Raihan berdiri dari kursi yang tengah ia duduki dan ia memperkenalkan dirinya kepada Eggy.
"Selamat siang! Perkenalkan saya Raihan. Manager dari perusahaan PT Astro, salam kenal," ucapnya sambil memberikan tangan kanannya untuk berjabat tangan.
"Saya Eggy Direktur baru dari perusahaan Astro," sahutnya sambil menjabat tangan.
"Ah, kebetulan sekali saya bisa bertemu dengan Pak Direktur secara langsung. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik dalam satu perusahaan ini," kata Raihan.
"Terimakasih. Silakan duduk kembali," kata Eggy.
Merekapun mulai berbincang tentang pekerjaan dan bisnis yang akan mereka jalankan. Entah pemandangan apa yang ada di hadapanku membuatku merasa sangat tak nyaman. Mereka semakin akrab dan sepertinya sangat berantusias dengan pembicaraan mereka. Di balik itu, aku hanya memandang mereka berdua dengan perasaan yang gugup, takut, tak di anggap atau bahkan merasa tak ada dan yang pasti canggung.
Tak terasa acara pertemuan itu berakhir. Aku dan Eggy mengucapkan salam perpisahan kepada semua orang yang ada disana. Terlihat Raihan yang terus menatap ke arahku sambil menebar senyuman padaku. Aku tak tahu harus bagaimana menyikapinya, karena ia sudah menjadi masa laluku. Lalu setelah itu aku dan Eggy pergi meninggalnya acara tersebut.
Di dalam mobil, aku dan Eggy masih saling terdiam. Rasanya semakin canggung atas kejadian yang baru saja terjadi. Walau ia tidak curiga dengan kedatangan Raihan yang duduk satu meja denganku, tetapi rasanya aku merasa bersalah kepadanya karena membiarkannya duduk bersamaku. Tetapi yang aku merasa bahwa Eggy sepertinya tidak keberatan dengan itu.
"Siapa dia?" tanya Eggy tiba-tiba mengejutkanku.
Aku terdiam mendengar pertanyaan itu.
"Kau mengenalnya?" tambahnya. Ia memang benar-benar membicarakan tentang Raihan.
"Iya." Jawabku singkat. Karena aku tak ingin berbohong tentang hal itu.
"Sepertinya kau sangat dekat," katanya.
"Waktu dulu kami memang dekat," sahutku dengan ragu.
"Kami?" tanya Eggy sambil sejenak menatap wajahku. "Berarti memang benar!" lanjutnya memalingkan wajahnya.
"Benar apa?" Tanyaku heran. Namun ia tak menjawab. Ia hanya fokus melihat ke arah jalanan saja. Hal itu membuat hatiku merasa tidak enak dengan situasi saat-saat seperti ini.
Sesampainya di rumah, Eggy segera memarkirkan mobilnya ke dalam garasi mobil. Lalu setelah selesai, ia keluar dari mobilnya dan meninggalkanku sendiri di dalam mobil tanpa sepatah kata apapun. Aku berpikir bahwa dalam dirinya ada yang salah, karena aku tidak mengerti sama sekali dengan sikapnya yang seperti itu. Apakah sikap Eggy memang seperti itu?
Akupun mulai turun dari mobil dan segera pergi ke kamar. Di kamar, terlihat Eggy yang sedang berdiri seraya melihat pemandangan di luar jendela kamar sambil melipatkan kedua tangannya di dada. Aku berjalan masuk dengan ragu-ragu, karena aku merasa bahwa aku bersalah padanya. Saat aku berjalan masuk, ia menolehkan sedikit kepalanya.
"Duduklah!" kata Eggy padaku yang ia tahu keberadaanku. Akupun duduk di ranjangku sambil membuka ikat rambutku yang masih terikat dan merapikan rambutku.
"Aku sudah duduk," kataku lembut.
"Jelaskan siapa dia!" tegasnya.
"Jadi sedari tadi dia bersikap seperti itu karena memikirkan tentang Raihan?" Pikirku dalam hati. Apa aku harus menjelaskannya sekarang?
