Alasan mas Biru

Aku menyusuri pandanganku ke tempat yang terasa asing, bangunan lama yang terlihat seperti interior rumah di jaman Belanda. Pemandangan di sekitar sangatlah sejuk karena banyak pohon yang mengelilinginya. 

"Ayo masuk!" ajak mas Biru memecahkan keheningan. 

"Ini rumah siapa Mas?" mana mungkin aku masuk tanpa tahu itu rumah siapa, aku merasa sedikit takut walaupun sudah mengenal mas Biru. 

"Kamu gak perlu takut dan sungkan, ini rumahku yang tidak di huni. Sayang rumah ini di biarkan terbengkalai, kamu bisa tinggal di sini." Jelasnya. 

Aku mengangguk dan mengikuti langkahnya, tidak punya pilihan lain selain menerima kebaikannya. 

"Ini untukmu." Aku terkejut saat mas Biru dengan mudahnya menyodorkan ponsel, begitu mudahnya dia membantuku. 

"Tidak perlu mas, ini bahkan sudah lebih dari cukup." Aku tidak ingin menambah beban di hati menerima semua kebaikannya, aku takut tidak bisa membalas budi. 

"Ini demi anakmu, kamu bisa menghubungiku di saat terdesak." 

"Iya Mas," ku raih ponsel dengan tangan yang gemetaran, mas Biru membantuku yang lebih dari seharusnya. 

"Aku pergi dulu!" 

"Iya." 

Aku menatap punggung mas Biru yang sudah menjauh, ku alihkan pandangan melihat sekeliling ruangan itu. "Ya Allah, apa yang aku lakukan ini sudah benar?" gumamku memejamkan kedua mata beberapa saat. 

Interior rumah Belanda yang sekarang aku tempati terlihat sangat bersih dan terawat, aku merasa kebaikan mas Biru sangat berlebihan. 

Sementara di tempat lain, Adam sangat marah mengenai kelakuan istri pertamanya Luna, yang berani kabur bersama laki-laki lain. Dia sangat kesal memukul cermin di depannya dengan sangat kuat, tetesan darah segar mengalir di sela jari-jarinya. 

"Mas kenapa sih!" bentak Mawar yang sudah muak dengan sikap suaminya itu. 

"Ini semua salah kamu, Luna kabur bersama laki-laki lain." Adam menatap Mawar tajam, sangat marah mengetahui semua ini. 

"Dia yang kabur mengapa aku terkena getahnya." Bantah Mawar tak ingin di salahkan.

"Ahh sudahlah, bicara padamu membuang waktu ku." 

"Mas, kamu mau kemana?" pekik Mawar menatap punggung Adam, kesal karena panggilannya tak di hiraukan. 

Setelah kepergian Adam, Mawar melihat kedatangan ibu mertuanya. "Ada masalah apa kamu sama Adam?" 

"Ini semua karena menantu pertama Ibu." 

****

Aku merasa sangat aneh berada di tempat ini, rumah dari pria asing yang membantuku kabur dari mas Adam yang notabene sebagai suamiku. Perasaan bersalah sebagai seorang istri tentunada di hatinya, gelisah dan juga cemas memikirkan dirinya juga nasib Kanaya. 

"Aku harus bercerai dari mas Adam, untuk apa mempertahankan rumah tangga yang sudah di rusak sejak dulu." Monologku sambil memandikan Kanaya. 

"Sayang, walaupun setelah ayah dan Ibu berpisah, Ibu berjanji akan memberikan seluruh kasih sayang yang ada di dunia ini untukmu. Ibu akan menjadi seorang ayah dan juga seorang ibu untukmu, biarkan saja dia tidak mengakuimu tapi Ibu masih ada di sini dan melindungi juga menjagamu, Nak." Aku mencium pipi kanannya dengan sangat gemas, bagaimana tidak? Kedua pipinya yang berisi membuatku tidak tahan untuk menciumnya.

Aku segera mengangkat tubuh mungil itu dan membalutnya dengan handuk khusus untuk bayi, berdiri dari duduk dan membawanya menuju kamar dan memakaikan baju. 

Aku terlalu sibuk dengan Kanaya sampai lupa membawa kartu tanda penduduk dan juga berkas penting lainnya, bagaimana aku akan memulai jika semua dokumen penting itu masih tertinggal di rumah mas Adam. Aku menghela nafas berat mengingat kecerobohanku yang tidak bisa di tolerir, karena kecemasanku membuatku menjadi pelupa. 

