Irani mengantarkanku masuk ke dalam kantor. Kami berdua benar-benar canggung, sepanjang jalan kami hanya diam dan ketika kami saling menatap, kami hanya saling memberikan sebuah senyuman satu sama lain. Entah itu senyuman paksa ataupun ikhlas, kami seperti dua orang yang saling bermusuhan.
Luar biasa. Ketika aku masuk ke dalam kantor, aku baru tahu bahwa di sini sangat luas. Bagaimana bisa orang-orang yang bekerja disini tidak lelah berjalan seluas gedung ini untuk bekerja? Setidaknya mereka setiap hari berjalan bolak-balik sekeliling kantor. Pantesan saja orang-orang disini pada kurus, mereka olah raga seriap hari.
"Ini ruangannya, Bu!" kata Irani.
Tanpa ku sadari, seiring berjalannya aku sambil melihat-lihat suasana di kantor Eggy, aku pun sudah berada di depan pintu kantor Eggy.
"Sumpah! Apa yang akan aku lakukan disini?" ucapku dalam hati kebingungan. "Ah, iya. Terimakasih ya," kataku pada Irani.
"Ya. Sama-sama. Sudah menjadi tugasku," sahutnya.
"Apa aku boleh masuk sekarang?" tanyaku padanya.
"Kapanpun anda bisa memasukinya," jawab Irani tersenyum.
Aku pun membalas senyumannya. "Terima kasih."
Secara perlahan-lahan aku masuk ke dalam ruangan Eggy. Perasaanku kini bercampur aduk. Aku tegang, jantungku berdegup kencang dan suhu badanku mulai panas, keringat kecil, juga keringat besar mulai akan keluar. Seakan ini adalah uji nyali untuk bertemu mahluk halus.
"Ya. Aku masuk ke dalam rumah hantu," gumamku pelan sambil memasuki ruangan Eggy.
"Sudah ku bilang ketuk pintunya terlebih dahulu, Irani!" ucap Eggy spontan tanpa tahu siapa yang masuk ke dalam ruangannya. Karena ia sedang memeriksa berkas di mejanya.
"Bulan. Aku Bulan!" sahutku memberanikan diri.
Eggy terdiam menatapku.
"Tatapan itu lagi. Aku enggak bisa tahan," ucapku dalam batin sambil menundukkan kepalaku.
"Apa kau rindu?" tanya Eggy tiba-tiba yang tanpa ku sadari ada dihadapanku.
Spontan aku mengangkat kepalaku dan aku pun di buat terkejut kembali ketika ku menyadari lagi jarak di antara aku dan dia terlalu dekat.
"Tidak. Jangan kepedean ya!" jawabku sambil berjalan menghindari Eggy.
"Lalu?"
"Aku hanya ingin ...," kataku terpotong sambil berpikir alasan apa yang pas untuk saat ini.
"Makan siang?" kata Eggy melengkapi kalimatku.
"Ya. Itu dia. Mari kita makan bersama," sahutku tersenyum paksa.
"Wajahmu tak indah jika senyumanmu di paksakan seperti itu," kata Eggy datar sambil berjalan kembali ke arah mejanya.
Aku menaikan bibir sebelah kiriku ke arah atas sambil mendelik.
"Pulanglah! Aku sudah makan siang," kata Eggy menyuruhku untuk pergi dari kantornya.
"Apa? Kau mengusirku?" tanyaku tersinggung.
"Tidak. Kau juga sepertinya sudah makan siang, tercium dari bau mulutmu itu," ujar Eggy.
Aku mencoba menahan amarahku. Aku harus ingat bahwa ini adalah kantornya.
"Mulutku wangi. Asal kau tahu! Aku memakan makanan yang tidak meninggalkan plak di gigiku. Kau harus tahu bahwa setiap aku selesai makan, aku selalu berkumur untuk membersihkan mulutku," jawabku dengan menaikan nada suaraku lebih tinggi. Ya ampun! Tak bisa aku tahan rasa amarahku ini.
"Kalau begitu, aku akan menciummu agar aku bisa tahu bahwa bibirmu enak. Karena yang wangi tentunya mempunyai rasa yang lezat," kata Eggy menggodaku.
