Hari semakin malam. Aku masih kebingungan dengan apa yang akan aku lakukan selanjutnya saat Eggy berada di rumah. Akupun takut akan terjadi sesuatu hal yang tak ku inginkan antara aku dan Eggy. "Ah, sungguh sulit di percaya bahwa aku memang sebuah jaminan untuk membayar hutang keluargaku dengan keluarga Eggy. Rasanya sesak jika harus di ingat-ingat." Pikirku terus tanpa henti.
Aku dengan dia hanya saling terdiam satu sama lain selama beberapa menit, dengan kediaman itu, aku masih mengingat akan masa lalu tentang perencanaan pernikahanku.
*Flashback
"Kau harus menikah dengannya, Bulan. Itu satu-satunya cara untuk meringankan hutang keluarga kita," ucap Ayahku.
"Aku ingin menikmati masa-masa remajaku! Lagian aku sudah mempunyai pasangan yang aku cintai," sahutku menolak.
"Putuskan saja pacarmu. Lagian pria yang menjadi pacarmu bukanlah orang terpandang. Dia orang biasa."
"Apa Ayah berniat menjualku?" tanyaku.
"Aku tidak menjualmu. Hanya kau yng bisa membuat keluarga kita tidak di penjara. Kau hanya perlu menunggu 3 tahun sampai semua hutang kita terbayarkan. Lagian orang yang akan menjadi suamimu nanti akan tinggal di luar kota selama 3 tahun juga. Jadi kau tak perlu khawatir," jawabnya.
"Kau yang berhutang padanya, kenapa aku harus membayar dengan menikahinya?"
"Itu sebuah rencana yang sulit di ceritakan. Kau turuti saja apa yanh aku katakan dan jangan pernah membatah. Ini hanya sementara, bertahanlah selama 3 tahun ini."
"Apa aku akan melakukan nikah kontrak selama 3 tahun? Bukankah pernikahan itu suci dn sakral? Kenapa Ayah melakukan ini?" tanyaku sambil menangis memelas padanya
"Kau tidak tahu apa-apa. Lebih baik kau diam dan lakukan apa yang seharusnya kau lakukan saat ini," jawab Ayahku singkat yang masih menjadi tanda tanya di pikiranku sampai saat ini.
"Ini tidak adil!"
*Flashback End...
Aku dan Eggy masih saling diam di atas ranjang sambil saling membelakangi satu sama lain. Rasa canggung di antara kami sulit terkontrol, karena dari awal kami hanya bertemu sebanyak 2x. Yaitu saat pertunangan dan juga membicarakan tentang perjanjian yang Ayah lakukan dengannya dan terakhir saat aku melakukan pernikahan dengannya.
Lalu secara tiba-tiba ia kembali dan membuatku sedikit stres dengan keadaanku sekarang. Bertemu hanya 2x tanpa adanya perkenalan terlebih dulu, lalu ia datang dan mengatakan bahwa dia suamiku.
Memang benar dia suamiku. Tapi ini bukan pernikahan yang sesungguhnya. Walau pun secara agama dan negara kita sah sebagai pasangan suami istri, tetapi aku masih tak bisa menerimanya.
"Apa kita akan tidur seranjang?" tanyaku padanya dengan ragu-ragu.
"Ya," jawabnya singkat tanpa menoleh sedikitpun padaku. Lalu ia membaringkan badannya di ranjang dan mulai memejamkan mata.
"Bagaimana aku bisa tidur jika harus seranjang dengannya?" tanyaku dalam hati dan jantungku mulai berdetak kencang ketika melihatnya.
"Tidurlah! Aku takkan menggigitmu," kata Eggy yang melihatku terus terdiam sambil sesekali melihatnya.
"Eh, aku masih belum mengantuk. Kakak tidur saja terlebih dulu, nanti aku menyusul," sahutku dengan wajah yang mulai memerah.
"Sejak kapan wajahmu berubah menjadi merah?" tanya Eggy mulai bangun dan duduk mendekatiku.
"Ah, apa? Merah? Benarkah? Mungkin aku lupa tidak membersihkan wajahku. Ini hnya blush onku yang masih menempel," jawabku salah tingkah smbil mengusap kedua pipiku berkali-kali.
"Kau baru mandi, terkena air terus-menerus makeup pun pasti terhapus," sahutnya.
"Ah iya, benar. Sudah terhapus. Mungkin karena suasana di kamar ini sangat panas jadinya begini," kataku sambil mengipas-ngipaskan telapak tanganku ke arah wajahku.
Tanpa bertanya, ia langsung memegang keningku dan juga memegang tanganku untuk memeriksa apakah benar aku memang kepanasan atau ada hal lain. Dia memang pintar menebak dan menyudutkanku.
"Kau dingin. Tanganmu juga dingin. Apa kau gugup denganku?"
"Ketahuan kan jadinya? Kenapa harus nyari alasan yang gak masuk akal coba?" gumamku dalam batin.
"Kalau begitu, sebaiknya aku tidur di kamar tamu saja. Kau tidur saja di sini!" Kata Eggy sambil mengambil 1 bantal di ranjangku.
"Tapi bukan itu maksudku."
"Hah?"
"Ah, tidak. Lupakan saja," Ulujarku padanya.
"Baiklah. Selamat malam," pamitnya, aluniapun pergi meninggalkanku sendirian di kamar.
"Ah ... Sesuai dugaanku. Aku memang tak bisa bersikap normal selayaknya pasangan suami istri seperti yang lainnya. Aku dan dia memang orang asing. Walaupun aku dengannya baik dalam berkomunikasi, tetapi aku masih tetap canggung dengannya," gumamku sambil berbaring di ranjangku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Heli Herlyna
klau ada gambar ya mukin makin asyk ....😍😍😍😍😍
2019-08-17
3
babyminnie
ini sama kaya honey wedding ya...
2019-06-11
5
Sulis Tobing
seru
2019-05-27
5