Anfa

Anfa

Chapter 1

Anfa terlahir dari keluarga yang sederhana bisa dikatakan tidak punya banyak harta ataupun tahta, dari kecil ia suka yang namanya gaya bahasa, mempelajari kosakata bahasa, dan tak lupa memperdalam sastra, ia tidak pernah menyerah untuk raih impian indah tetap lakukan apa yang bisa ia lakukan, sebenarnya ia lelah, namun tidak ingin melihat ibunya nestapa, terus berdoa dan usaha agar nanti Tuhan meridhoi-NYA. Gemar menulis memang dari bakat ibunya, kadang berpuisi, merangkai kata menjadi cerita, ia rasa itu memang sederhana. Namun, ia suka melakukannya, ia berjuang sendiri tanpa didukung seorang ayah. Ya, memang berat tapi harus kuat, tak ada kata lemah apalagi untuk menyerah, karena dengan yakin ia bisa menjadi sastrawan Indonesia untuk membuat bangga negeri. Sudah dilewati masa taman kanak-kanak dan juga sekolah madrasah, tidak kerasa waktu begitu cepat berlalu, kini Anfa sudah memasuki kelas 9 Sekolah Menengah Pertama, biasa disapa dengan kata SMP. Tinggal bersama kakak dari ibunya, dan lokasi sekolah tidak begitu jauh untuk ditempuh, banyak karya-karya seni yang dipelajari di sekolahnya. Namun, sayang tidak semua pemuda-pemudi bisa mempelajari dan minat dalam memahami. Sekolahnya berada di Jakarta Selatan. Anfa juga seringkali berbagi rasa dengan salah satu siswi. Sikapnya kala itu masih seperti kekanak-kanakan, tidak begitu mengerti apa itu cinta yang sebenarnya, Anfa hanya tahu sebatas kenalan, jadian, saling berjanji, namun hilang pergi. Tidak sebatas mengenal cinta, Anfa juga rutinitas mengikuti ekstrakurikuler rohani islam. Selain menyukai karya-karya, Anfa juga menyukai bidang agama. Maka tak heran kalau Anfa sering disapa dengan kata ustadz, banyak sekali kenangan yang tersimpan. Dari canda, tawa, suka dan duka, tetap mengenangnya sampai kapanpun itu.

...****************...

Di pagi hari seperti biasa pukul 06.00 WIB. Aku siap-siap untuk berangkat menuju sekolah, dan tak lupa juga dengan sarapan yang sudah disiapkan oleh Uwa "Sarapan dulu biar gak pingsan di sekolah." Ucapnya seraya seakan mengejekku "Di sekolah kan juga bisa makan." Ucapku dengan kata membantah. "Dibilangin itu jangan ngelawan, sarapan dulu biar semangat, nih uang buat jajan di sekolah" Ujarnya dengan memaksa. Aku tak bisa membantahnya lagi karena memang benar. Aku ini sedang lapar. Selepas sarapan aku langsung bergegas untuk menuju ke sekolah, disambut arunika yang nampak ceria, rasa tak ada yang perlu dipikirkan selain belajar. Aku berangkat sekolah itu harus melewati suatu pasar dan sesampainya di sekolah, aku mengira kalau aku akan terlambat ternyata masih sangat sepi.

"Pagi, Pak." Sapaku kepada satpam sekolah.

"Pagi, juga." Sambil menunggu teman-teman datang. Aku berdiri diam di depan balkon sekolah. "Aduh kepagian ini mah." Kataku sambil gerutu. Aku bosan menunggu teman-teman yang lain belum sampai di sekolah. "Nah. Itu Hanif." Kataku dengan senang karena ada juga salah satu teman yang datang terlalu pagi, agar bisa menemaniku di kelas, ya memang sedikit takut sih, hehe. "Eh, Hanif. Udah dateng aja." Kataku sedikit basa-basi agar tak kelihatan wajah penakutku ini.

"Iya, Anfa."

"Hanif kok yang lain belum datang ya?"

"Nanti tunggu aja, dikit lagi Derry sampai." Aku dan Hanif menunggu yang lain di depan ruang kelas dan berdiri di balkon sekolah.

"Nah. Itu si Derry." Kataku sambil menunjuk ke arah bawah lapangan. "Nah. Iya, tuh. Dia udah datang."

"Pagi, Der." Sapaku.

"Ada pr gak?" Tanya Derry.

"Kebiasaan lu mah, Der. Apa-apa kerjain di sekolah." Ucapku.

"Gue gak sempet semalam heehe." Kata Derry dengan berbagai alasan.

Kringggggggg!!!...

Bel masuk berbunyi. Aku dan teman-teman menjalankan rutinitas tadarus sebelum dimulainya belajar, biasanya tadarus pagi dipimpin teman sekelasku, Salim.

"Ayok tadarus jangan ada yang bercanda." Ucap Bapak Sigit yang tiba-tiba datang. Entah, darimana asalnya. "Hey Derry. kamu ngapain itu!" Bentak Pak Sigit pada Derry, yang bukannya tadarus malah asik mengerjakan tugas pekerjaan rumah. "Kalau pr itu di rumah bukan di sekolah!" Bentak Bapak Sigit lagi yang semakin marah dengan tingkah Derry.

"Iya Pak, maaf."

"Maaf. Maaf! Besok-besok tugas rumah jangan di sekolah!" Mendengar bentakan Pak Sigit, Derry pun langsung terdiam dan tersipu malu.

Tadarus pun selesai. Tinggal menunggu guru mata pelajaran masuk ke kelas, saat ini pelajaranku tepat dengan pelajaran olahraga

"Cepat-cepat ganti bajunya semuanya, abis itu kita turun ke bawah, Bapak tunggu!" Ucap Pak Eko, guru olahraga.

"Yahh. Gue gak bawa baju olahraga." Kata Derry yang nampak kelimpungan.

"Hayoloh, Derry." Celetuk Hanif yang seakan meledek si Derry. "Yaudah, ayok turun ke bawah daripada Pak Eko makin marah nanti." Ucap Hanif lagi. Lantas aku dan teman-teman langsung ke bawah lapangan untuk pemanasan olahraga.

"DERRY KENAPA GAK PAKAI BAJU OLAHRAGA!" Kata Pak Eko dengan intonasi yang tinggi.

"Iya, Pak saya gak bawa bajunya." Raut wajah Derry nampak panik. "Sekarang, kamu saya hukum!" Pak Eko menghukum Derry untuk berlari memutari lapangan sebanyak 20 kali.

"Hufffttt… sudah Pak." Derry nampak sangat lelah, bulir peluh mengeroyok pelipisnya.

"Ya sudah sekarang kamu istirahat dulu." "Ayo anak-anak kita langsung mulai saja pemanasan hari ini." Aku dan teman-teman langsung mengikuti pemanasan olahraga yang dipimpin Pak Eko.

Selesai pemanasan, Pak Eko langsung menyuruh aku dan teman-temanku mempelajari teknik bermain bola basket "Anfa, coba ambil bola basket. Hari ini kita belajar teknik dasarnya dulu."

"Siap, Pak." Kataku.

"Ayok, Anfa. Coba kamu lempar bola basket itu ke ring. Setiap anak, bapak kasih nilai kalau cara melempar bola basketnya dengan benar." Kata Pak Eko sembari merekap nilai. Sudah 3 lemparan bola basket yang aku coba, mungkin aku terlalu pendek. Makanya tidak masuk ke dalam ring.

"Selanjutnya. Ayok, Hanif." Pak Eko menyuruh Hanif. Aku lihat Hanif dengan mudahnya memasukkan bola basket ke dalam ring. Karena, postur tubuh yang tinggi.

"Selanjutnya. Ayok-ayok cepat." Lalu temanku si Jidan maju untuk mencobanya. Aku lihat Jidan sama sepertiku tidak ada satupun kesempatan bola untuk masuk ke dalam ring.

Kringggggg!!!...

Bel mata pelajaran kedua telah berbunyi.

"Sudah anak-anak pelajaran kita sampai sini dulu, yang belum mencoba melempar bola basket kita sambung pertemuan yang akan datang." Ujar Pak Eko. Aku istirahat sejenak di tepi lapangan, lelah rasanya tapi aku suka dengan pelajaran olahraga.

"Anfa ngapain di sini? Ayok langsung ke kelas aja." Sapa Hanif membuatku terkesiap.

"Iya, ayok." "Der, bawa air gak? Gue minta dong." Kataku karena aku lupa membawa air minum.

"Bawa. Nih."

Aku langsung bergegas ganti baju, karena sedikit lagi mata pelajaran selanjutnya akan dimulai.

"Selamat pagi, anak-anak." Bu Wahyuningsih guru mata pelajaran IPS. "Kok pada belum ganti baju? Ayo, cepat-cepat ganti baju dulu ibu kasih waktu 5 menit." Untung saja aku sudah mengganti baju lebih dulu, jadi tak perlu menunggu lama.

"Kantin guys." Ucap Jidan.

"Gue sih mau aja kantin, tapi udah ada Bu Wahyuningsih di depan kelas."

"Ibu. Saya boleh izin ke kantin sebentar?" Ucapku hati-hati pada Bu Wahyuningsih.

"Daritadi kemana aja baru ke kantin?"

"Iya.,Bu. Saya baru ingat, kalau saya gak bawa bekal makan." Kataku dengan alasan.

"Yasudah. Ibu kasih waktu 10 menit, jangan pake lama!" "Heh, heh! Itu Jidan mau ngapain?" Teriakan Ibu Wahyuningsih menggema di koridor kelas.

"Saya mau ikut Anfa, Bu ke kantin."

"Ya sudah jangan lama."

"Dih. Lo ngapain ke kantin juga?" Tanyaku dengan heran. Kenapa Bu Wahyuningsih mengizinkan Jidan ke kantin juga.

"Iya, gue juga laper kali makanya gue ke kantin juga."

"Btw, lo mau beli apaan?" Tanya Jidan.

"Somay paling." Aku menuju lorong kantin. "Bang beli somaynya 5 ribu aja."

"Siap bos pake apa aja nih?"

"Pake somay sama tahu cokelat aja, bang."

"Anfa, tungguin gue." Teriak Jidan yang lagi beli minum.

"Yaudah, gue tunggu." "Udah belum Dan? Lama bener."

"Udah, udah. Nih sabaran dikit." "Yaudah. Langsung ke kelas aja."

Sesampainya di kelas aku lihat pelajaran sudah dimulai.

"Sudah ke kantinnya? Sudah kenyang?" Tanya Bu Wahyuningsih membuatku dan Jidan terkekeh pelan.

"Hehehe. Sudah bu, makasih ya, bu."

"Ya sudah sekarang kalian berdua duduk." "Anfa dan Jidan cepat keluarkan bukunya." "Anak-anak hari ini kita catat bab 3 ya."

"Iya, bu." Ucap aku dan teman sekelas.

Kringgggg!!!...

Terdengar nyaring bunyi bel istirahat. "Oke. Pelajaran ibu sudah cukup sampai sini dulu ya, anak-anak. Silahkan istirahat dulu." Ibu Wahyuningsih pun keluar dari kelas dan menuju ke ruang guru untuk menyantap bekal sarapan.

Terpopuler

Comments

Dede

Dede

halo kak aku mampir yah, semangat trus salam dari ghost in kos jangan lupa mampir

2023-05-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!