Kesal, pemimpin preman itu segera melayangkan senjatanya yang berjenis tongkat bisbol ke arah kepala Arvin. Tak hanya dia, namun teman-temannya pun ikut melakukan hal yang sama secara bergantian.
Namun sayang, serangan mereka berhasil dihindari oleh Arvin yang sudah bersiap untuk melakukannya. Bahkan sebelum menghindari serangan-serangan itu, dia menyempatkan diri untuk menjauhkan temannya ke tempat yang lebih aman.
Terkejut mereka melihat pergerakan Arvin yang begitu cepat, namun keterkejutan itu tak berlangsung lama dikarenakan Arvin yang tiba-tiba melancarkan tendangan sapuan yang berhasil menghempaskan sebagian dari mereka.
Berhasil melakukan itu, Arvin berkata dengan arogan, "Kalian bodoh atau tolol? Menyerang seseorang hanya bermodalkan senjata tumpul itu sama halnya seperti mencari kematian!"
"Tutup mulutmu sialan! Kau hanya beruntung, kita tidak akan terjatuh dalam jebakan yang sama!" Teriak salah satu dari mereka penuh amarah.
Mendengar itu, Arvin hanya tersenyum tipis sebelum menghindari serangan mereka yang kembali datang. Namun kali ini Arvin berencana untuk tidak melakukan apapun dan hanya berfokus menghindari serangan mereka.
Satu, dua, tiga, sampai puluhan serangan berhasil dia hindari dengan mudah. Kecepatan reaksinya sudah meningkat pesat, membuat pertarungan itu terlihat seperti objek latihan saja baginya.
"Jangan menghindar terus bajingan!" Pria gondrong berteriak sambil berlari kemudian melompat dengan tongkat yang diarahkan ke atas kepala Arvin.
Sesaat sebelum kepalanya terkena serangan tumpul, Arvin sempat mengatakan sesuatu, "Baiklah kalau begitu…" Ucapnya sambil melayangkan pukulan keras yang tepat mengenai wajahnya.
*Brakk… Brakk…"
Keras terdengar suara pukulan itu, bahkan sampai membuat pria gondrong itu terhempas begitu jauh hingga keluar dari minimarket setelah menghantam pintu kaca.
Melihat kejadian itu, teman-temannya merasa ketakutan sekaligus terkejut dengan kekuatan yang dimiliki oleh Arvin. Bagaimana mungkin anak semuda itu bisa memiliki tenaga yang besar.
"... Tidak mungkin…" Gumam tidak sadar pemimpin preman dengan tubuh yang bergetar.
Rencana yang sudah mereka prediksi malah berakhir mengenaskan seperti ini. Bahkan hanya dengan satu pukulan, salah satu temannya sampai sekarat seperti itu.
"Jadi, bagaimana? Apakah kalian menginginkan hal lebih? Atau mungkin ingin mengganti rugi saja?" Tanya tenang Arvin sambil perlahan melangkah kearah mereka.
Dihadapkan dengan situasi yang sudah melenceng jauh dari rencananya, pemimpin preman itu merasa sangat kebingungan. Dalam waktu singkat kepalanya dipenuhi banyak ketakutan yang menyebabkan tubuhnya menjadi lemas.
Namun, setelah Arvin sudah berada di dekatnya, alih-alih menyerah preman itu justru tetap kekeuh dengan pendiriannya. Dengan gerakan cepat penuh getaran, dia mengeluarkan belati dari saku jaketnya yang kemudian dia tusukan ke perut Arvin.
"Mati kau!" Ucap preman itu merasa telah berhasil menusuk perut Arvin.
Namun sayang seribu sayang, belatinya tersebut malah melenceng dan berakhir menusuk angin. Tanpa mereka ketahui, Arvin telah melakukan pergerakan kecil dengan menghindari serangan tersebut yang kecepatannya tidak bisa mereka tangkap.
Melihat kejadian itu, bayangan kematian tiba-tiba terlintas di benak mereka yang membuat nyali mereka seketika ciut.
Tetapi, preman tetaplah preman, dengan harga diri yang telah diinjak mereka langsung melupakan ketakutan mereka dan malah menyerang Arvin dengan membabi buta.
"Tch, pada akhirnya aku harus mengeluarkan uang untuk ini…" Gumam Arvin ketika melihat para preman lainnya dengan wajah yang dipenuhi amarah sedang menerjang ke arahnya.
Sebelum mereka mencapai Arvin, dengan lambaian tangan ringan dia berhasil menghempaskan tubuh pemimpin preman yang berada di dekatnya, dan pendaratannya itu kembali menghancurkan properti minimarket yang membuat hati Arvin langsung bergetar karena ketakutan.
'Maaf paman, tapi aku akan mengganti rugi atas kerusakan ini!' Batin Arvin berjanji.
Merasa sudah cukup untuk bermain-main, Arvin menanggapi perlawanan mereka dengan sangat serius. Sekarang dia selalu melakukan serangan balasan setelah berhasil menghindarinya, sehingga pertarungan ini kembali berpihak padanya.
Dengan preman yang tersisa empat lagi, Arvin hanya memerlukan beberapa serangan untuk menumbangkan mereka.
Contohnya seperti saat ini, dua preman menyerangnya dari kedua arah berlawanan, namun serangan mereka berhasil dihindari oleh Arvin dan kemudian dirinya membalas dengan tendangan memutar. Dan begitulah seterusnya hingga pertarungan itu berakhir dengan kemenangan dari pihak Arvin.
"Akhirnya selesai juga…" Ucap Arvin bersyukur sambil menepuk-nepuk tangannya yang berdebu.
Setelah memastikan bahwa para preman telah kehilangan kesadaran, Arvin kembali menoleh kepada teman wanitanya yang masih terdiam mematung di tempatnya.
Wanita itu terkejut melihat Arvin yang bisa bertarung, bahkan berhasil menang ketika melawan para preman yang notabenenya adalah orang menakutkan.
'Dia berhasil mengalahkan mereka hanya dengan tangan kosong…?' Batin wanita itu masih tidak bisa berpikiran jernih.
Karena terlalu banyak melamun, wanita itu sampai tidak menyadari kehadiran Arvin yang sekarang telah berada di dekatnya.
Dengan lembut Arvin menepuk pundak temannya, "Hei, sekarang kau bisa pulang. Aku akan mengurus semuanya sendirian!" Ucapnya tenang.
Wanita itu terkejut ketika mendengar suara Arvin. Dengan gerakan aneh dia menanggapi ucapan Arvin, "Y-ya, baiklah, terimakasih!!" Responnya secara spontan.
Melihat reaksinya, Arvin tersenyum tipis kemudian tertawa terbahak-bahak sambil berkata, "Puahaha! Kau terlihat seperti mereka saja! Cepatlah pergi dan bersiap untuk melakukan kencan indah dengan kekasihmu! Tenang saja, aku akan mengurus semuanya dengan baik!"
Wanita itu hanya terdiam dan mengangguk ketika mendengar ucapan Arvin. Dia sendiri tidak ingin terlalu berlama-lama berada di sini, mengingat dirinya masih memiliki keperluan lain.
"Tapi, bagaimana denganmu? Apakah semuanya sungguh baik-baik saja?" Wanita itu bertanya dengan khawatir sebelum mempersiapkan barang-barangnya.
Kekhawatiran yang ditunjukkan oleh temannya membuat hatinya menjadi hangat. Kemudian Arvin mengangguk sambil tersenyum hangat sebagai jawabannya.
"Sudahlah, anggap saja semua ini tidak pernah terjadi. Cepatlah! Lakukan kencan yang terbaik dan berkesan!"
Setelahnya, wanita itu menghabiskan sedikit waktunya untuk menyiapkan barang-barangnya, kemudian pergi setelah memastikan situasi sekitar tidak terlalu ramai.
Begitupula dengan Arvin yang bersyukur karena kericuhan ini tidak terlalu memancing perhatian, sehingga tidak ada warga sekitar yang menyadarinya walaupun ada satu orang yang terhempas hingga keluar.
"Entah keberuntungan atau mungkin sebaliknya. Tapi mungkin inilah salah satu alasan kenapa mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi." Gumam Arvin membahas situasi sekitar yang terlihat sangat sepi.
Arvin segera menarik tubuh para preman untuk dibawa ke gudang sebelum diikat dengan tali. Dia berencana untuk menunggu hingga mereka sadar, dan mulai bertanya secara pasti mengenai tindakan mereka.
"Untuk saat ini aku harus menelfon paman sebelum semuanya menjadi suram!"
Arvin segera mengeluarkan ponselnya dan hendak untuk menelfon pamannya, namun tiba-tiba muncul sebuah notifikasi yang membuat dirinya sangat terkejut.
[Misi sampingan berhasil dituntaskan!]
[Tingkat-B+: Lawan para preman hingga membuat mereka tak sadarkan diri.]
[Hadiah: 20 Juta Rupiah dan 1 item Tingkkat-B]
[Penalti: Gagal diberikan.]
[Selamat anda mendapatkan 750 SP!]
Arvin tercengang ketika melihat notifikasi tersebut. "Misi sampingan? Sejak kapan itu ada? Mungkinkah aku tidak menyadarinya… Tapi, baguslah…" Gumam Arvin yang kemudian mengabaikan notifikasinya, dan mulai menelfon pamannya untuk membahas tentang situasi saat ini.
Setelah telfon tersambung, Arvin mulai menjelaskan semuanya tanpa menutup-nutupi kebenaranya. Beruntung Arvin tak mendapatkan respon yang tidak mengenakkan, malahan pamannya itu merasa khawatir dengan kondisi Arvin.
Setelah telfon dimatikan, beberapa saat kemudian pamannya sudah tiba di minimarket dengan wajah yang menampilkan kekhawatirannya.
Dengan penampilan yang sederhana, pria yang berusia 30 tahunan itu berjalan memasuki minimarket sambil melihat-lihat sekeliling yang sudah dipenuhi dengan kehancuran.
"Pemandangan yang mengerikan…" Gumam pamannya setelah melihat kondisi minimarket yang sudah tak memiliki bentuk pasti.
Sesaat setelah kedatangannya, Arvin langsung membungkuk dan berkata, "Maafkan saya, paman! Saya tidak bermaksud untuk mengacaukan nya!"
Mendengar itu, pamannya hanya menggelengkan kepala sambil melambaikan tangannya, "Paman tidak menyalahkan mu. Masalah pasti akan datang secara tidak terduga. Jadi, lupakan saja!"
Kemurahan hatinya berhasil membuat Arvin tersentuh. Dia semakin memandang tinggi pamannya itu, dan berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak pernah membuat pamannya kecewa lagi.
"Terimakasih, paman!"
"Iya. Sekarang, dimana mereka?" Tanya pamannya yang sudah merasa tidak sabar untuk melakukan meet and great dengan pada preman.
"Ah, mereka telah sadar, dan kini sedang berada di gudang!" Jawab Arvin yang kemudian menuntun pamannya untuk ke gudang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Hades Riyadi
Lanjutkan Thor, target babak berikutnya buat Sintia membalas perasaan Arvin...😛😀💪👍👍👍
2023-05-28
0
Hades Riyadi
Gimana neehh...jadi target sistem untuk Arvin udah tercapai neeehh... hanya menjalin pertemanan doang...🤔🙄😛😀💪👍👍👍
2023-05-28
0
Nurul
Sakit jantung kali🗿
2023-04-28
1