"Apa aku harus kembali kesana? Pasti mas Adam tidak akan pernah melepaskanku." Monolog ku yang termenung cukup lama, suara tangisan Kanaya membuatku tersentak kaget. 

Ku peluk tubuh bayi mungil untuk memberikan rasa ketenangan juga kenyamanan, lalu tak lupa memberinya ASI. Aku mendengar suara dari perutku, rasa lapar yang mendera berusaha menahannya.

"Tidak ada apapun disini." Aku sangat sedih tidak ada makanan, mana berani aku mengadu pada mas Biru yang sudah banyak menolongku. Aku meletakkan Kanaya sebentar kemudian mengikat kencang perutku, berharap rasa laparnya berkurang atau menghilang. 

Tidak masalah jika aku menahan lapar seharian, bagaimana dengan bayiku yang masih bergantung padaku. Kualitas ASI dan banyaknya tergantung dari apa yang aku konsumsi, aku sangat panik juga cemas memikirkan masalah ini. Yang bisa aku lakukan hanyalah berdoa kepada sang Pencipta agar diberikan jalan untukku dan memudahkannya.

Tidak lama kemudian, aku mendengar suara pintu yang diketuk. Aku segera menggendong Kanaya dan menghampiri asal suara, ku buka pintu dan terlihat seorang pria berperawakan tampan. 

"Assalamu'alaikum." Sosok pria tampan yang memperlihatkan senyuman indah dan menawan.

"Wa'alaikumsalam." Jawabku membalasnya dengan senyuman ramah. "Mas Biru?" aku mengerutkan dahi tidak mengerti mengapa pria itu selalu saja datang, memang posisinya dia menumpang di rumah pria itu, bukan berarti mengunjungi di waktu yang tidak tepat. 

"Aku bawakan makanan untukmu." 

Ku alihkan pandangan pada plastik putih yang berisi makanan, aroma makanan sempat tercium olehku membuat perutku bereaksi. Suara nyaring yang sedikit menggema membuatku harus menahan malu, suara yang berasal dari perutku menjatuhkan harga diriku yang sebenarnya berniat untuk menolak bantuannya.

Aku mengarahkan pandangan ke samping, rasa malu yang diciptakan oleh perutku sendiri yang tidak bisa berbohong. Sedangkan ku lihat mas Biru menahan senyum di balik wajahnya nan tampan. 

"Aku tahu kamu lapar, jangan sungkan. Ini demi anakmu, untuk kualitas ASI." Terangnya. 

Lagi-lagi aku mendengarkan alasan yang sama, Bagaimana aku begitu egois menolak pemberian darinya yang bermaksud membantu putriku. aku mengganggu patuh seraya kuraih plastik putih itu aroma masakan tercium olehku yang hampir saja terpana. 

Aku menyiapkan dua piring dan meletakkannya di atas meja, mengeluarkan makanan yang di beli oleh mas Biru. Aku meneguk saliva melihat makanan yang menggugah selera, di dalam hati merasa tidak enak karena pria itu selalu menolongku. 

"Ayo, kita makan." Ajak mas Biru dan aku mengangguk pelan. 

Kami memakan makanan dengan khidmat setelah membaca doa, ku isi perut yang kosong dengan makanan. 

Setelah selesai makan..

"Kenapa Mas sangat baik pada ku dan juga Kanaya? Aku menanyakan ini bukan karena tidak menghargai semua bantuanmu, melainkan aku penasaran." Aku memberanikan diri bertanya secara langsung padanya, agar aku bisa tenang. 

Lama ku lihat mas Biru menjawab pertanyaan sederhanaku, entah memikirkan bagaimana merangkai kata-kata agar aku tidak tersinggung.

"Aku melakukan untuk membantu sesama."

"Benarkah? Tapi yang aku tangkap dan aku lihat ini sudah berlebihan." Tanyaku dengan tatapan penuh penyelidik. "Katakan yang sejujurnya Mas, aku ingin tahu."

"A-aku … aku mencintaimu."

Betapa terkejutnya aku mendengar pernyataan dan alasan mengapa mas Biru mau menolongku dan juga Kanaya.

