Arvin mengerti, dia sendiri sadar akan kelakuan manusia yang perlahan semakin menunjukkan keserakahan mereka. Tetapi dia tidak menyangkal bahwa hal itu dapat menimbulkan dampak yang lumayan parah, bahkan sampai membuat sang peri khawatir.
"Jadi, apa yang akan terjadi kepadamu jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan?" tanya Arvin kepada Leila sambil memasang wajah khawatir.
Leila mengangkat pundaknya, kemudian mengalihkan pandangannya dan berkata, "Ya... Kemungkinan besar aku akan lenyap. Cuma itu tak terlalu penting juga untuk dibahas sekarang, bukan?"
Sikap Leila yang terlalu santai membuat Arvin semakin khawatir. Karena jika sampai terjadi sesuatu kepadanya, maka seseorang yang harus disalahkan adalah dirinya sendiri.
Karena melakukan kontrak ini, kondisi Leila semakin buruk setiap saatnya. Dia sendiri tidak bisa melakukan apapun selain berharap yang terbaik baginya.
Namun, disaat sedang melamun, tiba-tiba saja terbesit sebuah usulan dalam kepalanya yang tanpa basa-basi langsung dia ucapkan kepada Leila.
"Oh ya! Kalau memang begitu situasinya, maka tidak masalah jika kita memutus kontrak ini dan membuatmu tetap hidup!" Arvin tersenyum lebar, seolah sudah memikirkan rencana yang brilian.
Namun, rencananya tersebut malah semakin memperburuk keadaan. Tanpa menjawab, Leila tiba-tiba menghilang dari pandangannya, memberikan sebuah pukulan kepada Arvin yang sudah berpikir bodoh.
"Yah... Mana mungkin dia menerimanya..." lirih Arvin kemudian menjatuhkan dirinya di atas ranjang.
Dengan pikiran yang dipenuhi masalah, perlahan Arvin memejamkan matanya dan terlelap dalam waktu yang singkat.
Keesokan harinya Arvin terbangun dengan semangat baru. Mengingat hari yang sudah menunjukkan tanggal merah, Arvin sedikit menikmati waktu untuk bermalas-malasan di atas kasur empuknya.
Paling tidak sebelum cahaya menyilaukan masuk melewati ventilasi dan menyerang mata Arvin hingga membuatnya menyerah. Pada akhirnya Arvin mengakhiri sesi malas-malasan itu, kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya.
Selesai dengan itu, aktivitas dilanjutkan dengan melakukan sarapan pagi yang memiliki menu telur mata sapi beserta nasi putih sisa kemarin. Namun, tanpa mempedulikan apapun Arvin melahapnya hidup tak tersisa.
Selesai dengan itu, Arvin pergi keluar rumahnya untuk melakukan jogging, sekaligus mencoba kemampuan tubuhnya yang sudah semakin meningkat. Mengingat baru kemarin dirinya melakukan peningkatan besar-besaran yang membuat tubuhnya semakin berotot.
"Ini pagi yang begitu indah..." gumam Arvin sambil memandangi pemandangan sekitar yang tampak begitu asri.
Dia terus berlari, melewati beberapa orang yang tampak sedang melakukan hal yang sama dengannya. Namun, sebagian besar dari mereka terlihat sedang berjoging dengan pasangan, bahkan untuk orang lanjut usia sekalipun.
Melihat pemandangan itu, Arvin mengernyit, dia merasa iri dan tertampar tepat diwajahnya karena tak kuasa dengan pemandangan manis tersebut.
Dengan kesal, Arvin mempercepat jogingnya hingga beberapa saat kemudian dia beristirahat di kursi taman sambil meneguk air minum yang berada di dalam botolnya.
"Hari yang indah, bahkan sangat indah sampai membuatku iri setengah mati..." gumam Arvin setelah menyeka air di sekitaran mulutnya. "Sungguh, sampai kapan aku akan hidup tanpa kekasih? Setidaknya aku ingin melakukannya lagi setelah 'dia' pergi meninggalkanku..."
Sesaat Arvin tampak murung, dia merasakan perasaan rindu kepada sosok wanita yang sudah dia cintai sejak dulu. Namun entah untuk alasan apa, wanita itu sudah tak pernah menampakkan dirinya lagi seolah sudah menghilang tertelan bumi.
Walaupun begitu, Arvin yang sudah tak ingin berlarut dalam kenangan masa lalu kembali mendongak, kemudian melemparkan botol plastik ke tempat sampah di sampingnya.
Hingga beberapa saat kemudian, terdengar suara rendah dari seseorang yang memanggil namanya. Sontak Arvin segera menoleh dan mendapati wanita dengan bulir-bulir keringat membasahi seluruh tubuhnya.
Tubuhnya tampak indah dengan setelah baju olahraga yang memperlihatkan sebagian besar dari perut mulusnya. Namun, Arvin langsung mengalihkan pandangannya ketika menyadari bahwa wanita tersebut adalah Sintia. Gurunya disekolah.
"I-ibu... Apakah Anda juga melakukan olahraga pagi?" tanya Arvin dalam keadaan gugup.
Saat ini Arvin menyadari bahwa wajah nya pasti sedang menunjukkan rona merah. Namun dia sudah tidak peduli akan hal tersebut, karena yang paling penting baginya sekarang adalah mengalihkan perhatian Sintia dengan cepat.
"Ya, aku selalu melakukannya setiap hari weekend. Toh, kapan-kapan lagi aku bisa melakukan ini, bukan?" ucap Sintia kemudian duduk di samping Arvin.
Arvin sedikit melirik kearahnya dan melihat Sintia sedang menyeka keringat dengan handuk yang menggantung di lehernya. Saat ini Sintia tampak sangat seksi di mata Arvin, namun dia segera menghapus pemikiran itu dikarenakan Sintia merupakan guru sekolahnya.
,"Y-ya, itu memang benar... Akan sulit bagi Anda untuk membagikan waktu disaat masih banyak jadwal yang memadati..." Arvin menjawab dalam suara rendah.
Sintia menoleh, dia mengangkat satu alisnya ketika melihat sikap Arvin yang tidak seperti biasanya. 'Hmm... Apa yang terjadi dengannya?' pikir Sintia tanpa menyadari bahwa tampilannya saat ini begitu seksi.
"Begitulah... Kau ternyata tahu akan hal itu..." Sintia tidak mempedulikan sikap Arvin yang tampak aneh.
Arvin mengangguk, kemudian menenangkan diri dengan mengatur nafas dan kembali bangkit dari kursinya. "Ibu tampak lelah, bagaimana kalo saya membelikan Anda minuman untuk meredakan dehidrasi?" tanya Arvin yang sudah mendapatkan kembali ketenangannya.
Awalnya Sintia terdiam, dia terkejut ketika mendengar kata-kata itu keluar dari mulut siswanya. Namun kemudian dia tersenyum tipis dan berdiri, "Baiklah, aku akan menerimanya dengan senang hati!"
Arvin tersenyum puas, kemudian mereka berdua berjalan beriringan menuju sebuah toko yang tak jauh dari taman. Sementara Sintia menunggu dengan duduk di kursi toko, Arvin masuk ke dalam dan membeli jus apel serta minuman isotonik masing-masing satu botol.
"Terimakasih, Bu!" Arvin tersenyum ramah sambil memberikan uang belanjaannya kepada penjaga toko itu.
"Terimakasih juga..."
Arvin mengangguk dan berjalan menuju keluar toko. Kemudian memberikan jus apel kepada Sintia dan duduk di sampingnya tanpa mempedulikan apapun.
"Terimakasih..." Sintia tampak membelalakkan matanya. Dia terkejut karena Arvin tahu minuman favoritnya.
Namun Arvin tak menyadari perubahan sikap tersebut. Dengan santai dia membuka tutup botol dan meminumnya, walaupun saat ini dia sudah tidak merasa haus lagi.
Sementara itu, Sintia yang sudah kembali ke kenyataan langsung meminum jus apelnya dengan tegukan yang cepat. Dia sangat haus saat ini dan menyesal sudah tidak membawa botol minum dari rumah.
"Hmm... Ngomong-ngomong, mungkinkah Anda memulai jogging dari rumah? Bukankah itu lumayan jauh dan pastinya melelahkan, bukan?" tanya Arvin yang telah selesai dengan minumannya.
Sintia menutup kembali botol jus nya, kemudian dia menoleh dan memasang wajah santai, "Itu tidak seberapa. Justru aku mengincar rasa lelah itu sendiri, maka dari itu aku tak terlalu mempedulikan dengan jarak ataupun hal lain..."
Mendengar itu, Arvin merasa terkagum. Dia membuka matanya tercengang, dan hampir untuk bertepuk tangan. Namun itu semua dihentikan ketika dia menyadari sesuatu yang harus dilakukannya hari ini.
"Astaga..." Arvin menepuk keningnya dan bangkit secara cepat.
Sintia yang melihat itu tampak terkejut, "Ada apa!? Apa yang terjadi!?" tanya dirinya khawatir.
Menyadari Sintia yang terkejut, Arvin merasa bersalah. Kemudian dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak, maafkan saya. Tetapi saat ini saya memiliki sesuatu yang perlu dilakukan! Atau bisa dibilang saya harus segera pergi sebelum menjadi orang yang tidak kompeten!"
"Permisi, Bu!"
Arvin membungkuk, kemudian berlari dengan cepat menuju arah pulang tanpa mempedulikan Sintia yang tampak masih belum mencerna situasinya saat ini.
"... Dia anak yang aneh ..." Sintia bergumam tanpa sadar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Hades Riyadi
Lanjutkan Thor 😀💪👍👍👍
2023-05-29
0
Hades Riyadi
Arvin ini membaca situasi seperti itu kok ga paham samasekali, aoa otaknya kagak ada isinya barangkali yaaa....😛😀💪👍👍👍
2023-05-29
0