Eggy mengingat akan perjanjian itu denganku. Namun dalam pikirannya ia merasa menyesal karena setuju dengan syarat yang ku ucapkan padanya. Saat aku mengingatkan perjanjian itu, membuat pandangannya sayu dan wajahnya berubah menjadi kecewa. Aku merasa iba, tetapi aku tak ingin menjadi pelampiasan nafsunya yang sesaat.
"Aku meminta untuk malam ini bisakah aku tidur denganmu?" tanya Eggy ragu-ragu.
Aku terkejut mendengarnya meminta seperti itu padaku, namun aku takut bahwa ia memang menginginkan tubuhku.
"Hanya tidur?" tanyaku memastikan ketakutanku.
"Ya!" jawabnya singkat.
"Baiklah. Aku takkan keberatan." Dalam batinku, sebenarnya aku merasa keberatan dengan permintaannya yang tiba-tiba seperti itu. Benar apa yang sudah kupikirkan, memang di dalam diri Eggy ada yang salah. Semoga ini hanya untuk menenangkan rasa lelahnya karena sudah bekerja keras selama ini.
Aku dan Eggy pun tidur satu ranjang dengan saling membelakangi satu sama lain. Rasa canggung yang luar biasa saat ini yang ku alami bersama Eggy. Membuatku sulit untuk memejamkan mata.
----------
Aku mengerjapkan mataku, mecoba membangunkan kesadaran. Aku bisa menangkap silau matahari yang mulai menerobos celah fentilasi ruangan ini.
Aku merasa terkejut, menyadari ada sebuah tangan kekar melingkar diperutku. Aku pun sedikit menggeser tubuhnya, menghadap pada Eggy yang masih tertidur pulas di sampingku. Aku terus memandangi wajahnya, dengan alis tebal, pipi tirus, rahang tegas, hidung mancung, bibirnya nan menggoda. Semua bagaikan potret yang sempurna dimataku.
Eggy melenguh pelan, sebelum akhirnya membuka mata.
"Selamat pagi, Bulan!" sapanya lembut.
"Selamat pagi, kakak!" balasku.
"Jangan memanggilku seperti itu! Menjijikkan," gerutunya kesal. Sepagi ini, aku bahkan sudah membuat masalah dengannya.
"Maaf, aku lupa!" spontan aku bangun dari ranjangku. Namun sebelum aku pergi dari ranjangku, ia tiba-tiba menahanku. Ia manarik tanganku hingga aku terjatuh ke atas tubuhnya yang kekar.
Posisi ini membuatku tak sanggup untuk bernapas. Ini salah! Hal seperti adalah salah untuk dilakukan bagiku dan Eggy.
Ia menatap mataku lebih dalam. Aku sudah tidak sanggup untuk menatapnya lagi, aku mulai tergoda.
"Cukup, Boo. Biarkan aku pergi ke kamar mandi." Ucapku sambil berusaha untuk bangun. Namun ia memegang tubuhku dengan erat. Sehingga aku sulit untuk melarikan diri darinya. Kemarin dan hari ini, Eggy memang bermasalah. Tak bisa di jelaskan lagi.
"Jangan pergi dulu. Biarkanlah seperti ini sebentar saja!" pintanya dengan tenang dan ia segera memeluk tubuhku.
Aku merasa tak nyaman karena tubuhku berada di atas tubuhnya. Aku hanya bisa pasrah dan terdiam menikmati hembusan napasnya yang mengenai telingaku, itu terasa geli. Bahkan yang membuatku semakin gugup adalah ketika aku dapat mendengar detak jantungnya dengan jelas.
"Kau tahu, Bee? Alasanku pulang lebih awal adalah untuk menjelaskan sesuatu padamu." Awal perbincangan Eggy denganku.
"Apa?"
"Aku ingin membatalkan perjanjian itu," ucapnya yang masih memelukku.
"Apa kau sesak? Bisakah kita duduk saja?" pintaku sambil mencoba untuk bangun dari pelukannya. Iapun melepaskan tubuhku. Aku segera bangun dan duduk di sampingnya, begitu pun dengannya.
Aku merasa bingung dengan sikap Eggy yang tiba-tiba saja berubah menjadi manis. Entah makhluk apa yang telah memasukinya hari kemarin, namun Eggy sekarang benar-benar terlihat aneh.
"Maksudmu apa?" tanyaku tidak mengerti.
Eggy menghembuskan napasnya dengan panjang.
"Alasanku pulang dengan cepat dari luar kota itu bukan karena suatu pekerjaan penting. tapi ...." Eggy menggantungkan kalimatnya.
Dia masih telihat gugup untuk mengatakannya, hingga mau tidak mau ia harus tetap mengatakannya. Tidak ingin menyesal karena terlambat mengakui itu semua.
"Aku tidak ingin melepaskanmu dalam waktu setahun ini, aku ingin memilikimu selamanya. Selama udara masih mengalir dalam hidupku, selama Tuhan masih memberiku kesempatan untuk menjaga dan mencintaimu. Aku ingin terus melakukannya."
Aku tak bisa menahan diri untuk tidak terharu mendengar pengakuan dari Eggy, laki-laki yang baru tinggal satu atap denganku beberapa hari ini. Aku juga merasakan hal yang sama. Setelah beberapa hari ini aku merasa bahwa memang ada yang salah dengan dirinya, aku pun memang tidak bisa melupakan sosok Eggy bahkan bayangan bagaimana Eggy bersikap dingin dan terlihat enggan denganku, begitu jelas tergambar diotakku saat ini.
"Kau serius?" tanyaku memastikan. Apakah secepat itu ia bisa jatuh cinta?
"Apa aku tipe seseorang yang pandai berbohong?" Sindirnya.
"Tidak. Hanya saja ini terlalu mendadak bagiku," sahutku yang merasa masih tidak percaya dengan apa yang di ucapkan oleh Eggy.
"Aku tahu. Jadi lupakanlah!" kata Eggy merasa kecewa. Lalu ia berjalan ke arah toilet.
Terdengar Eggy menyalakan shower dan sepertinya ia langsung membersihkan badannya untuk segera pergi berangkat ke kantor.
Aku hanya melamun memikirkan apa yang sudah di ucapkan Eggy. Apakah itu benar adanya? Atau hanya sebatas menggoda agar aku dapat bertahan dengannya? Aku tak habis pikir bahwa akan sangat mudah mencintaiku tanpa menunggu waktu lebih lama lagi. Aku merasa sedikit curiga padanya karena ini sangat tiba-tiba.
"Ah, lupakanlah. Aku tak ingin memikirkannya lagi," gumamku.
Ia sudah selesai mandi. Aku pun mulai bergiliran masuk ke toilet untuk bergegas mandi, terlihat jelas dari raut wajahnya ia merasa malu ketika berpapasan denganku. Kenapa? Apakah ia memang benar menyatakan perasaannya padaku dengan jujur? Bahkan aku masih meragukannya.
Waktu menunjukan pukul 07:52. Terlihat Eggy yang masih bersantai-santai saja di rumah. Aku merasa heran kenapa ia tidak berangkat pergi ke kantor. Untuk menjawab semua rasa penasaranku, akupun memberanikan diri untuk bertanya padanya.
"Apa kau sedang cuti?"
"Ya. Direktur tuh bebas," jawabnya enteng.
"Baiklah. Kalau begitu kau berencana melakukan apa hari ini?" tanyaku tanpa berpikir.
"Hanya denganmu aku bisa melakukannya," jawabnya.
Mendengar jawaban itu, aku berpikir bahwa dia ingin menyentuhku untuk saat ini. Tidak! Ini tidak benar. Ini tidak boleh terjadi. Aku belum benar-benar mencintainya. Aku hanya mulai menyukai pria yang kini menjadi suamiku, bukan berarti suka itu adalah rasa cinta.
"Kau inginkan apa dariku?" tanyaku ragu-ragu.
Suasana semakin horror ketika Eggy menjawab pertanyaanku dengan seperti itu. Rasanya aku ingin keluar dan tak ingin terjebak dalam posisi seperti ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments