Begitu cepat kabar itu sampai ke telinga mertua ku, dialah yang paling bersemangat dengan kehamilan Mawar. Aku yang duduk di kamar dan pintu yang terbuka dapat melihat jelas kalau mereka memanjakan maduku itu.
"Syukurlah kalau kamu sudah hamil, pasti anaknya laki-laki pewaris keluarga ini. Tidak seperti dia, udahlah hamilnya lama dapat anak perempuan pula."
Aku mengelus dada mendengar perkataan yang begitu menusuk di hati, sindiran ibu mertua sangat jelas dan bahkan mencibirku. Walaupun begitu aku tetap tersenyum, begitulah cara orang menghadapi sindiran dan akan berbalik kepada tuannya.
"Iya Bu, aku yakin anak yang aku kandung ini laki-laki."
Ibu mertua mengelus perut Mawar yang masih rata, wajahnya tersenyum cerah sudah tidak sabar memiliki cucu laki-laki penerus keluarganya kelak. Bahkan Kanaya tidak di anggap sebagai cucunya, apa dia lupa kalau dia juga seorang perempuan? Tentu saja ada timbal balik dari perbuatannya, hanya siapkan mental bila karma menghampiri.
"Ya pasti dong Sayang, keluarga mu kebanyakan laki-laki. Ibu yakin anaknya juga laki-laki."
"Ibu tenang saja, aku janji beri ibu keturunan laki-laki."
"Harus dong, bukan seperti dia bisanya melahirkan anak perempuan."
Ahh … bisa-bisanya mereka mengatakan hal yang menggelikan itu, pikiran kuno dan kolot yang berbicara tanpa pengetahuan membuat aku geli. Toh percuma menjelaskan kalau mereka tidak paham, tapi mengapa mas Adam diam saja? Diakan berpendidikan, mungkin hal semacam ini pasti dia tahu apalagi itu pengetahuan umum di sekolah menengah atas.
Sudahlah, dari pada mendengar omong kosong, sebaiknya aku mengisi perutku yang kosong dengan makanan.
Aku berjalan menuju dapur dan memasak apa yang ada di dalam kulkas, menemukan ikan, tempe, dan sayur membuatku sangat bersemangat.
Aroma semerbak dari masakanku tercium oleh Mawar yang tiba-tiba saja sudah berdiri di belakangku, sontak aku terkejut dan menatapnya heran.
"Butuh sesuatu?"
Dengan cepat Mawar mengangguk. "Aku mau semua itu untukku!" ada nada memerintah yang membuatku jengkel.
"Aku capek-capek masak dan kamu minta semuanya?"
"Iya. Kalau Mba gak mau kasih aku lapor sama ibu atau mas Adam."
Aku semakin tergelak mendengar kecaman dari Mawar, bisa-bisanya dia mengadukan ku. "Di dalam kulkas masih ada ikan, tempe, dan sayur. Kalau kamu mau ya buat sendiri," selorohku.
"Tapi aku mau masakan Mba."
Wah, Mawar semakin nyolot. Apa mungkin ini efek dia hamil dan ngidam masakan aku? Apa karmanya mulai berjalan?
"Aku bukan pembantu, kalau mau buat sendiri." Lantas aku membawa semua makanan yang sudah aku masak ke dalam kamar, terpaksa makan di dalam tanpa menghiraukan teriakan Mawar yang terus menggedor pintu.
"Enak aja mau semua, kalau dia minta separuh pasti aku bagi. Semua? Aku yang capek masak dia malah mau terima jadi." Gumamku menggelengkan kepala dan kembali menyuapi mulutku dengan makanan sambil melirik Kanaya yang anteng.
"Ada apa Mawar? Mengapa berteriak?"
"Itu Bu, mba Luna gak mau kasih aku maskan dia, padahal aku lagi pengen." Mawar memperlihatkan wajah sedih agar mendapat simpati, dan benar saja saat tiba-tiba ekspresi ibu berubah.
"Luna … Luna, buka pintunya!"
Aku mendiamkan teriakan itu, dan melanjutkan makan. Sangat tahu persis apa yang akan terjadi nantinya, sebuah drama yang di mainkan ibu dan Mawar pada mas Adam.
"Ada apa Bu?" tanyaku tanpa bersalah, menatap kedua wanita tampak marah dengan sikapku.
Aku sengaja memberi celah agar Mawar melihat semua makanan telah aku habiskan, memberi sedikit pelajaran menurutku tak masalah.
"Bu, makanannya sudah habis." Mawar merengek bersikap manja pada ibu, sedangkan aku diam seperti orang bodoh tapi di dalam hati tertawa puas.
"Kamu tuli ya, kenapa di panggil gak buka pintu." Ketus ibu mertua yang menatapku sinis tak suka.
"Maklum Bu, aku kelaparan dan tidak dengar apapun saat lapar." Alasan yang di buat-buat semakin membuat mereka jengkel.
"Dasar menantu kurang ajar!"
Dengan cepat aku menghalangi tangan ibu yang hendak menampar wajahku ku tetap matanya dalam. "Jangan memaksaku kurang ajar pada Ibu, sekali lagi Ibu melayangkan tangan itu jangan salahkan aku membalasnya dua kali lipat."
"Oh, sudah berani kamu melawan ku?"
"Selama ini aku diam Bu, bagaimana cara ibu memperlakukanku dan selalu menghinaku aku diam saja, tapi kalau sudah menyangkut fisik aku bahkan membalasnya dua kali lipat." Aku bersikap tegas pada ibu mertuaku agar tidak semena-mena padaku, tidak masalah jika mereka membicarakan aku hal yang jelek tapi kalau sudah menyangkut fisik aku tidak akan mengampuninya lagi.
Sedikit terlihat wajah yang ketakutan karena aku mulai berani melawan ibu.
"Mawar sedang hamil, kamu harus memasak makanan untuknya, aku tidak ingin cucuku ileran."
Sejenak aku mulai luluh dan ingin memasak untuk mawar tapi diam-diam senyuman licik terekam oleh kedua mataku membuatku mengurungkan niat. "Maaf Bu, tapi aku bukan pembantu." Aku langsung menutup kedua pintu kamar tanpa peduli mereka menggedornya dengan sangat keras.
Umpatan dan hinaan yang aku terima tak membuatku patah semangat, aku yakin mereka akan menciptakan drama dan mengadukan aku kepada mas Adam tentunya dengan disertai bumbu-bumbu sebagai pelengkap agar cerita itu semakin menarik.
"Aku ingin mas Adam marah padaku dan mengusirku dari rumah ini, itu suatu keuntungan yang sangat aku harapkan." Gumamku yang memeluk tubuh Kanaya.
"Luna … Luna," teriakan mas Adam dan begitu lantang terdengar jelas di telinga aku buru-buru keluar dan menghampiri.
"Suara Mas membuat Kanaya takut, dan aku tidak tuli."
"Kenapa kamu tidak mengabulkan keinginan mawar? Padahal dia hanya minta hal sederhana, tapi kamu tidak bisa mengabulkannya. Istri macam apa kamu ini, sangat egois."
Sangat lucu hingga aku rasa geli dengan ucapan mas Adam, aku yang ditindas tapi malah aku yang disudutkan.
"Tapi aku bukan pembantu nya, apa mas lupa kalau yang sebenarnya pembantu adalah dia sendiri."
"Jangan mengungkit itu lagi karena posisimu dan dia sama di rumah ini, buatkan dia makanan yang kau masak itu."
Sekali lagi aku luluh dengan perkataan mas Adam sekilas aku melihat wajah Mawar yang begitu senang dapat melihatku kesusahan dan kesulitan hingga aku kembali mengurungkan niat untuk membantunya.
Tapi aku kembali berpikir, mana mungkin aku melimpahkan kesalahan mawar kepada anaknya, biarlah wanita itu berpikiran buruk padaku tapi aku tidak ingin anak yang tidak berdosa menjadi korban pertikaian dari orang-orang dewasa.
Akhirnya aku mengalah dan memasak untuk Mawar menyajikannya pada wanita itu.
Byurr
Betapa terkejutnya aku melihat Mawar yang menyemburkan makanan yang bersusah payah aku buat untuknya, tapi dia malah menyia-nyiakan kebaikanku.
"Ini tidak enak."
Oho, kenapa dia mengerjaiku? sekilas aku melihat matanya yang begitu tertarik dengan masakanku. Terus memberikan komentar guru tapi yang membuatku heran makanan yang di atas piring habis tak bersisa olehnya.
"Menghina makanan aku buat tapi piringnya kosong, tidak konsisten." Lirihku menggelengkan kepala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
neng ade
biarkan aja Lun .. karma akan datang menghampiri.. biarkan mereka berkhayal akan dpt anak laki2.. mereka lupa ada yg lebih berkuasa atas segala sesuatu Allah yg maha Kuasa
2023-09-11
1
Ida Sahil
buatin la masakanya yg enk lun...jgn lupa kasih garem yg bnyk🤭
2023-05-29
0
Hanipah Fitri
ibu yg selalu ikuti campur rmh tangga anaknya, pada akhirnya nanti rmh tangga anak nya berantakan
2023-05-12
1