Episodes
1 Usul ibu mertua
2 Ada yang aneh
3 Tanda merah
4 Kedekatan Mawar dan ibu mertua
5 Penolakan ibu mertua
6 Kesabaran mulai terkikis
7 Kebenaran membuatku gila
8 Ceraikan aku!
9 Jangan menahanku
10 Hasrat mas Adam
11 Kamu tetaplah pembantu
12 Pasutri gila
13 Mawar mengidam
14 Kesabaranku ada batasnya
15 Ancamanku
16 Kebaikan mas Biru
17 Kegilaan mas Adam
18 Mas Biru
19 Alasan mas Biru
20 Bukan PEBINOR
21 Talak
22 Awal kebahagian Biru
23 Pintar atau bodoh?
24 Peluang
25 Mas Adam tiba-tiba baik?
26 Rujuk?
27 Perasaan Luna
28 Namanya juga cinta, Bun!
29 Siapa bosmu?
30 Sedikit berbohong
31 Resmi berpisah
32 Nyonya tak menyukai ku
33 Tumbuhnya getaran cinta
34 Perlakuan mas Biru membuatku tersipu
35 Dia cantik
36 Pertemuan yang tidak disengaja
37 Hinaan dari mantan ibu mertua
38 Janda semakin di depan
39 Indri dan tante Mehta
40 Suami sayang istri
41 Tendangan Luna
42 Rahasia
43 Mawar bebas
44 Rahasia part 2
45 Pertemuan
46 Renggang
47 Merancang kencan
48 Kuntilanak
49 Ayah Bintang mulai beraksi
50 Lamaran ala Biru
51 Tekadku menyentuh sisi baik
52 Ulang tahun Indri
53 Dia calon istriku
54 Kacang lupa kulitnya
55 Kekacauan pesta
56 Balas dendam Mawar
57 Tak tertolong
58 Karma
59 Mendapat restu
60 Nasib Mawar
61 Biru yang sudah tidak sabar
62 Menggoda
63 Kebaya putih
64 Kedatangan Putih
65 Terlambat pulang
66 Guncangan mental
67 Hari pernikahanku dan mas Biru
68 Sosok Mutia
69 Rahasia mulai terkuak
70 Bunda wanita kedua?
71 Kecelakaan
72 Penyesalan seorang anak
73 Saling memaafkan dan damai
74 Karma Adam dan ibunya
75 Sudah membaik
76 Memutuskan untuk pindah ke Paris
77 Happy ending
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Usul ibu mertua
2
Ada yang aneh
3
Tanda merah
4
Kedekatan Mawar dan ibu mertua
5
Penolakan ibu mertua
6
Kesabaran mulai terkikis
7
Kebenaran membuatku gila
8
Ceraikan aku!
9
Jangan menahanku
10
Hasrat mas Adam
11
Kamu tetaplah pembantu
12
Pasutri gila
13
Mawar mengidam
14
Kesabaranku ada batasnya
15
Ancamanku
16
Kebaikan mas Biru
17
Kegilaan mas Adam
18
Mas Biru
19
Alasan mas Biru
20
Bukan PEBINOR
21
Talak
22
Awal kebahagian Biru
23
Pintar atau bodoh?
24
Peluang
25
Mas Adam tiba-tiba baik?
26
Rujuk?
27
Perasaan Luna
28
Namanya juga cinta, Bun!
29
Siapa bosmu?
30
Sedikit berbohong
31
Resmi berpisah
32
Nyonya tak menyukai ku
33
Tumbuhnya getaran cinta
34
Perlakuan mas Biru membuatku tersipu
35
Dia cantik
36
Pertemuan yang tidak disengaja
37
Hinaan dari mantan ibu mertua
38
Janda semakin di depan
39
Indri dan tante Mehta
40
Suami sayang istri
41
Tendangan Luna
42
Rahasia
43
Mawar bebas
44
Rahasia part 2
45
Pertemuan
46
Renggang
47
Merancang kencan
48
Kuntilanak
49
Ayah Bintang mulai beraksi
50
Lamaran ala Biru
51
Tekadku menyentuh sisi baik
52
Ulang tahun Indri
53
Dia calon istriku
54
Kacang lupa kulitnya
55
Kekacauan pesta
56
Balas dendam Mawar
57
Tak tertolong
58
Karma
59
Mendapat restu
60
Nasib Mawar
61
Biru yang sudah tidak sabar
62
Menggoda
63
Kebaya putih
64
Kedatangan Putih
65
Terlambat pulang
66
Guncangan mental
67
Hari pernikahanku dan mas Biru
68
Sosok Mutia
69
Rahasia mulai terkuak
70
Bunda wanita kedua?
71
Kecelakaan
72
Penyesalan seorang anak
73
Saling memaafkan dan damai
74
Karma Adam dan ibunya
75
Sudah membaik
76
Memutuskan untuk pindah ke Paris
77
Happy ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!