"Tidak semua yang tercium wangi itu lezat," sangkalku.
"Jadi intinya kau tidak lezat?" tanya Eggy.
"Ngomong apa sih? Kok jadi kek gini?" tanyaku dalam hati kebingungan. "Yasudahlah! Aku mau pergi. Aku tidak niat mengajakmu makan siang. Aku cuma nyasar sampe sini doang," kataku cetus.
"Pemandangan yang sangat indah," kata Eggy dengan lembut sambil menatapku sayu.
Aku benar-benar tidak mengerti dengan sikap yang di miliki oleh Eggy. Ibunya ngidam apa bisa ngelahirin anak kayak Eggy? Kok aneh aja gitu sikapnya tidak mudah di pahami.
Aku pun menarik napasku dalam-dalam, lalu membuangnya dengan kasar.
"Dasar mesum, cabul!" umpatmu pada Eggy. Lalu akupun segera pergi dari kantornya Eggy.
Aku membuka pintu kantornya dengan kasar dan aku pun menutup pintu kantornya dengan kasar pula.
"Ada apa dengan istrinya Eggy?" gumam Irani pelan-pelan. Lalu karena rasa penasaran, Irani pun masuk ke dalam kantornya Eggy. Diam-diam aku melihat Irani masuk ke sana, dan aku pun merasa penasaran dengan hubungan mereka. Alhasil aku pun diam-diam mendengarkan pembicaraan mereka di balik pintu kantornya.
"Hai, Gy. Aku lihat istrimu marah-marah. Ada apa?" tanya Irani ragu-ragu.
"Sudah ku bilang jika masuk ke dlam kantorku, ketuk pintunya terlebih dahulu," sahut Eggy tak mengalihkan pembicaraan.
"Maaf. Tapi itu refleks," kata Irani.
"Kebiasaan!" celetuk Eggy datar memperbaiki perkataan Irani.
"Ya. Kau memang benar. Itu kebiasaan. Maaf!" ujar Irani.
Eggy terus saja memeriksa berkas di mejanya yanpa menatap ke arah Irani yang sedang ada di depannya.
"Lalu apa yang membuat kalian bertengkar?" tanya Irani mengingatkan tentang pembahasan pokoknya.
"Bukan apa-apa. Hubungan aku dengannya memang selalu tidak baik. Itu sudah menjadi hiburan sehari-har," jawab Eggy.
Aku merasa heran dengan Irani. Segitu keponya kah dia dengan hubungan atasannya sendiri? Dalam batinku berkata, "Apa? Hiburan? Pertengkaran dia bilang hiburan sehari-hari? Mana bisa? Dasar pria aneh! Jodoh mana yang telah Engkau pilihkan terhadapku, Tuhan?"
Aku pun kembali menguping pembicaraan mereka.
"Jangan khawatir. Kami baik-baik saja kok," kata Eggy meyakinkan Irani.
"Apa kau bahagia?" tanya Irani.
Membuat Eggy terhenti sejenak memeriksa berkasnya. Lagi-lagi aku mendapatkan sebuah pertanyaan yang menurutku tidak perlu ditanyakan oleh seorang bawahan. Rasanya itu tidak sopan.
"Seperti yang kau lihat!" jawab Eggy. Lalu ia membereskan berkas di mejanya. "Aku akan pergi keluar. Jika ada yang mencariku, tolong sampaikan untuk menelepon ke ponsel pribadiku," tambah Eggy.
Menyadari Eggy akan keluar dari ruangannya, aku pun mengakhiri mendengarkan percakapan mereka, agar tidak ketahuan olehnya, aku segera pergi berlari menjauhi ruangannya. Lalu tak lama kemudianEggy pun pergi meninggalkan Irani di ruangannya.
Mungkin Irani mulai tampak kebingungan dan mulai curiga dengan hubungan antara Eggy dan aku. Mungkin saja Irani pun mulai tertarik untuk menyelidiki hubungan dan kisah rumah tanggaku dengan Eggy. Terserah saja!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments