Perkenalkan, namaku Bulan, dan aku sudah menikah secara terpaksa karena sebuah perjanjian di atas materai antara keluargaku dan keluarga berdarah biru.
Keluargaku harus membayar hutang besar kepada keluarga yang akan menjadi mertuaku, tetapi keluargaku tak sanggup membayarnya. Akhirnya keluargaku menawarkan diriku untuk menjadi jaminannya. "Kejam" murkaku kepada semua keluargaku yang seolah-olah menjual diriku.
Aku merasa terbuang, tak di anggap, terjual secara cuma-cuma demi melunasi semua hutang keluargaku. Aku terpaksa melakukannya karena jika hutang keluargaku tak terbayarkan, mereka akan di penjara selama 15 tahun dan di kenai denda sebesar tiga milyar rupiah. Fantastis bukan? Dengan aku yang berkorban, maka sebagian hutang yang di miliki keluargaku terlunaskan. Maka dari itu aku menyetujuinya.
Aku menikah ketika umurku menginjak umur 16 tahun. Pada saat itu aku masih bersekolah sekitar kelas 3 SMA. Masa-masa asyiknya menjadi remaja dan merasakan pubertas mulai punah karena pernikahan itu. Pernikahanku saat itu tidak ada yang tahu, mereka juga sangat pandai untuk menyembunyikannya.
Ketika aku sudah lulus SMA, mereka langsung mengadakan sebuah resepsi untuk merayakan pernikahanku yang tertunda. Dan acara mewah itu mempertandakan bahwa aku sudah sah telah menikah dan berganti status menjadi seorang istri dari Tuan Eggy Febrian Andalas, putra dari Rafi Andalas.
Hal itu membuatku kecewa, marah dan hancur. Aku ingin menjalani hidup pada masa-masa remajaku saat itu, tetapi perjanjian bodoh yang mereka buat telah menghancurkan harapan di masa depanku. Sungguh sulit untukku menerima srmua kenyataan pahit yang ku telan sendiri disini. Masa depanku hancur hanya dengan sebuah akad nikah yang di lakukan oleh Eggy.
Kini, umurku 18 tahun dan yang menjadi suamiku berumur 21 tahun. Walaupun aku berbeda 3 tahun dengannya, tetapi ia masih terlihat muda sama seperti umurku saat ini.
Sudah 2 tahun lamanya kujalani pernikahan ini, namun aku merasa bahwa aku bukanlah seperti seorang istri. Aku tidak pernah disentuh, aku tidak banyak bertemu, aku tidak banyak berbicara, bahkan untuk tidur seranjangpun tidak.
Dia, Eggy. Suamiku yang berprofesi sebagai pengusaha muda, mempunyai banyak pekerja di kantornya dan banyak membuka bisnis di berbagai kota, membuatku jarang pulang. Bahkan tanggung jawabnya sebagai suami, tak pernah terlaksanakan. Kecuali memberi nafkah lahir kepada Bulan di setiap bulannya. Selama 2 tahun perjalanan pernikahannya, aku bahkan tidak pernah merasakan nafkah bathin ketika saat malam pertama.
*Flashback...
Pada saat itu, Bulan selesai ujian dan di sekolah hanya mengerjakan soal perbaikan. Saat itupun, Bulan tidak sekolah selama 2 hari untuk melaksanakan akad pernikahannya dengan Eggy. Setelah selesai pernikahan, Eggy memang menginap dan 1 kamar dengan Bulan. Namun pada saat itu tidak terjadi apa-apa kepada mereka.
"Aku tahu kau belum siap. Kamu masih dini, aku tak ingin membuatmu takut," kata Eggy merasa canggung melihatku menutupi seluruh tubuhku dengan selimut.
Aku hanya terdiam menatap wajah Eggy. Walaupun sedikit aku hanya menginginkan sebuah kecupan datang menghampiriku darinya, namun aku menyadari bahwa pernikahan ini bukanlah di landasi oleh rasa cinta.
"Apa kau keberatan aku tidur seranjang denganmu?" tanya Eggy sambil membuka jas dan kemejanya. Membuatku gugup dan takut.
"Ti ... Tidak. Kau suamiku sekarang," jawabku.
"Kau benar."
Lalu ia menganti dengan memakai kaos warna putih garis-garis hitam. Selanjutnya tanpa malu, ia membuka celananya di hadapanku. Membuatku menutup wajah dengan kedua tanganku. Iapun berganti celana dengan memakai kolor kotak-kotak berwarna merah dan hitam. Terlihat aneh! Tetapi membuat pandanganku terkunci padanya.
"Apa kau tak nyaman aku telanjang di depanmu?" tanya Eggy.
"Cabul!" pikirku padanya. Tetapi ia tidak seburuk itu, karena memang dia suamiku. Aku berhak untuk melihatnya dan iapun berhak untuk melihat seluruh tubuhku. Entah apa yang aku pikirkan saat malam pertama, aku hanya melihat tubuhnya yang tinggi, perut sixpack dengan hiasi segaris bulu di bawah perutnya dan tubuhnya terlihat sangat mulus jika ku sentuh. Lalu bibirnya yang terlihat kecil berwarna peach seksi, matanya yang indah dan pandangannya yang tajam, membuatku seakkan ingin menggapainya. Namun sayang, aku hanya mampu melihatnya dari arah kejauhan.
Pada saat malam itu, aku memang tidur seranjang dengannya. Terhalangi dengan sebuah bantal guling yang sengaja aku letakan di tengah-tengah posisi tidurku. Aku hanya berpikir bahwa aku tak ingin keperawananku lepas pada saat aku masih sekolah. Aku belum siap! Namun bathinku menginginkan Eggy menyentuhku, walaupun hanya sebatas ciuman darinya. Atau bahkan setidaknya ia menyentuh wajahku.
Sampai ke esokan harinya, aku mendapati sebuah surat yang di tulis tangan oleh Eggy berisi :
"Bulan, aku kerja di luar kota. Mungkin aku akan jarang pulang, fokus saja pada sekolahmu. Suamimu, Eggy."
Semenjak aku membaca surat itu, hari-hariku semakin kacau dan tidak seperti biasanya saat aku belum menikah. Tak ada bedanya antara aku menjadi seorang istri ataupun tidak, aku tetap sendirian. Entah perasaan apa yang saat itu aku rasakan, aku merasa sangat kesepian. Setiap hari, setiap saat, setiap waktu, aku selalu merindukannya.
*Flashback End.
Kini hari-hariku sekarang sebagai seorang istri dari pengusaha muda, hanya mampu diam di rumah. Selain membereskan seisi rumah, aku hanya melakukan hal-hal kecil seperti menyapu, mengepel, memasak, mencuci dan tak ada kegiatan berat lain yang ku lakukan. Setiap hari aku selalu berdiam di dekat jendela seraya melihat ke arah langit dan berharap bahwa aku mampu menjalani kehidupanku saat ini.
"Miris." Kalimat pertamaku yang keluar dari mulutku setiap hari yang sering ku ucapkan pada setiap kali aku terbangun dari tidurku.
"Rasanya seperti deja vu. Setiap hari terbangun dengan keadaan yang sama dan perasaan yang sama. Situasi yang sama, juga pandangan yang sama," gumamku sendiri.
Seperti biasanya aku bangun dari ranjangku, lalu aku membereskan tempat tidurku. Kemudian setelah selesai, aku pun mulai bergegas pergi mandi. Bersiap-siap untuk pergi menjenguk ke rumah orang tuaku.
Ku nyalakan shower, dan seluruh tubuhku di guyur air. Terdengar samar-samar ada suara pintu tertutup. Aku mematikan shower dan berteriak.
"Siapa?"
Namun tak ada yang jawab, mungkin aku hanya salah dengar. Aku pun menyalakan kembali showerku dan aku mulai bernyanyi sambil membersihkan seluruh badanku.
20 menit kemudian, akupun selesai mandi. Segera aku memakai handuk untuk mengeringkan seluruh badanku. Kemudian akupun keluar dari kamar mandi. Saat aku melangkahkan kaki ke arah lemari baju, aku sangat terkejut karena melihat seorang pria yang duduk di sofa kecil berbentuk bundar nan empuk itu. Spontan aku berteriak dan melepaskan handuk yang ku pegang di tubuhku. Membuat seluruh tubuhku terekspos di matanya.
Segera aku berlari kembali ke dalam kamar mandi dan menguncinya dari dalam. Kejadian memalukan itu, membuatku tak berani untuk keluar dari kamar mandi. Tak lama setelah itu, pria itu mengetuk pintu kaca kamar mandiku.
Tok... Tok... Tok...
"Bulan. Ini aku suamimu."
"Eggy?" ucapku dalam batin. Membuatku merasa lega karena pria itu bukanlah orang jahat yang sudah ku pikirkan sebelumnya.
"Aku tidak memakai baju. Bolehkah aku meminta handukku yang terjatuh tadi?" pintaku padanya.
"Kenapa? Aku suamimu," sahutnya.
Kemudian akupun membuka kunci kamar mandiku, aku hanya membuka sedikit pintu dan mengulurkan sebelah tanganku padanya.
"Ayo kemarikan! Aku malu," ucapku.
Tak banyak bicara, Eggy segera mengambilkan handuk untukku dan segera memberikannya padaku.
Aku pun memakai handukku, kemudian secara perlahan aku keluar dari balik pintu kamar mandiku dengan rasa malu yang sangat luar biasa tak tertahankan. Baru pertama kali aku memperlihatkan seluruh isi di balik pakaianku di hadapan Eggy, suamiku. Membuatku tak sanggup untuk menatap wajahnya. Aku pun terus menundukan kepalaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Aii Runi
novel bagus dech ...ada komiknya dong..
2019-05-20
12
N3k0p0i
gregetz
2019-05-19
6