Aku tersenyum bahagia karena kondisi Kanaya sudah membaik, tapi duka ku sebagai seorang ibu masih tertanam di hati mengingat perlakuan mereka yang hampir membuat nyawa anakku dalam bahaya.
"Aku akan menuntut mereka yang sudah keterlaluan." Gumamku sudah membulatkan tekad.
Sesampainya di rumah, aku yang menahan amarah ingin berteriak memanggil ibu mertua juga Mawar. Tapi aku malah terkejut saat mas Adam datang menghampiri dapam keadaan marah, terlihat jelas dari raut wajahnya. Dia melayangkan tamparan tepat mengenai pipi sebelah kanan, aku yang tidak sempat menghindar terpaksa menerimanya namun hatiku sangat sakit.
Bekas memerah di pipi membuatku segera menutupnya, menatap mas Adam tajam juga menusuk. Berani sekali dia menamparku, apa kesalahanku? Aku sungguh tidak tahu apapun.
"Masih berani kamu pulang, dasar l*nte."
Deg
Aku merasa waktu terhenti dengan sangat cepat, pergerakan lambat yang aku lihat. Mas Adam memarahiku dengan sumpah serapahnya, penghinaan yang sangat-sangat keji keluar dari mulutnya.
"Kamu istri durhaka, aku tidak akan ridha dengan semua yang kamu lakukan." Ucapnya meninggikan suara.
Langsung aku mendekap tubuh Kanaya agar tidak menangis terlalu kencang, memberikan kenyamanan dan masih penasaran mengapa sikap mas Adam hari ini sangat berbeda.
"Berani sekali kamu selingkuh."
Tunggu dulu? Dia bilang apa tadi? Selingkuh? Aku tergelak mendengar tuduhan keji itu, seharusnya aku lah yang mengucapkannya saat mas Adam dan Mawar ternyata suami istri. Apa ini tidak terbalik? Dia mengataiku yang tidak-tidak.
Kembali aku melihat mas Adam ingin mengangkat tangannya untuk menamparku sekali lagi, kali ini aku tidak lengah dan menahan tangannya agar tidak bisa menyentuh pipiku. Aku sangat muak atas pikiran yang sangat kotor itu menuduhku selingkuh tapi dia lupa bahwa dia sendirilah yang selingkuh.
"Jangan mengangkat tangan mu di pipiku lagi, sebelum tahu kebenarannya terlebih dahulu. Jangan menyimpulkan sesuatu yang belum kamu ketahui." Kecam ku yang menatapnya dengan intens.
Mas Adam sangat marah jika aku melawannya tapi aku tidak peduli lagi pada pria itu, bisa-bisanya dia menuduhku.
"Aku bukan sembarangan menuduh dan punya buktinya." Mas Adam mencari pembenaran itu segera meraih ponsel dari saku celana, memperlihatkan beberapa foto yang dikirim oleh istri keduanya.
Aku menyipitkan kedua mataku dan melihat dengan seksama, mengerti kalau ini ulah dari Mawar yang ingin mengadu domba. Aku menggelengkan kepala saat foto-foto yang diambil sama persis saat tadi aku akan diantarkan pulang oleh mas Biru.
"Mudah sekali membodohimu, Mas percaya dengan foto yang dikirim Mawar."
"Aku percaya apa yang ada di depan mata, dan terbukti kalau kamu selingkuh." Ucap mas Adam yang menggebu-gebu masih berpikir kalau akulah yang salah.
Tidak ada rasa takut di wajahku, tetap tenang menghadapi sikap mas Adam yang begitu berlebihan. "Bukankah yang selingkuh itu kamu, Mas? Dengan menuruti perkataan ibu, membiarkan rumah tangga kita yang retak." Ejek ku yang menyeringai tipis.
"Kita tidak sedang membahas mengenai aku, tapi kamu!"
"Kenapa harus aku? Akan lebih baik kita menyelesaikannya hari ini juga." Tegas ku yang menekan kalimat akhir.
"A-apa yang ingin kamu sampaikan?" lirih pelan Mas Adam begitu penasaran, namun ada raut wajah ketakutan yang terlukis. Sementara aku hanya tersenyum tipis seraya mengusap pipiku yang terkena tamparan darinya.
"Aku ingin kita pisah. Tidak ada kecocokan lagi dan juga rasa percaya antara kita, jadi untuk apa mempertahankan rumah tangga yang sejak lama sudah retak. Lebih baik aku menjalani kehidupanku bersama Kanaya, dan kamu hidup bersama Mawar sesuai dengan permintaan ibumu. Aku berharap semoga saja anak yang dikandungnya adalah laki-laki." kini aku mantap memutuskan untuk bercerai, walau ada keraguan di hati untuk membiayai kebutuhan anakku.
Aku tidak ingin memikirkan hal itu lagi, berusaha terlepas dari ikatan yang sangat menyesakkan dada. Jujur saja aku takut kalau sampaikan Kanaya tidak bisa aku penuhi semua kebutuhannya, namun aku akan berusaha mencari pekerjaan untuk biaya kebutuhan kami.
"Heh, apa jadinya kamu tanpa aku di luar sana. aku sangat yakin dalam dua hari kamu akan kembali padaku karena tidak bisa membiayai kehidupan mu dan juga Kanaya. Sebaiknya kamu menurunkan egomu itu, jangan sampai nantinya membuatmu malu sendiri."
Aku menghela nafas berat. "Aku tidak sendiri, ada Allah subhanallah ta'ala yang bisa melindungiku dan juga Kanaya." Ucapku yakin.
Aku tidak ingin berdebat terlalu lama, masuk ke dalam kamar dan mengemasi pakaian. Tak butuh waktu lama untukku mengemasi nya, segera menarik koper dan hendak melangkah pergi.
Tak
Pintu kamar terkunci dan pelakunya mas Adam, aku memundurkan langkah kaki sambil menatapnya serius. "A-apa yang kamu lakukan Mas?"
"Kenapa kamu takut? Kita masih suami istri dn bahkan kamu menyukai semua yang aku lakukan padamu dulu." Adam begitu percaya diri dan melangkah maju, tersenyum tipis melihat Luna yang melangkah mundur menjauhinya.
Aku sangat terkejut juga takut, ku raih vas bunga yang berada di dalam jangkauan dan menodongkannya. "Jangan mendekat Mas!" kata ku memberi perintah.
Mas Adam tidak takut dengan ancamanku dan membuatnya semakin menggila, hingga aku bisa bernafas lega saat kedatangan ibu mertua yang tidak sengaja mendengar suara kebisingan di dalam kamar.
"Adam, apa yang kamu lakukan?"
"Pergilah Bu! Jangan merusak suasananya." Jawab Adam yang tidak ingin diganggu.
Mas Adam semakin dekat dan memeluk tubuhku, sementara aku memeluk karena hanya dengan erat agar pria itu tidak bisa merampas Kanaya dariku.
Ibu mertua berusaha untuk melerai, tapi kekuatan putranya itu jauh lebih besar di atasnya, hingga tak sengaja membuat kepala nya terbentur ke sudut meja rias. Luka yang ada di kening menjadi saksi kalau putranya itu lepas kendali, bahkan semua usahanya tidak ada yang berhasil.
Hampir saja aku menjatuhkan Kanaya, aku yang sangat takut itu segera mencari zona aman. Ya, kalian pasti tahu apa yang aku lakukan untuk melindungi diriku dari mas Adam, secepat kilat aku menendang bagian pusaka di antara kedua pahanya. Cara mendapatkan kesempatan aku segera berlari keluar dari kamar, berharap aku bisa hidup bersama putriku dengan bebas.
Aku berlari sekuat tenaga dan sesekali melirik ke belakang, tahu persis Mas Adam tidak akan membiarkanku lepas begitu mudah. Hampir saja aku berputus asa, tapi Tuhan masih baik padaku mengirimkan seseorang datang tepat pada waktunya.
"Cepatlah naik ke atas motorku!"
Aku bisa bernafas lega saat melihat keberadaan mas Biru yang hendak menolong ku, tanpa berpikir panjang aku pun naik berharap masakan tidak mengejarku lagi.
"Luna … kamu tidak akan bisa lepas dariku semudah itu."
Aku mendengar teriakan mas Adam, aku berdoa agar semuanya baik-baik saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Sri Puryani
si luna bego dari rmh sakit harusnya lgsg minggat sekalian malah balik ke rmh
2024-05-13
1
neng ade
lagian kenapa pulang sih .. padahal pengen kabur kan .. seharus nya begitu terima penganiayaan dari ibu mertua dan Mawar ke RS tuh langsung buat visum langsung laporin ke yg berwajib.. ah .. payah km Lin cuma omdo doang
2023-09-11
1
Fitria widiyaningsih
tolol dr rumah sakit knp balik kerumah lagi,pengennya kabur dr rumah giliran ad kesempatan mlh balik kerumah
2023-05-28
1