Chapter 15

"Sayang, maaf ya. Semalem aku lupa kabarin kamu." Kataku membuka topik percakapan lewat telepon.

"Iya, gapapa. Lain kali jangan gitu ya."

"Iya, kamu marah ya?" 

"Enggak, kok. Udah, gak perlu dibahas." 

"Kamu, kok baru aktif?." Tanyanya penuh selidik.

"Iya, tadi abis jogging sama temen."

"Cowok atau cewek?" Sifat posesifnya mulai keluar.

"Cowok, kok. Tenang aja."

"Okey, deh."

Tak lama aku berbincang dengannya lewat sosial media. Aku langsung menuju dapur, untuk makan. Karena, tadi jogging. Aku tidak sarapan terlebih dahulu. Perut semakin berteriak, seakan minta diisi.

"Tuh. Kalo mau makan, ada semur tahu." Kata Uwa ketika melihat aku sedang menoleh ke arah meja makan. Dengan lahapnya aku menyantap lauk pauk itu. Ditemani siaran TV kartun favoritku. Dan, berteman segelas air bening tercampur es batu.

 Siang bolong menyengat lapisan kulit. Lepek peluh dari pelipis, tangan, badan. Bau apek memperkeruh suasana. 

"AA MAEN GAKKK!" Teriak Wisnu dari luar rumah. Aku melongok ke arah luar.

"Gak, dulu. Ntar sore aja, sekarang panas banget." 

Matahari yang tadinya jahat menyengat. Kini, mendadak nelangsa. Butiran vertikal perlahan berebut tuk menyentuh tanah bumi. Angin berkuasa, layaknya tak bertuan. Gerimis awal terdengar merdu, tetapi dengan cepat gerimis menimpuk genting dengan keras. Cakrawala mengeluarkan cambuknya, geluduk menggelegar. Sinyal pun susah untuk kuraih.

"Boleh, mandi ujan gak Ma Beda?" Tanyaku pada Uwa. 

"Terserah. Kalo mau kesamber petir. Gih, sono mandi ujan." Aku terdiam, mendengar sangarnya. Memang, betul. Buat apa juga mandi hujan kalau nanti akan terakibat tewas. Pelopak mata sayu. Mendengar rinai yang syahdu. Tak bisa lagi diangkat. Disergap gemuruh desir. Aku berlindung diri di dalam selimut, mendekap guling erat-erat. Akibat hujan dan angin bersatu menghembus kencang, genting rumah Uwa bocor tak tertulung. 

"Ambilin ember, di kamar mandi cepetan." Uwa menyuruhku dengan wajah cemasnya.

"Ember yang warna apaan?" Aku teriak dari dalam kamar mandi.

"Yang item gede." Mataku langsung menoleh ke ember yang dimaksud Uwa, aku bergegas mengambilnya. Karena, takut nanti bocornya merambat luas. Uwa menatap langit-langit rumah dan menelaah genting yang bocor. Ditatapnya dengan saksama.

"Gara-gara kucing apa gara-gara angin kenceng sih, nih?" Racaunya sembari tetap melihat langit rumah. 

"Kucing kali tuh." Sahutku. Uwa diam saja, tidak menjawabnya. Kami semua penghuni rumah, dibuat repot oleh genting bocor itu. Menadangkan 4 ember sekaligus, karena bocor itu ada di bagian; rumah tengah, kamar, sudut-sudut rumah, dan bagian dapur. Mulut berdoa layaknya orang sedang berkumat-kamit, berharap hujan tak semakin hebat dan lebat. Aku iba melihat Uwa gelisah. Apalagi, tidak bisa tertidur dengan tenang nantinya. 

Hujan yang deras menjadi rintik-rintik gerimis. Angin yang bergemuruh, kini berhenti seketika. Atap bocor perlahan-lahan berhenti menetes airnya. 

"Ujan udah berhenti, dah tuh." Kataku melihat dari sela-sela jendela. "Bantuin, lap. Awas hati-hati licin. Ntar, geledak." Kata uUwa penuh was-was. Kuambil lap di dapur, tuk mengeringkan lantai yang licin itu. Aku menyeka peluh. Kalau, hujan lebat. Pasti kami lelah dan was-was akan bocor.

"Fadli kemana?." Tanya Irna. 

"Ada. Di rumah Keza, kak."

"Bukannya bantuin. Malah di rumah orang." Nada sewotnya mulai keluar. Aku hanya diam tak menanggapinya lagi. Semua peralatan elektronik. Diamankan agar si jago merah tidak menyerang, terutama kabel roll, hp dan lain-lain. 

"Kira-kira bakal ujan lagi. Gak, ya?." Tanya Uwa pada penghuni rumah. 

"Semoga aja, dah. Gak, ujan lagi." Kata Irna. 

...*...

Senja menghias awan biru Ibukota, dari ufuk barat. Akan, tiba senja mengalah pada malam. Aku duduk terpaku, di depan halaman rumah. Jalan kuyup karena dihantam derasnya hujan. Mata bertuju pada motor yang lalu-lalang. Sore ini. Aku tidak bisa terlelap, dibuat ricuh genting bocor. Kutunggu saja seusai magrib. Aku akan terpulas di atas alas. Tak akan kuhiraukan sedikitpun suara, terkecuali suara rintik hujan yang menghunjam genting. Itu, tentu saja aku akan terbangun. Bila hujan datang kembali. Bukan, karena takut kebocoran. Aku hanya jijik dengan air yang menetes dari atap. Banyak tercampur rata kotoran. Baunya juga teramat merusak panca indera penciuman.

Azan magrib baru saja lepas ke angkasa. Ketika mata ini semakin sayu tuk melihat. Berjejak ke kamar mandi tuk menyucikan diri. Menunaikan kewajiban. Dalam gerakan sholat, mata semakin sayu seakan mengajakku tuk terlelap. Terlalu tergesa-gesa untuk menyelesaikannya. Seusai sholat, aku lihat jam di benda mungil kesayanganku. Aku melihatnya dengan terkejut. Ternyata, besok udah senin lagi. Begitu cepat liburanku. Bagai lintasan angin. Dan, aku sengaja tidak online WhatsApp. Karena, sinyal kosong-melompong.

"Ah, udahlah. Gak, usah belajar. Besokkan pembelajaran jarak jauh." Kataku dalam hati. Mulut terbuka lebar, menguap seakan kekurangan oksigen. Tak kuasa lagi aku menahan kantuk teramat buas. "Bismika Allahuma Ahya wabismika amutt." Aku menengadahkan kedua tangan. Aku terlelap, berjalan di alam mimpi. Berharap, mimpi yang kuinginkan. Berakhir kebahagiaan. 

"Biasa, dah tuh. Tidur." Kata Uwa ketika menatapku sudah terpulas. 

...***...

Angin pagi buta, menguasai tubuh. Semakin menggila hembusannya. Berselindung dalam selimut pun, itu tak mempan tuk menahannya. Benar-benar dihajar sampai membabi-buta. Gigi terkunci rapat. Mulut bergetar hebat. Sungguh, benar-benar mengigil. Tubuh dibelai lembut desir angin. Aku terpaksa bangunkan diri dari tidur. Mematikan kipas angin yang semakin menggila. Dengan penglihatan yang kabur, memicingkan mata, aku melihat detak jam dinding. Pukul 05.30. Sungguh, mata masih sayu dan masih tak bersahabat. Tapi, sejuk udara pagi buta. Membuatku tak bisa lagi untuk terlelap. 

Sang dewa matahari. Menusuk pelupuk mata. Aku paksakan untuk duduk. Dan, bersiap-siap untuk belajar daring. Perlahan, aku membuka kunci layar hp. Dengan mata yang belum normal dalam penglihatan. Semalaman; aku tidak membuka benda mungil itu. Karena, terhalang sinyal yang gelo. Baru saja terbangun. Aku sudah diserang berbagai tugas; matematika, bahasa Inggris, juga ilmu hukum atau biasa disebut PKN. 

'Kamu kemana? Kok gak on?'

'Hallo. Aku kangen lohh.'

'Hayyy. Ngilang terus.'

'Aku kangen.'

Aku terkesiap melihat chat dari kekasihku itu. Rupanya. Ia sangat menunggu kabar dariku. Bukan, tidak mau menghubungi atau mengabari. Tapi, badai dan hujan membuat sinyal menghilang. Entah, kemana. 

'Maaf, ya. Sayang.'

'Semalam, aku gak aktif. Karena, ujan deres banget. Jadi, sinyalnya hilang-hilangan.'

'Maaf, ya.'

Aku memerhatikan room chat. Ternyata, dia ceklis satu di WhatsApp. Tak berselang lama kemudian. Tulisan online. Nongol secara tiba.

'Iya, sayang. Gapapa.'

'Aku juga sebentar doang kok main hpnya.'

'Cuma Mastiin aja. Kamu on atau enggak.' balasan dari Maulidiya. 

'Kamu lagi apa?' aku berusaha untuk memperalihkan percakapan singkat itu.

'Lagi nyatet materi.' 

'Wihh. Rajin nih tumben.' tanyaku usil.

'Iya, lah. Emang, kamu. Males.' timpalnya yang tak mau kalah.

'Oh, iya. Kamu udah mandi?' tanyanya antusias.

'Belum. Aku baru bangun.' kataku dengan apa-adanya.

'Idih. Jorok.' 

'Mandi, dulu sana.'

'Okey. Aku izin off dulu ya. Tuan putri.' aku berusaha memujinya.

'Hehehe. Bisa aja. Siap, aku tunggu.' 

...*...

'Aku udah selesai.' sambung chatku seusai mandi.

'Hai.'

'Kamu belajar ya?'

'Yaudah, semangat ya.' keheningan menghantui room chat. Tetap menatap room chat yang kuanggap penting itu. "Ah, sialan. Dia gak aktif lagi." Racauku seperti orang gila.

'Udah selesai?' Tanyanya. Aku begitu riang melihat ia aktif kembali.

'Kamu abis darimana?.'

'Aku habis makan dulu tadi.' 

'Kamu udah makan?' ia keluarkan perhatiannya untukku.

'Belum. Kan, tadi kamu nyuruh mandi dulu.'

'Oh, iyaiya. Yaudah, makan dulu. Abis itu belajar. Abis belajar kita sambung chat lagi.' 

'Oke, nanti aku kabarin ya.' aku mengakhiri percakapan WhatsApp. Antara dia dan aku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!