Aku sudah berganti pakaian, dengan memakai sebuah piyama dress yang panjangnya tak sampai dengan lutut, lalu dengan rambutku yang masih basah dan teruai, membuat suamiku terus menatapku. Entah apa yang ia pikirkan tentangku, namun aku takut terjadi sesuatu antara aku dan dia saat ini. Membuatku terus menelan ludah karena merasa takut.
Selama 15 menit, ia masih terlihat menatapku terus menerus tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun padaku. Hal itu membuatku sangat malu dan benar-benar canggung di dekatnya. Hal yang ku pikirkan saat ini adalah kenapa dia kembali ke rumah? Apakah dia kembali untuk menceraikanku?
"Apa aku terlihat seperti penjahat? Sampai kau merasa takut seperti itu," kata Eggy padaku.
"Hah? Kau bukan penjahat. Tapi aku merasakan hal yang aneh," sahutku ragu-ragu.
"Apa aku makhluk ghoib?"
"Bukan begitu. Aku hanya heran kenapa kau pulang."
"Jadi kau tak ingin aku pulang ke rumah?"
"Salah bicara deh!" Pikirku dalam hati, "tidak, kak. Hanya saja kau pernah bilang padaku bahwa kau akan pulang setelah 3 tahun, lalu kita bercerai. Ini kan baru dua tahun kakak berada di luar kota. Apa kakak sekarang ingin mempercepat proses perceraianya?" lanjutku bertanya.
"Kau ingin cepat-cepat bercerai denganku?"
"Ya ampun! Harus bicara apa lagi aku? Kayaknya setiap aku berbicara selalu memojokkanku deh!" Gumamku dalam batin.
"Kenapa kau diam?" tanya Eggy.
"Kak, aku hanya tidak mengerti dengan maksud kakak pulang ke sini. Bukan karena aku ingin cepat-cepat bercerai dengan kakak," jelasku dengan ragu karena tak bisa berpikir untuk memberi jawaban yang tepat.
"Jadi kau masih ingin menjadi istriku?"
"Kok jadi serba salah ya tiap aku bicara?" gumamku dalam hati lagi. "Aduh, kakak ini membuatku bingung. Kalau begitu lupakan saja masalah barusan," jawabku tak ingin memperpanjang pembahasan tentang itu.
"Baiklah," sahutnya singkat. Lalu ia pun berdiri dan menyimpan tas kerjanya.
"Hanya seperti itu?" tanyaku pelan-pelan. Dan dengan telinga tajamnya, ia mendengar apa yang aku katakan barusan.
"Iya. Apa lagi yang kau inginkan?" tanya Eggy. Membuatku terkejut dan tak bisa berkata-kata.
"A-ku ... Aku ... I-itu ... Itu ...," ucapku terbata-bata.
"Siapkan baju untukku. Aku akan mandi," kata Eggy tanpa menungguku untuk melengkapi apa yang hendak aku ucapkan.
Ia pun segera pergi arah kamar mandi dan bergegas membersihkan badannya. Sedangkan aku menuruti apa yang telah diminta olehnya. Yaitu menyiapkan baju ganti untuknya setelah ia selesai mandi. Namun setelah aku membuka tasnya, aku bingung dengan pakaian ganti yang akan ia pakai nanti. Karena ia tak memberitahuku pakaian apa yang akan ia kenakan setelah mandi nanti. Apakah ia akan memakai baju tidur? Kaos dan kolor? Baju resmi? Atau baju main? Tak mau berpikir lama lagi, akupun bertanya padanya.
"Kak, setelah selesai mandi nanti mau pakai baju apa?"
Dia tak mendengarkan, mungkin karena suara air shower yang tengah mengguyurnya. Lalu akupun mencoba kembali untuk bertanya dengan menaikan sedikit nada agar ia dapat mendengarkan.
"Kak, setelah selesai mandi kau akan memakai baju apa?"
Suaraku pun terdengar olehnya, iapun mematikan showernya.
"Kaos dan celana pendek," jawabnya berteriak. Membuatku terkejut karena teriakannya terdengar sangat keras. Ia pun kembali menyalakan showernya dan melanjutkan mandi.
"Gak perlu teriak-teriak seperti itu juga kan? Toh, aku juga punya pendengaran yang cukup baik," gumamku kesal.
Lalu aku pun segera mencarikan pakaian kaos dan celana pendek untuknya. Tak lama kemudian, iapun keluar dari kamar mandi. Hal yang membuatku salah tingkah adalah ketika aku melihatnya dengan keluar memakai handuk untuk menutupi adiknya dan telanjang dada dengan memperlihatkan perutnya yang sixpack dan berotot. Dengan di tambah rambut yang basah dan ai mengucur dari rambutnya ke seluruh badan.
"Kau kenapa?" tanyanya padaku.
"Ti ... Tidak. Aku hanya syok," jawabku spontan.
"Syok? Haha ...," sahut Eggy terkekeh mendengar jawabanku.
"Tak seharusnya kakak seperti itu di depan seorang wanita."
"Kau istriku. Apa salahnya?"
"I ... Itu hal buruk."
"Aku baru tahu kalau yang sudah menjadi suami istri, memperlihatkan tubuh yang setengah telanjang adalah hal buruk. Kau dapat materi darimana?"
"Tapi ini kan bukan pernikahan yang kita inginkan."
"Kau juga melakukan hal buruk padaku saat kau membuka handuk dan memperlihatkan isi celana yang sering kau pakai di setiap harinya," kata Eggy, seakan memojokanku.
Aku memang tak pandai untuk mencari-cari sebuah alasan dan aku pun sulit untuk menyembunyikan apa yang aku rasakan saat di hadapannya. Walau pun aku memang menginginkannya menjadi suamiku yang memang benar-benar suami tanpa perjanjian apapun di atas materai, tapi rasanya itu mustahil. Mungkin perasaan wanita memang gampang untuk menyukai seseorang, namun sulit juga untuk melupakannya. Apakah perasaan seorang pria sama dengan wanita? Yang mudah menyukai, namun sulit melupakan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
🐣JiminJia🐣
honey honey wedding versi novel,,,,,, kkkkkkkk aq suka aq suka, 😍😍,,,, semoga ceritanya bagus,,,,,,, lanjut,,,,,,
2019-07-03
8
Maulita
Ga perlu memojokan, slama lo baca lo tinggal klik like. Knpa? Krna lo udh baca hasil karyanya, jadi apapun tu hargai karya orang lain terlepas di kopas atw tidak.
2019-05-28
17
mvhie
kayak cerita honey honey weddyng
2019-05-25
18