Kring... Kring... Kring...
Suara telepon masuk ke ponselku. Aku pun segera menjawab telepon tersebut.
"Hallo!"
"Ayo kita makan siang bersama," ajak Raihan. Ternyata telepon masuk itu dari Raihan. Aku tidak melihat nama panggilan masuk ke ponselku, karena aku langsung menjawab telepon begitu saja.
"Hmm ... Gimana ya?" tanyaku kebingungan. Aku merasa takut bahwa Eggy akan mengetahui tentang hubunganku dengan Raihan.
"Ayo! Aku tunggu di Restoran biasa. Sampai jumpa disana, sayang!" Raihan menutup teleponnya.
"Duh, Raihan nih kebiasaan suka nutup telepon gitu aja," umpatku kesal.
Lalu aku pun segera bergegas pergi mandi dan sesudahnya akupun merias untuk mempercantik diri. Padahal hanya sebatas makan siang saja dengannya. Tapi kenapa aku sampai melakukan semua hal sejauh ini?
"Apa tak apa jika melakukan hal ini?" gumamku sambil melamunkannya.
Tak lama setelah itu, Raihan tiba di depan rumahku. Ia menekan klakson mobilnya memberikan isyarat bahwa ia sudah tiba di halaman rumahku. Aku pun segera menghampirinya. Ia melambaikan tangan sambil tersenyum manis padaku dan akupun membalas senyumannya.
"Ayo cepat masuk!" suruhnya.
"Ya. Sebentar," sahutku tersenyum.
Aku pun masuk ke dalam mobilnya dan Raihan segera menancapkan gas mobilnya, lalu pergi dari halamanku.
"Kamu terlihat sangat cantik, Bulan," pujinya.
Aku tersenyum, "jangan merayu. Jalankan saja mobilnya."
Raihan pun tersenyum padaku dan fokus berkendara.
*Di Restoran.
Terlihat Eggy dan Irani sedang menikmati hidangan makan siang bersama. Dari raut wajah Irani, terlihat ia sangat senang bisa makan berduaan saja dengan Eggy. Eggy memang mulai melupakan perasaan suka itu kepada Irani dan lebih fokus pada pekerjaannya sekarang.
Kemudian, disaat Eggy mulai menjalani hubungan yang serius denganku, entah mengapa Irani malah hadir kembali dan mulai menjadi sekretaris pribadinya sendiri. Apakah perasaan Eggy akan goyah dan kembali mencintai Irani?
Terlihat Irani sedang menuangkan air di dalam teko ke gelas milik Eggy.
"Ini air minum anda, pak!" kata Irani kepada Eggy dengan kembali menebar senyuman hangat.
"Terima kasih!" sahut Eggy datar.
Lalu Irani kembali menyajikan makanan yang sudah tersedia disana dan memotong dikit demi sedikit, lalu memindahkannya ke dalam piring milik Eggy.
"Selamat menikmati!" kata Irani.
"Terima kasih," Sahut Eggy kembali datar.
Irani terkekeh melihat Eggy bersikap dingin seperti itu kepada Irani. Ia pun tertawa kecil sambil ditutupi oleh tangan kirinya. Eggy heran melihat Irani tertawa sendiri menatapnya. Iapun melihat-lihat ke arah jas miliknya, Eggy pikir bahwa ada sesuatu yang lucu yang bisa membuat Irani tertawa.
"Ada apa? Apa bajuku ada sesuatu sampai kau tertawa?" tanya Eggy penasaran.
"Bukan. Hanya saja kau masih tetap sama seperti dulu," jawab Irani.
"Apa yang kau maksud?"
"Kamu masih tetap pria yang dingin dan pria bernada datar," ujar Irani terkekeh.
Eggy tersenyum malu. Lalu ia meminum air yang sudah Irani tuangkan ke dalam gelasnya. Setelah itu, ia mengambil tissu dan mengelap mulutnya dengan tissu.
"Pria sepertiku tak pandai akrab dengan seseorang. Tapi tipe pria sepertiku pandai akrab jika membicarakan tentang bisnis. Itu berlaku untuk siapa saja," sahut Eggy.
"Anda benar, Pak Direktur."
"Aku agak sedikit risih mendengar kau memanggilku dengan sebutan itu," ujar Eggy.
"Itu karena kau adalah atasanku. Aku harus menyesuaikan diri dan aku juga harus tahu diri dengan posisiku sekarang sebagai bawahanmu," ucap Irani sambil tersenyum.
"Itu hanya berlaku untuk di kantor," sahutnya.
"Benarkah?"
Eggy tersenyum sambil mengangguk lembut ke arah Irani.
"Bagaimana hubunganmu dengan istrimu? Apa kau sudah mampu mencintainya?" tanya Irani tanpa malu untuk mengalihkan pembicarakan mereka.
Mendengar pertanyaan dari Irani, membuat Eggy merasa tertampar dan seperti menusuknya sampai dalam.
"Ada apa? Kenapa kau bertanya seperti itu?" tanya Eggy datar.
Irani merasa bersalah bertanya seperti itu kepada Eggy.
"Ah, maaf. Aku bertanya hal bodoh padamu. Jelas kini kau sudah pasti mencintainya." kata Irani tersenyum simpul.
"Tidak."
Irani tak percaya mendengar kata 'Tidak' dari Eggy.
"Hah?"
"Aku tidak mencintainya!" jawab Eggy menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Irani tadi.
Kali ini Irani sulit untuk memercayai Eggy. Ya. Memang Eggy adalah tipe pria yang sulit untuk jatuh cinta. Namun yang membuat Irani tak percaya adalah Eggy denganku hidup dalam satu rumah dan kami sudah menikah selama dua tahun lamanya. Tidak cukupkah waktu untuk belajar mencintai?
Irani hanya terdiam sambil mengambil sebuah gelas berisi jus mangga dan meneguk jus yang ada di meja makannya.
Tak lama setelah itu, tanpa sengaja Eggy melihat Raihan denganku di pojok dekat sebuah pohon. Ia melihatku penuh dengan senyuman, ia juga melihatku dengan Raihan saling bersenda gurau satu sama lain dan tertawa lepas tanpa beban.
Ia juga melihatku penuh rasa bahagia ketika bersama Raihan. Berbeda ketika aku bersama Eggy yang seringkali bertengkar tentang hal kecil dan sulit untuk bisa saling berbagi cerita dan bersenda gurau bersama. Sesekali Raihan memegangi jemariku dan mengusap rambutku dengan lembut.
Eggy terus menatapku tanpa henti, tatapannya kini sedikit berbeda. Tatapan tajam milik Eggy yang biasanya indah dipandang, kini berubah menjadi tatapan tajam yang menyeramkan. Seakkan dirinya mengancamku ketika melihatku berduaan dengan Raihan.
Apakah ini semua akan berakhir?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments