"Dia bukan pengawal ku. Tolong jangan kaitkan dia dengan permasalahan diantara kita!" Teriak Vina memberi penjelasan.
Bukannya bahagia, justru Arvin semakin bingung dengan keadaannya saat ini. Dia benar-benar tak tahu berbuat apa, pasalnya dia tak mengetahui akar dari masalah tersebut. Namun, diam saja tak membuat semuanya menjadi lebih.
"Hei, apa maksud dari semua ini! Tolong berikan penjelasan kepadaku, Vina!" Arvin menghampiri Vina dan memegang tangannya dengan erat.
Berbalik, dirinya memperlihatkan ekspresi yang sangat marah. Melihat itu, Arvin tak bisa mengatakan apapun, dia mengerutkan keningnya dan melirik ke arah pria di depannya.
"Menarik, ternyata justru kau yang membawa pria itu masuk ke dalam permasalahan kita. Tentu saja kau mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya, bukan?" Herman menyeringai sambil melihat ke arah Vina.
Mendengar itu Vina membelalakkan matanya, dia langsung berteriak kembali ke Herman, namun disertai langkah cepat menuju kelompok itu berada. Belum melakukan langkah kedua, dirinya harus terhenti karena tarikan dari Arvin yang menyebabkan tubuhnya masuk ke dalam pelukan Arvin.
"Kamu jangan pergi kemana-mana, diamlah bersama dengan temanmu. Biar aku yang mengurusnya." Bisik Arvin ke telinga Vina, kemudian mendorong kecil tubuh wanita itu kearah tiga wanita yang berada di belakang.
"A-apa maksudnya itu!?" Gumam Vina melihat sosok Arvin yang sedang memunggungi dia dan ketiga temannya.
Sebelum melakukan hal selanjutnya, Arvin sempat menoleh kebelakang sambil tersenyum lembut me arah Vina. Lalu dirinya kembali menatap tajam Herman dan kawanannya. Dia berpikir jika masalah akan semakin berdatangan kepadanya jika harus berlari dari situasi saat ini.
Maka dari itu, daripada lari seperti pengecut, lebih baik melangkah ke depan tanpa mempedulikan konsekuensinya. Herman yang melihat Arvin hamya bisa tersenyum sebelum memberi aba-aba kepada anak buahnya.
Tanpa basa-basi anak buahnya mengangguk kemudian berlari bersamaan ke arah Arvin. Meskipun pengalamannya sangat minim, namun ilmu beladiri yang telah dipelajarimya telah tersimpam di dalam otaknya, sehingga saat ini Arvin hanya harus mempraktikkan semuanya.
"Majulah kalian semua brengsek!" Arvin berteriak kemudian menghindari satu persatu serangan benda tumpul.
Lagi dan lagi, pergerakannya sangat kaku sehingga menyebabkan gerakan menghindarnya tak sempurna. Meski begitu, dia tetap tak goyah dan justru membalas serangan dari sekitar lima orang.
Beberapa serangan tak bisa ia hindari, tubuhnya terpaksa harus menerima rasa sakit yang tidak main. Teman-temannya berteriak di belakang, mereka mengkhawatirkan kondisi Arvin. Namun Arvin tak mendengarnya, dan terus berfokus pada serangan demi serangan yang dilancarkan ke arahnya.
Sekarang, kondisi Arvin semakin memburuk. Meskipun kini kondisi telah berbalik, namun tenaganya tak memadai. Saat ini dia hanya perlu melakukan eksekusi terakhir yang tentunya tak membutuhkan banyak tenaga.
Dengan langkah berat Arvin melaju ke arah musuhnya. Namun kali ini dirinya bisa melawan satu persatu musuhnya secara bergiliran. Dia menghampiri musuh nya yang tak terlalu kuat, namun dipersenjatai sesuatu yany berbahaya, yaitu tongkat bisbol yang telah di tanami belasan paku, sehingga satu pukulan pun bisa menumbangkan dirinya.
"Kau memang berbahaya, namun itu tak berlaku bagiku!" Ucap Arvin sambil menghindari serangan yang tertuju ke arah kepalanya.
Dia sedikit menunduk, kemudian mengambil satu langkah kedepan dan melepaskan satu pukulan ke dagu musuhnya. Tak cukup sampai disitu, Arvin memanfaatkan kondisi kacau dari musuhnya dengan merebut tongkatnya kemudian menghantam keras perut musuhnya tersebut.
Air Liur tampak menyembur keluar, dia terpental beberapa meter ke belakang dengan kondisi tidak sadarkan diri. Matanya telah berubah menjadi putih dengan beberapa bercak darah menempel di mulutnya.
Melihat itu Arvin tersenyum, kemudian mengalihkan pandangan ke arah musuhnya yang tersisa. Mereka tampak terkejut, namun keterkejutan itu cepat menghilang karena Arvin mulai melaju ke arah mereka. Meski kondisinya sedang buruk, namun itu tak menutup kemungkinan jika Arvin bisa menumbangkan mereka di sisa tenaga terakhir nya.
Arvin melayangkan serangan keras disertai tenaga dari tongkat yang dia sebut dari musuh sebelum nya. Pria yang dituju oleh Arvin kini sedang khawatir, namun segera dirinya meyakinkan diri. Melakukan serangan keras dengan harapan bisa terlebih dahulu mencapai Arvin.
Namun sayangnya serangan Arvin lebih unggul. Tak mampu untuk menghindar, pria itu terhantam keras oleh pukulan tongkat dari Arvin, tulangnya langsung retak, bercak darah keluar membalur tubuhnya.
"Kena kau!" Gumam Arvin menyunggingkan senyumannya, namun tak lama kemudian kesadarannya menghilang, menyebabkan tubuhnya jatuh tak bertenaga.
Namun segera seseorang menangkap tubuhnya hingga menyebabkan Arvin tak jadi terjatuh. Sosok tersebut tersenyum ke arah Arvin, tetapi tak lama kemudian dia bergumam, "Terimakasih Arvin, kau telah menunjukkan kelayakan mu."
Sosok tersebut tak lain adalah Yani yang sedari awal tak menyukai kehadiran Arvin. Namun setelah melihat kejantanan yang dimilikinya, perlahan Yani mulai menerima keberadaannya.
Setelah melihat kondisi Arvin yang semakin tidak memungkinkan, Yani lah yang lebih dulu menghampiri Arvin dan menangkap tubuhnya penuh kesigapan. Meskipun Arvin tak bisa melanjutkan perjuangannya, Yani dan kedua temannya masih bisa mengatasi sisa dari mereka, meskipun tetap tak yakin bisa mengalahkan Herman yang lebih kuat dari mereka meski sudah menggabungkan kekuatan.
Maka dari itu, mereka meminta kepada Vina untuk menghubungi rumahnya dan meminta pengawal lainnya agar segera datang karena situasi semakin genting. Ini semua demi keselamatan Vina.
***
Arvin terbangun dari pingsannya. Dia mendapati dirinya sedang berada di ruangan asing, tampak putih bersih, disertai peralatan medis berada di dekatnya. Namun satu hal yang membuatnya terkejut adalah kehadiran Vina yang sedang tertidur di dekatnya sambil memegangi tangannya.
"Vina? Sedang apa dia?" Arvin ingin membangunkannya, namun dia tak tega.
Dengan begitu Arvin terdiam, mencoba untuk mengingat-ingat kejadian yang membuat nya jatuh pingsan. Setelah percobaan yang keras, akhirnya Arvin mengingat sesuatu dan karena itu juga dia tersenyum kecut.
"Mencoba untuk menjadi pahlawan, tapi malah tepar." Gumam Arvin mencemooh dirinya, dan tak lama kemudian terdengar suara pintu yang menunjukkan tiga wanita cantik.
Arvin mengerutkan keningnya ketika melihat kehadiran mereka. Dia sama sekali tidak mengenal satu pun dari mereka, apalagi di ruangan ini hanya ada dirinya dan juga Vina yang sedang tertidur.
"Hai! Kamu sudah sadar?" Ucap salah satu wanita melambaikan tangannya, Arvin pun hanya mengangguk kecil dan tersenyum canggung.
Menyadari situasi Arvin, mereka bertiga tersenyum. Hendak untuk tertawa, namun takut jika itu bisa menakuti Arvin. Perlahan langkah mereka melambat, dan berakhir di dekat Vina. Salah satu dari mereka menepuk pundak Vina sambil berbisik ke telinganya.
"Bangun nona, tuan Arvin telah bangun. Apa anda ingin terus menggenggam tangannya? Kalau begitu ya s-"
Belum selesai dia berbisik, tiba-tiba saja Vina terbangun dengan gerakan cepat hingga membuat Arvin terkejut. Dengan wajah panik dia menatap satu persatu orang yang ada disana, kemudian pandangannya berakhir di bawah yang dimana disana terlihat tangannya sedang menggenggam erat tangan Arvin.
"A-aah!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Hades Riyadi
Lanjutkan Thor 😀💪👍👍👍
2023-05-29
0
Hades Riyadi
Like and Coment 😛😀🤣💪👍👍👍
2023-05-29
0
Devil of death
bgus jgan pakai sistem.
korban ikan terrbang
2023-05-03
1