"Ish dasar resek, bisa-bisanya orang kayak gitu jadi ketua OSIS." gerutu Shabita seraya mencuci seragam Galang di wastafel.
"Ganteng juga enggak, apalagi keren. Enggak banget! Ish kenapa susah banget sih hilangnya?" Shabita kembali mengucek-ngucek noda yang ada di seragam Galang namun belum bersih.
"Pake sabun, Abit!" Hanin masuk ke toilet dengan membawa satu sachet sabun cuci.
"Oh, aku kira pake air doang bersih. Hehe!" sahut Shabita.
"Ya ampun, mana ada kayak gitu!" Hanin menuangkan sedikit sabun liquid pada area yang ada nodanya.
"Aku belum pernah nyuci baju soalnya!" ungkap Shabita jujur.
"Ciusan? Lu anak sultan deh ya kayanya." tebak Hanin.
"Bukan kok." sahut Shabita.
Lalu Hanin memberikan tutorial mencuci baju yang baik dan bersih.
...****************...
"Abit, kamu di kamar?" tanya Sandra, mama Shabita.
Tanpa menunggu jawaban Sandra membuka pintu kamar anak gadisnya, ternyata Shabita sedang mandi, terdengar dari suara shower yang menyala.
Beberapa menit kemudian Shabita selesai mandi dan melihat Sandra sedang duduk di kasur.
"Eh mama!" Shabita segera menghampiri lalu mengecup pipi mamanya.
"Kok baru mandi sih? Bukannya pulang sekolah dari tadi ya?" tanya Sandra.
"Hehee tadi mager, ma!" Shabita tanpa malu memakai pakaian di depan Sandra.
"Abit, hari ini ikut papa sama mama ya." pinta Sandra.
"Kemana, ma?" tanya Shabita sambil menyisir rambutnya yang panjang.
"Hanya makan malam biasa sama temen papa." Sandra tersenyum melihat anak gadisnya yang begitu cantik.
"Hmmm, tapi pasti nanti akan membosankan, ma. Enggak mau ikut ah!" tolak Shabita.
"Enggak akan bosan, sayang. Nanti ada anak teman papa juga." jelas Sandra.
Shabita merebahkan kepalanya dipangkuan Sandra. Dilihatnya wajah yang selalu terlihat pucat itu dari bawah.
"Mama, baik-baik aja?" tanya Shabita tiba-tiba.
"Mama, baik, sayang. Jauh lebih baik!" Sandra mengulas senyumnya.
Shabita ini sosok putri yang manja sama kedua orangtuanya, kendati diluar bisa dikatakan bar-bar.
"Kamu, mau kan ikut papa sama mama?" tanya Sandra lagi.
Shabita masih tampak berpikir. Sejujurnya malas cuma ketika melihat wajah Sandra yang pucat Shabita tidak tega menolak lagi. Toh ini hanya makan malam biasa.
"Iya, ma." Shabita mengangguk setuju.
"Nanti dandan yang cantik ya, jam 7 kita berangkat." Sandra mengelus-elus rambut panjang Shabita.
Singkat cerita, keluarga Shabita sampai terlebih dahulu ke resto yang sudah ditentukan.
"Teman papa nya mana?" Shabita mengedarkan pandangannya.
"Kita tunggu sebentar, mereka masih dijalan." sahut Yudha.
10 menit kemudian...
"Nah itu dia!" keluarga Shabita berdiri untuk menyambut teman papa nya.
"Apa kabar, Yudha?" tanya Bagas. Mereka lalu berpelukan.
"Baik sekali, Gas." sahut papa Shabita.
"Silahkan duduk!" tambah Yudha.
Mereka sudah menempati kursi masing-masing.
"Ini anak kamu, Yud?" Bagas melihat ke arah Shabita.
"Iya ini anakku, putri ku satu-satunya namanya Shabita." ucap Yudha.
"Halo, om!" sapa Shabita lalu menjabat tangan Bagas.
"Cantik sekali putri mu!" puji Bagas.
"Siapa dulu bibitnya!" sahut Yudha penuh bangga.
Shabita tampak kikuk dan sudah merasa bosan padahal belum apa-apa.
"Eh, iya anak mu mana? Katanya tadi mau ikut." tanya Yudha.
"Masih di jalan. Tadi kita naik kendaraan masing-masing." jawab Bagas.
Suara HP Bagas terdengar.
"Nah panjang umur, ini anakku nelpon." Bagas lalu mengangkat telponnya.
"Iya masuk aja kesini. Papa tunggu!" ucap Bagas pada si penelpon.
"Itu kan anak mu?" Yudha melihat sosok pria tampan berjalan ke arah meja mereka. Bagas menjawab dengan anggukan.
"Maaf telat!" ucap si pria.
Suara khas si pria itu tidak asing ditelinga Shabita. Karena penasaran Shabita segera melihat ke arah sumber suara.
"Kamu?"
"Elo?"
Ucap mereka berbarengan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Apakah mama Sandra sakit? oh no🥹🥹
2024-09-14
0
Qaisaa Nazarudin
Ehem-ehem ada bau2 PERJODOHAN nih..Apakah itu Galang...😂😂😜
2024-09-14
0