Aku baru saja tertidur tapi terganggu kebisingan orang mengetuk pintu, terdengar telapak kaki yang berlari ke arah sana dan membukakan pintu. Aku tahu pasti yang membukakan pintu adalah Mawar, mengingat hanya kami yang berada di rumah.
"Siapa yang datang?" rasa penasaran menuntunku untuk kesana, tapi sebelum itu aku memastikan Kanaya sudah tertidur di baby box setelah memberikannya ASI. Aku melangkahkan kaki keluar kamar dan melihat keberadaan dari ibu mertua yang sudah duduk di sofa, aku tersenyum dan menghampirinya. Tak lupa untuk mencium tangan ibu mertuaku itu untuk menyambut kedatangannya di rumah, duduk di sebelah untuk menemaninya.
"Kenapa kamu tidak membuka pintu untuk Ibu?" pertanyaan yang di lontarkan sedikit tajam menurutku di tambah lagi cara ibu memandangku yang sinis.
"Aku ketiduran Bu." Jawab ku seadanya. Bagaimana tidak? Mas Adam tidak mau membantuku untuk merawat Kanaya, ada saja alasannya menghindar.
"Ketiduran? Bagaimana bisa?" sentak ibu mengagetkan aku.
"Semalam aku tidur hanya satu jam."
"Alah, itu pasti alasanmu saja. Ibu kan sudah kasih kamu pembantu untuk mengerjakan pekerjaan rumah selama lepas pantangnya, pasti kamu malas-malasan sekarang." Hardik ibu mertua yang tidak mau mengerti dengan alasanku, di sini juga membuatku ingin tahu karena bukan hanya sikap suamiku yang berubah melainkan sikap ibu mertuaku juga berubah.
Aku terdiam membisu, tidak ingin menjawab apapun lagi. Hatiku sakit, melihat perubahan dari dua orang yang aku cintai dan hormati, berusaha menahan air mata agar tidak keluar saat ini.
"Ini minumnya Bu, silahkan." Mawar menawarkan minuman dan juga kue kering pada ibu mertuaku, langsung saja mimik wajah berubah.
"Wah, terima kasih. Kamu selalu mengerti Ibu," puji ibu mertua tersenyum pada Mawar tanpa menghiraukan perasaanku.
"Apa aku ini musuh kalian? Pertama suamiku dan kedua ibu mertuaku, sebenarnya apa yang tidak aku ketahui?" batin Luna seraya melihat kebersamaan pembantu dan ibu mertua yang tampak akrab, tidak ada kecanggungan dan rasa segan sama sekali.
"Jadi istri itu harus cekatan, buatkan teh kek atau kopi kek kalau ada tamu, bukan di sini saja." Sindir ibu mertua melirik ku sinis.
Jlebb
Hatiku sakit mendengar perkataan tajam ibu mertuaku, lalu apa gunanya Mawar berada di sini, padahal ibu sendiri yang memberikan aku pembantu sampai masa pantanganku selesai. Tapi apa ini? Ibu masih berpikiran seperti itu, mengapa aku semakin merasa ada yang tidak beres.
"Iya Bu." Jawabku pasrah.
"Kanaya mana?"
"Ada di baby box."
"Hem, baguslah."
Aku sudah menahan diriku sendiri mengenai keberadaan Mawar, apalagi aku melihat kedekatannya dengan suami juga mertuaku.
Aku melihat kepergian Mawar dan membuatku lebih leluasa mencari informasi mengenainya. "Ada yang ingin aku bicarakan pada Ibu."
"Apa?"
"Ibu memberikan aku pembantu, tapi aku tidak mengetahui asal usulnya dan bagaimana latarnya."
"Tidak perlu mencari tahu, cukup nikmati saja. Setidaknya pekerjaanmu di rumah sudah ada yang menanganinya."
"Iya Bu."
"Nah, belikan Ibu pulsa."
Ibu memberikan selembar uang berwarna hijau bernilai dua puluh ribu rupiah, dengan berat hati aku pergi meninggalkan Kanaya, apalagi jaraknya lumayan jauh. "Bagaimana dengan anakku?" batinku yang tidak mungkin menolak perintah.
"Kenapa bengong? Cepat pergi! Ibu sangat butuh pulsa."
"Kanaya," lirih pelan ku sembari menggigit bibir bawah, tampak ragu meninggalkan putriku.
"Pergi saja, ada Ibu dan Mawar di sini."
"Baik Bu." Aku memastikan Kanaya sekali lagi dan segera pergi menggunakan langkah cepat agar segera sampai, perasaanku sangat tidak tenang meninggalkan putriku.
