Keesokan harinya.
Aku terbangun dan perlahan-perlahan membukakan mataku. Lalu aku melihat ke arah sampingku dan aku terkejut ketika melihat sebelah ranjangku kosong.
"Hah? Kakak sudah bangun ya? Jam berapa ini?" Gumamku tak karuan sambil mencari-cari ponselku dan melihat jam di ponselku. Setelah melihatnya, aku terkejut bahwa jam di ponselku menunjukan pukul 07:55.
Spontan aku langsung bangun dan segera pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahku juga membersihkan gigiku.
"Huft ... Rasanya masih tak percaya kalau dia kembali secara tiba-tiba tanpa memberiku kabar," gumamku berpikir. "Eh, selama dua tahun ini kan memang dia tidak pernah mengabari kabar. Jadi untuk apa aku berharap dia memberikan kabar? Bodoh!" lanjutku bergumam.
Setelah semuanya selesai, tiba-tiba aku mencium aroma sedap yang berkeliaran di depan kamarku. Segera aku lekas berlari ke lantai bawah dan pergi ke dapur. Aku pun terkejut ketika mendapati suamiku sedang memasak sarapan pagi sendirian di dapur.
"Oh, Tuhan. Aku benar-benar istri yang buruk," gumamku dalam hati. Dengan rasa ragu, akupun mendekatinya dan menyapanya.
"Selamat pagi, Kak."
"Kau baru bangun? Lelap sekali tidurmu."
"Semalam aku kesulitan tidur. Mungkin ini akibatnya bangun kesianganan dan telat untuk menyapkan sarapan," kataku.
"Kau siapkan saja dirimu. Kita akan pergi."
"Pergi kemana?" tanyaku.
"Kau akan menemui beberapa temanku, aku akan mengenalkanmu kepada mereka," awabnya datar.
"Kenapa mendadak?"
"Lakukan saja."
"Baiklah! Aku akan bersiap-siap sekarang juga," ucapku, lalu aku kembali ke kamar dan segera mandi.
Selain itu, terlihat Eggy sedang menyiapkan sarapan di atas meja makan. Tak di sangka, aku bangun jam 08:10 pagi hari, bangun kesiangan di hari pertama suamiku pulang. Dan aku tidak sempat menyiapkan masakan untuknya, malah dia yang bersedia menyiapkan sarapan untukku dengan memakai pakaian yang sudah rapi. Sungguh! Itu membuatku benar-benar malu. Tapi Eggy memang baik, walalupun aku kesiangan bangun pagi, namun dia tidak marah padaku. Hanya saja dia sering berbicara datar tanpa memberikan ekspresi apapun padaku.
"Kau sudah selesai?" tanya Eggy menyusulku ke kamar.
"Iya. Sudah!" Jljawabku. Aku pun keluar kamar dengan sedikit memoleskan makeup di wajahku.
Eggy terkejut melihat penampilanku seperti itu, dengan memakai dress mini tanpa menutupi dada dan lenganku. Ia pun memarahiku.
"Hello!!! Apa kau ingin pergi ke klub malam?" tanyanya menyindir.
"Apa maksudmu? Aku akan pergi denganmu. Kau bilang aku harus bersiap-siap. Aku tak ingin membuatmu malu," jawabku malu sendiri.
"Justru kau akan membuatku malu jika berpakaian seperti itu," sahutnya.
"Baiklah. Aku tidak tahu apa ada yang salah dengan pakaianku ini, tapi aku akan menggantinya."
"Pakailah pakaian yang sopan."
"Ya, baiklah!"
Dengan terpaksa aku pun mengganti pakaianku sesuai dengan apa yang dipinta olehnya.
"Apa seperti ini cukup?" tanyaku.
"Ah, iya. Itu lebih baik," jawabnya singkat.
Aku pun tersenyum senang mendengar jawabannya seperti itu. Aku mulai tahu bahwa selera Eggy memang yang terlihat elegan. Namun aku masih bingung dengan kedatangannya saat ini, padahal waktu perceraiannya tinggal 1 tahun lagi.
*Di meja makan.
"Apa kau membuatkan semua ini untuk sarapan kita?" tanyaku.
"Iya," jawabnya singkat sambil memainkan ponselnya.
"Terimakasih, Kak. Kau tidak perlu repot seperti itu. Maafkan aku karena aku tidak bangun pagi dan melayanimu dengan baik. Aku memang istri yang buruk," ucapku merendahkan nada dan menundukkan kepalaku.
"Tak usah di pikirkan. Aku terbiasa mandiri," sahutnya datar. Membuatku tersinggung dan merasa semakin tak berguna.
Aku pun memakan nasi goreng yang sudah ia buatkan untuk sarapanku dengannya.
"Kau pandai memasak juga ya?" pujiku padanya sambil mencicipinya, "enak lho! Kenapa kau tidak menjadi cheff saja?" lanjutnya bertanya.
Mendengar ucapanku seperti itu membuat Eggy menghentikan suapannya dan menyimpan sendok di piringnya. Ia pun menatap tajam ke arahku.
"Apa aku berbicara salah?" tanyaku padanya.
"Ayo kita berangkat sekarang," jawabnya mengabaikan pertanyaan yang aku lontarkan. Iapun langsung pergi meninggalkanku di meja makan.
"Eh, tunggu!" teriakku menyusulnya.
"Cepatlah masuk!"
"Eh, iya. Aku akan masuk," sahutku.
Aku pun masuk ke dalam mobilnya. Di dalam mobil, terlihat Eggy hanya diam dan fokus melihat pada jalanan yang di depannya saja. Akupun diam-diam sesekali memperhatikannya. Entah kenapa aku senang melihat wajahnya, terlihat tampan, gagah dan membuatku sedikit merasa suka padanya. Tapi apalah daya diriku ini hanya sebagai jaminan dan perjanjian antara hutang keluargaku dengan keluarganya. Bahkan aku harus siap dengan gugatan cerainya nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Radhita Febriya
ceritanya mirip honey honey wedding ya awalnya .. gk tau endingnya
2019-05-26
12
Bundha ReZa
lumayan bagus
2019-05-22
2
Dewi Dewok
Hhmm🤔
2019-05-19
5