Chapter 2

"Dit. Lo bawa makan?" Tanyaku pada Adit.

"Enggak. Ini mau ke kantin aja."

"Bareng dong, Dit." Kataku.

"Lah? Bukannya lo sama Jidan tadi ke kantin?"

"Iya, tadi gue ke kantin, tapi sekarang mau ke kantin lagi, mau beli minum." "Der. Nif. Mau ikut gak?" Tanyaku pada kedua temanku, Derry dan Hanif.

"Enggak, Anfa."

Lalu aku dan Adit langsung menuju ke kantin. Situasi kantin bisa dibilang rusuh, ada yang mendorong-dorong ada juga yang teriak-teriak.

"Dit. Gue beli minum dulu."

"Yaudah, Anfa. Gue beli lauk dulu ya."

"Bang minumnya satu." Ucapku pada pedagang es.

"Siap. Tunggu, ya."

Lama aku menunggu dan akhirnya jadi juga es yang kupesan. Lantas aku langsung menuju ke Adit yang sedang antri makanan.

"Udah belum, Dit?"

"Belum." Kata Adit yang sedang antri.

"Gue tunggu di aula masjid, Dit."

"Iya, nanti gue ke aula masjid." Jawabnya. Tidak lama aku menunggu Adit di aula masjid. Akhirnya Adit selesai antri makanan.

"Lo beli berapa tuh, Dit?"

"Ini gue beli 5 ribu."

Aku dan Adit langsung menuju tempat makan di koridor bangku panjang.

"Anfa. Lo mau sholat duha gak?" Tanya Arif temanku. Namun ia tidak sekelas denganku.

"Nanti ya, gue abisin minuman dulu."

"Iya, gue tunggu."

"Ayok, Rif. Gue udahan."

"Ayok."

"Lo gak mau ikut, Dit?" Tanyaku pada Adit yang sedang asik menyantap makanannya.

"Gue belum selesai makan."

"Oh, yaudah."

Lalu aku dan Arif langsung menuju ke masjid untuk melaksanakan ibadah sholat duha. Tidak lupa aku berwudhu sebelum sholat. Suasana aula masjid dipenuhi kaum wanita yang sedang singgah di sana.

Sesudah wudhu aku dan Arif langsung menuju ke dalam masjid.

Setelah selesai sholat duha, aku mengaji sebentar karena ingin hati menjadi tenang.

"Eh, Anfa." Kata Pak Sigit yang tiba saja di dalam masjid dan ingin melaksanakan duha juga.

"Iya, Pak." Aku mencium punggung tangan Pak Sigit.

Selesai mengaji. Aku menunggu Arif yang belum selesai sholat duha, Hmm mungkin saja Arif menambah rakaat sholatnya.

"Udah selesai kan, Rif. Sholatnya?"

"Udah. Ayo langsung pakai sepatu aja karena sebentar lagi mau bel masuk."

"Nah. Kalau gini kan sedikit tenang." Rancauku.

"Iya, Anfa. Kalau bisa kita rutin saja, duhanya.”

"Siap."

Kringggggggg!!!…

Bunyi bel masuk mengaung-ngaung.

"Adit kemana, nih?" Tanyaku sembari celingak-celinguk.

"Mungkin cabut duluan ke kelas." Sahut Arif.

"Yaudah. Gue ke kelas duluan ya, Rif."

"Iya, Anfa."

Aku berlari menuju kelas.

"Kenapa sih lo lari-lari?" Tanya Adit mengernyitkan dahi.

"Lo. Dit. Bukannya nungguin, malah ninggalin." Aku nampakkan wajah kesal.

"Hahaha. Maaf. Maaf." Memang begitu karakter temanku yang satu ini.

"Oh, iya. Besok ada tugas gak?" Derry bertanya pada Hanif.

"Kenapa? Lo mau nyontek?" Celetukku membuat Hanif terkekeh. Sembari menunggu guru masuk aku dan ketiga temanku. Kami saling goda-menggoda, dan saling ketawa cekikikan.

"Selamat siang, anak anak." Sapa Bu Ria. Karena hari ini aku masuk ke mata pelajaran PKN.

"Siang, Bu."

"Cepat disiapkan kelasnya dulu sebelum belajar."

"Sebelum memulai pelajaran, kita berdoa terlebih dahulu, berdoa di mulai." Begitulah kata ketua kelas. Setelah selesai disiapkan lalu aku langsung mengeluarkan buku PKN.

"Hanif. Hanif." Panggil Derry bisik-bisik.

"Hah. Apa?"

"Berdua boleh gak, bukunya?"

"Lah? Pakai buku sendirilah."

"Gue gak bawa buku PKN." Derry panik, ia merasa hari ini, hari tersial bagi dirinya.

"Tadi gak bawa baju olahraga, sekarang gak bawa buku PKN, gak niat sekolah lo." Celetukku.

"Hahaha." Adit pun ikut ketawa mendengar perkataanku.

"Sinilah, Der. Kalau mau berdua." Hanif menawarkan duduk berdua. Karena Derry tidak membawa buku PKN.

"Itu Derry sama Hanif kenapa duduk berdua?" Tanya Bu Ria.

"I-iii yaa, Bu. Saya gak bawa buku PKNnya." Derry nampak gugup.

"Gimana sih kamu tuh." "Kalau besok-besok pelajaran ibu kamu masih gak bawa buku juga, ibu akan suruh kamu di luar kelas saja!" Intonasi Bu Ria kesal sama Derry.

"I-iii ya, Bu. Maaf." Aku merasa iba mendengar suara kecut Derry.

"Sekarang kita sudah masuk pembelajaran terakhir, karena gak lama lagi kalian akan lulus." Penerangan dari Bu Ria. "Jangan main-main sama pelajaran saya!"

"Iya, Bu." Teman teman sekelas serentak menjawab.

...*...

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 WIB. Aku menunggu bel untuk ishoma, sekalian aku siap-siap menuju masjid untuk sholat berjamaah.

"Ayok, Anfa. Ke masjid duluan aja kita." Kata Adit antusias.

"Ayok, dah." Aku dan teman-teman dekatku langsung menuju masjid, karena masjid belum dikerubuti banyak siswa. Mungkin masih pada belajar.

"Masih sepi nih, enak." Adit nampak berseri. Karena, dia bisa santai-santai dulu di masjid.

"Hahaha. Gue tau lo mau tiduran dulu kan, Dit?" Ledekku pada Adit. Kami berwudhu terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam masjid.

"Wey. Wey. Ayo tinggalin Adit." Hanif yang juga ikut ngeledek Adit.

"Tungguinlah, masa gitu." Adit nampak kesal, "Anfa, tungguin gue."

"Iya. Bawel." Kami langsung ke dalam masjid, untung saja masjid masih sepi, bisa merebah sejenak.

Tak lama kemudian Bapak Teguh Leksono memasuki area masjid untuk siap-siap sholat berjamaah.

"Pak Teguh." Sapaku mencium punggung tangan Bapak Teguh.

"Eh, Anfa. Kok sama yang lain udah di masjid aja?"

"Iya, Pak. Soalnya lagi gak ada guru. Daripada bercanda di kelas mending langsung ke masjid aja." Kataku dan Hanif mengangguk. Menunggu siswa lain datang ke masjid, aku membaca Al-Qur'an sejenak, Hanif pun sama membaca Qur'an juga. Tetapi tidak dengan Adit dan Derry yang asik rebahan.

"Woi. Ini belum ada yang ke masjid juga?" Tanya Adit.

"Sabarlah, Dit. 2 menit lagi bel waktu sholat." Tegasku setelah aku selesai baca Al-Qur'an.

Tak lama kemudian ada anak kelas lain yang sudah ke masjid. Dan ternyata sudah ramai di bawah. Sedang bermain dulu-duluan untuk mengambil wudhu.

Tepat pukul 13.00 WIB. Sholat berjamaah pun diselenggarakan dan dipimpin oleh Bapak Sigit Baskara.

Seusai sholat berjamaah aku dan siswa yang lain langsung mengambil Al-Qur'an masing-masing untuk dibaca bersama.

"Pegang Qur'annya masing-masing. Alhamdulillah kita sudah sampai juz 26 Surah Al-Ahqaf." Memang benar kata Bapak Sigit Baskara tidak kerasa membaca Al-Qur'an bersama sudah hampir menuju ke juz 30.

"Sstt. Ssttt. Anfa." Adit memanggilku dengan bisik-bisik agar tidak terdengar Bapak Sigit.

"Hah? Apaan Dit?"

"Halangin gue dong biar gue gak ketahuan tidur." Kata Adit yang menggeser badanku.

"Tidur mulu lo." Kataku artikulasi kesel sama tingkahnya. Tidak semua siswa membaca, ada juga yang tertidur diam-diam, salah satunya Adit. Aku fokus membaca tidak sedikitpun aku bercanda dalam membacanya. Karena, aku tahu Al-Qur'an salah satu penolong bagi kita semua kelak di akhirat.

"Shadaqallahul Adzim." Ucap Bapak Sigit dan anak siswanya yang selesai membaca Al-Qur’an. "Sampai sini dulu anak-anak kita membacanya. Kita lanjut dipertemukan yang akan datang, yang membaca semoga kelak dapat syafaat Al-Qur'anul karim, bagi yang tidak membaca semoga dapat dapat hidayah dari Allah." Kata Bapak Sigit menyindir anak yang terlelap dalam dunia mimpi. Adit terbangun kaget mendengar kata Bapak Sigit.

"Astaghfirullah, Adit." Kata Hanif.

"Tidur terus, Dit." Derry ledek si Adit.

"Iyakan, gue ngantuk, semalem gue begadang."

"Dit. Dit. Tak patut dicontoh." Aku yang tak mau kalah untuk mengejek Adit. Aku, Hanif, dan Derry, kami cekikian.

"Yaudah. Langsung ke kelas aja." Aku mengajak mereka bertiga.

"Bentar. Gue ke kantin dulu." Kata Adit yang bergegas ke kantin.

"Yaudah. Gue duluan Dit."

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB.

Kringgggggg…

Bel ishoma berakhir.

"Assalamualaikum, anak-anak. Selamat siang." Sapa Bu Kholidah.

"Siang, Bu." Sapa balik teman sekelas.

"Hari ini kita latihan soal halaman 57 di buku paket, bagian pilihan ganda aja."

"Siap, Bu." Kata Hanif sembari mengeluarkan buku mata pelajaran Matematika.

"Kerjain yang bener. Jangan ada yang bercanda, soalnya hari ini ibu ada rapat." Kata Bu Kholidah nampak terburu-buru. Bu Kholidah berlalu dari kelas.

"Gausah ngerjain tanggung pelajaran terakhir." Hasut Fadil pada teman sekelas.

"Bener gak, nih?" Tanyaku antusias pada Fadil.

"Serius. Dan. lo gausah ngerjainlah." Hasut Fadil lagi, kali ini ia menghasut Jidan.

"Kapan sih tugas gue pernah kerjain?"

"Hahaha. Mantap. Jidan murid teladan." Celetuk Adit.

"Yaudah, tunggu aja bel pulang. Gue juga mager." Sahutku yang menidurkan kepala di atas tas.

"Mantap. Mantap. Mending tidur aja daripada ngerjain." Fadil tergelak. Karena dia berhasil menghasut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!