh! Sialan, sialan, sialan!" Umpat Arvin semakin dibuat khawatir oleh waktu yang perlahan semakin menipis.
Namun, kekhawatiran itu terjawab ketika Arvin menyadari jika dirinya memiliki 100 SP gratis dari sistem yang kemudian ia gunakan untuk mengupgrade Agility miliknya, hingga menyisakan 50 SP dan dirinya hanya bisa mengupgrade sebanyak lima kali.
Sesaat setelah dirinya berhasil melakukan itu, Arvin merasakan sensasi menyengat di kedua kakinya yang membuat keseimbangannya sedikit terganggu.
Walaupun berlari dengan oleng, Arvin tetap tak mengehentikan lajunya hingga sengatan itu berkahir dan kecepatannya semakin meningkat tinggi dalam kurun waktu yang singkat.
"Bagus, dengan begini semuanya akan menjadi cepat selesai!" Gumam Arvin sambil melesat bagaikan kilat.
Beberapa saat kemudian, Arvin sampai di tempat yang ditunjukkan oleh sistem. Ia langsung mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan bocah yang akan diculik oleh sekelompok orang.
"Aaah, penculik!!!" Teriak salah seorang wanita ketika melihat seorang bocah telah diculik oleh seseorang.
Ternyata Arviin telah salah menduga. Baru saja dia melihat seorang pria mencurigakan yang berhasil mengangkut tubuh bocah laki-laki, kemudian berlari melewati kerumunan orang yang sedang berlalu lalang.
"Ah sial, ternyata yang penculik nya bergerak secara individu. Sialan, aku tidak memiliki waktu yang banyak, aku harus segera mengejarnya!" Ucap Arvin, kemudian mengejar penculik itu dengan keringat yang mulai bercucuran.
Arvin berharap semuanya berjalan dengan lancar sesuai keinginannya, jangan sampai terjadi sesuatu yang berbeda dari prediksinya.
[Waktu tersisa: 00:04:03]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Hades Riyadi
pendek bangeett per-episodenya yaaakk...tahu² abis ajaahh cuman untuk sarapan...🤔🙄😩😩😪
2023-04-25
2
Xwercy
Semangat thor
2023-04-21
2