"Dia mantan kekasihku sebelum menikah denganmu," jawabku dengan jujur.
"Tidak baik jika seorang istri Direktur duduk berdua bersama bawahannya. Kau tahu?" kata Eggy dengan ketus.
"Maafkan aku. Tapi aku hanya mengobrol, lagian dia yang menghampiriku duluan," ujarku membela diri. Eggy mulai membalikkan badannya dan ia berjalan ke arahku dan iapun membungkuk sambil menatap dekat pada wajahku dan tangannya yang sedari tadi ia lipatkan di dada, berubah menjadi memegang wajahku dengan kedua tangannya. Sangat dekat. Membuatku tak bisa bernafas karena tatapannya.
"Lain kali jangan lakukan hal itu," ucapnya dengan lembut. Mendengarnya seperti itu, aku berpikir bahwa yang di ucapkannya memang benar. Posisiku saat ini adalah sebagai istri dari Direktur perusahaannya sendiri dan akupun harus menjaga nama baiknya dan nama baik perusahaannya.
"Aku takkan melakukannya lagi," kataku dengan rasa takut.
"Apa kau takut padaku?" Tanya Eggy yang masih menatap dengan masih memegang kepalaku. Aku hanya menelan ludahku sendiri dan jantungku berdebar semakin cepat. Lalu Eggy mulai berdiri tegak kembali dan menghindariku. Membuatku merasa sedikit lebih tenang dan bernafas dengan normal.
"A ... Aku akan ganti baju dan mencuci make-upku," kataku sambil pergi mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.
---------
Pukul 20 : 23 malam. Terlihat Eggy yang masih duduk di depan laptopnya. Ia terlihat sangat serius dengan pekerjaannya, aku merasa bahwa aku harus membuat ia merasa rilex atas pekerjaannya yang berat. Akupun berpikir untuk membuatkan minuman hangat untuknya.
Aku lekas pergi ke arah dapur dan menghangatkan air di kompor. Setelah airnya mendidih, aku segera menuangkan airnya ke dalam gelas. Namun setelah aku menuangkan air sampai penuh ke dalam gelas dan aku mulai memegangi gelas tersebut, tiba-tiba gelas itu pecah karena tak bisa menahan panasnya air itu. Spontan aku terkejut dan pecahan kaca itu membuat tanganku terluka dan berdarah.
"Ah, perihnya!" rintihku kesakitan.
"Ada apa?" teriak Eggy, mendengar pecahan gelas itu.
Lalu tak lama setelah itu, Eggy datang menghampiriku karena ia penasaran dengan asal suara pecahan kaca tersebut.
Ia melihatku sedang meniup luka di tangan kiriku. Segera Eggy berlari mendekatiku dan melihat keadaanku, ia memegangi tanganku yang luka.
"Apa yang kau lakukan?" cemasnya sambil kebingungan dengan apa yang akan ia lakukan.
"Tidak apa-apa. Jangan cemas," sahutku.
"Tidak apa-apa gimana? Kau berdarah sangat banyak. Ayo kita ke rumah sakit."
"Tidak. Aku akan membersihkannya," kataku sambil berjalan ke arah wastafel.
"Ah ... Ah ...," ucapku kesakitan. Ternyata aku menginjak serpihan kaca yang berserakan di lantai, membuat kakiku tergores dan berdarah lagi.
"Kau kenapa?" Paniknya sambil melihat kakiku.
"Aku ... Ceroboh," ucapku berkaca-kaca. Menahan rasa sakit.
"Kau ini!" kata Eggy dan langsung mengambil tindakan dengan menggendong tubuhku.
"Aku tidak apa-apa. Ayo turunkan aku," kataku.
"Diamlah!"
Dengan terpaksa ia menggendongku naik tangga ke arah kamar. Aku hanya bisa menatapnya diam-diam, dengan menatapnya saja membuatku lupa bahwa saat ini aku sedang merasakan sakit pada jemari tanganku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
queenBie_
Eggy mulai cemburu.
2019-08-28
3