"Bu, beli pulsa sepuluh ribu."
"Berapa nomornya Neng?"
Aku membacakan nomor ponsel ibuku dan transaksi selesai, aku yang hendak pergi terburu-buru di tahan oleh ibu pemilik warung.
"Ada apa ya Bu?"
"Wanita muda yang tinggal di rumahmu itu siapa?"
"Oh kirain ada apa. Dia Mawar pembantu yang di bawa ibu mertuaku, Bu."
"Masa pembantu secantik itu, kamu gak takut Lun?"
"Takut kenapa ya Bu?" tanyaku pura-pura tidak tahu, pikiranku masih tertuju pada anak yang aku tinggal di rumah.
"Takutnya Adam kepincut pembantu. Sebaiknya kamu hati-hati, soalnya Ibu pernah lihat mereka pernah jalan bersama naik motor dan sangat mesra."
"Mungkin Ibu salah lihat orang, permisi ya Bu." Aku bergegas pergi dari warung itu, gosip yang di beritahu padaku itu membuat hati semakin getir. "Apa benar mereka yang seperti di katakan ibu itu?" gumamku.
"Yee…di kasih tahu gak percaya." Cibir ibu pemilik warung yang melihat kepergian Luna.
Berjalan dengan tergesa-gesa membuatku tidak sadar hingga terjatuh, duduk di jalan merasakan sakit di bagian lutut. Aku menyingkap rok dan melihat darah di lutut, meringis kesakitan namun tetap melanjutkan pulang. Pikiranku yang mulai bercabang, mengenai Kanaya dan juga keberadaan Mawar tanpa mengetahui identitas aslinya.
Sesampainya di rumah, aku tidak sengaja mendengar perkataan mereka dan membuatku menguping dan tentunya bersembunyi agar tidak ketahuan.
"Kamu bertahan saja di sini, bukankah ini keinginanmu," ucap ibu mertua pada Mawar.
"Apa Ibu pikir menjadikan aku sebagai pembantu membuatku senang? Setiap ingin dekat dengan mas Adam selalu saja diam-diam agar tidak ketahuan."
"Harusnya kamu sadar diri, tidak semua keinginanmu tercapai."
Belum sempat menguping semua pembicaraan, aku tidak sengaja menyenggol pot bunga dan menimbulkan suara. Mereka langsung menghentikan pembicaraan dan melihatku dengan wajah yang tegang.
"Lun, sejak kapan kamu pulang?"
"Baru saja Bu."
Aku tersenyum berpura-pura tidak tahu apa yang terjadi, mereka masih canggung melihat keberadaanku. Aku sangat kesal mengapa di saat seperti ini malah ketahuan, jadi aku tidak tahu apa kebenaran mengenai kedatangan Mawar.
"Bagaimana Mba bisa terjatuh?" tanya Mawar penuh selidik, mungkin ingin memastikan kalau aku tidak mendengar arah pembicaraan mereka.
"Aku kepikiran Kanaya dan pulang tergesa-gesa, tapi tidak sengaja aku terjatuh." Jelas ku, berharap menghilangkan kecurigaan.
"Oh."
"Pulsanya sudah masuk Bu?"
"Sudah."
"Baiklah, aku ke dalam dulu lihat Kanaya." Aku segera masuk ke dalam, menahan rasa sakit di hati. Bukan hanya suamiku yang berkhianat melainkan ibu mertuaku juga mengkhianati aku, entah apa yang salah sehingga mereka tega padaku. Aku merasa tersisihkan semenjak kedatangan Kanaya, namun aku tidak pernah menyalahkan anakku hanya karena egoku sendiri.
"Lima tahun lalu mereka memanjakan aku dan mencintaiku, mengapa sekarang berubah?" batinku terisak, perubahan itu menekanku. Beruntung aku tidak mengalami baby blues yang akan berdampak buruk.
"Bangkai yang kalian simpan tidak akan bertahan lama, segera aku memecahkan teka-teki dari sikap kalian padaku." gumamku yang segera menyeka air mata yang mengalir di pipi, Aku hanya bisa menyimpan masalah ini sendiri, memang aku tidak memiliki keluarga karena berasal dari panti asuhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Soraya
luna kmu harus kuat jgn cengeng
2024-02-28
0
neng ade
yg sabar ya Lun.. fokus aja sm Kanaya sambil terus pantau keadaan ...
2023-09-11
1
Imas Atiah
suami dan mertua gila
2023-05-20
1