Aku menatap lurus ke arah Bella yang wajahnya tampak begitu tidak nyaman. Wajahnya tampak sedikit pucat, tubuhnya kaku dan matanya tampak tidak fokus.
Bella Aelesha Curt, Putri satu-satunya Duke Curt yang merupakan ajudan Kaisar Horus. Bella sendiri sekarang sudah menjadi tunangan dari Pangeran Helios, mereka sudah bertunangan sejak mereka berumur delapan tahun.
Bella memang terlahir beberapa bulan setelah Pangeran Helios, itulah yang membuat mereka berdua menjadi sahabat sedari kecil. Namun aku tahu sebenarnya Duke Curt mengincar posisi Putri Mahkota dan ingin menjodohkan Bella dengan Putra Mahkota Castor. Namun ambisinya itu sudah di halangi Ibu yang tidak ingin Bella yang merupakan Putri dari Duke Curt menjadi seorang Putri Mahkota karena hal itu akan membuat Duke Curt memiliki tambahan kekuatan yang lebih besar lagi.
Duke Curt sendiri adalah orang yang penuh dengan ambisi, sangat licik dan juga sangat manipulatif. Oleh karena itu, sejak dulu Ibu selalu melarangku untuk berdekatan dengannya karena Ibu sendiri pernah mengatakan kalau Duke Curt itu seperti Parasit. Bahkan di masa depan dialah yang mengajukan proposal untuk kenaikan pajak untuk rakyat biasa dengan alasan kemakmuran Kekaisaran dan Kaisar menerima proposal itu, menyebabkan para rakyat kalangan bawah menderita.
Selain itu, dia juga terkenal sangat membenci Ibu yang selalu menghalangi tujuannya. Ibu dan Duke Curt memang bagaikan musuh yang tidak akan pernah berdamai. Awalnya aku merasa aneh dengan larangan Ibu yang melarangku untuk berdekatan dengannya karena dia adalah Ajudan Kaisar dan dulu aku sering mengunjungi Kaisar saat ia bekerja, hal itu jelas membuatku sering bertemu dengan Duke Curt yang pandanganku adalah seorang paman baik yang ramah senyum. Namun seiring aku tumbuh dewasa dan juga mengalami hal-hal yang berat dalam hidupku, aku mulai mengerti kenapa Ibu selalu bersikap penuh waspada pada Duke Curt karena memang dia adalah orang yang penuh dengan kepalsuan.
Senyuman palsu, sikap ramahnya palsu dan juga sangat licik. Hal yang membuatku begitu marah padanya tentu karena kenyataan bahwa Duke Curt yang selama ini mengetahui hubungan gelap antara Kaisar dan Wanita simpanannya namun ia malah bersikap seolah tindakan yang tidak bermoral Kaisar itu adalah hal yang wajar.
Bahkan saat Kayla alias wanita simpanan Kaisar yang mengungkapkan hubungannya di depan semua orang, Duke Curt malah mengatakan jika tindakan Kaisar itu tidak masalah karena ada hukum yang mengatakan bahwa seorang Kaisar boleh memiliki seorang selir dan malah mengajukan permintaan untuk Kayla diangkat menjadi Permaisuri sesegera mungkin dan juga Emira yang di akui sebagai Tuan Putri Kekaisaran Eilidh ini.
Seolah ingin menjatuhkan Ibu, dia juga menyebarkan rumor bahwa Ibu adalah wanita yang tidak becus menjaga suaminya dan bahkan tidak mengetahui hubungan rahasia Kaisar. Hal ini membuat citra Ibu sebagai Permaisuri semakin memburuk hari demi hari
sementara citra Kayla dan Emira semakin bersinar di kalangan bangsawan.
Padahal Kaisar memang menyembunyikan aibnya itu dengan sangat rapi dan bahkan juga di bantu oleh Duke Curt.... Tapi dia malah menjelek-jelekkan Ibu seperti itu....
Juga kenyataan Ibu yang memang jarang keluar dari Istananya, hal itu membuat para bangsawan semakin yakin kalau Permaisuri memang seperti yang dikatakan rumor yang di sebarkan oleh Duke Curt.
Seorang wanita yang tidak becus menjaga suaminya yang bahkan tidak mengetahui kalau suaminya telah memiliki wanita lain yang mengisi hatinya.....
"Ada apa, Vivi? Kenapa melamun seperti itu? Kamu tidak suka pestanya?" Tanya Kaisar yang membuatku tersadar dari lamunanku.
Aku segera menggelengkan kepalaku lalu mulai berseru dengan nada yang ku buat-buat, "Tidak Ayah... Aku suka pestanya! Pestanya sangat besar dan ramai orang!"
Kaisar tertawa kecil lalu mengecup pipiku lagi dengan gemas. Ugh... Dulu aku memang sering di cium di pipi olehnya tapi sekarang aku merasa jijik....
"Syukurlah kamu senang, Vivi!" Kata Ibu dengan senyuman yang lembut.
Kali ini aku tersenyum tulus dari lubuk hatiku pada Ibu lalu Kaisar pun merangkul bahu Ibu dan mengecup keningnya.
"Kamu juga wanita yang hebat Ivona, kamu telah melahirkan bidadari kecil ini ke dunia dan menjadi Putriku" Kata Kaisar yang menatap dengan tatapan yang begitu dalam pada Ibu.
Ibu menundukkan kepalanya dan tersenyum kecil, "Terimakasih atas pujian anda... Yang Mulia..."
Umm? Kenapa... Kalau di lihat lebih teliti lagi Ibu terlihat begitu sedih...?
"Baiklah, sekarang Vivi harus menikmati pesta ini!" Kata Kaisar yang lalu menurunkanku dari gendongannya.
"Biar aku yang menemani Vivi!!!" Seru Pangeran Blaze yang muncul begitu saja dengan penuh semangat.
Kaisar mengangguk dan Pangeran Blaze langsung menggenggam tanganku dan membuatku terkejut. Namun tanpa melihat reaksiku, Pangeran Blaze langsung mengajakku berlari kecil meninggalkan altar tahta di aula pesta dan menuju salah satu tempat di mana hidangan-hidangan yang menggugah selera tersaji di meja yang tampak sangat besar itu.
"Nah! Vivi kan suka cake coklat kan? Ini makan cake nya!" Seru Pangeran Blaze dengan senyuman lebar nan cerahnya sambil menyodorkan sebuah cake coklat yang di hiasi dengan begitu indah kepadaku.
Aku mengangguk dan menerimanya lalu mulai memakannya.
Umm~ Cake coklat memang yang terbaik! Selagi aku menikmati Cake coklat ini, Pangeran Blaze juga sedang asyik memakan Macaron yang berbagai warna dan rasa itu.
"Blaze, jaga tata cara makanmu itu, kau makan terlalu cepat" Tegur seseorang yang membuatku dan Pangeran Blaze menoleh ke asal suara itu.
Di sana terlihat Pangeran Helios dan tunangannya, Bella.
Hah.... Bahkan saat masih kecil pun mereka selalu berdua ya....
"Umh?! Kakkak?!" Pekik Pangeran Blaze dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.
"Telan dulu baru bicara" Ucap Pangeran Helios memperingati Pangeran Blaze.
Mendengar itu, Pangeran Blaze pun menelan makanannya lalu menatap bingung ke arah Pangeran Helios, "Kakak kenapa ada di sini? Bukannya Kakak harus menanggapi para orang dewasa itu bersama Kakak Castor?"
"Iya...... Tapi Bella ingin menyapa Vivi terlebih dahulu" Jawab Pangeran Helios.
Setelah Pangeran Helios mengucapkan hal itu, Bella pun maju dan memperkenalkan dirinya dengan etika yang baik namun terlihat sangat jelas kegugupan dalam dirinya, "U-umm... Salam kepada Matahari kecil kedua Kekaisaran, Pangeran Ketika Blaze dan Bulan Kecil Kekaisaran... Tuan Putri Viviane... Saya Bella Aelesha Curt, Putri dari Duke Curt...."
"Dia juga sahabatku sekaligus Tunanganku" Sambung Pangeran Helios.
"Ooh... Jadi tunangannya Kakak ya...? Salam kenal juga!" Kata Pangeran Blaze.
"Iya... Salam kenal juga... Nona Curt...." Kataku.
Bella lalu tersenyum gugup padaku, "Umm... Kalian bisa memanggilku Bella saja..."
"Baiklah, Nona Bell Aelesha Curt" Seruku"
Pangeran Helios menatapku dengan tatapan bingung lalu menegurku, "Vivi, bukankah Bella mengatakan panggil namanya saja. Dan dia lebih tua darimu"
"Un! Kakak Nona Bell Aelesha Curt!" Seruku lagi.
Maaf saja, setelah apa yang ku alami di kehidupan sebelumnya aku tidak mau lagi berteman akrab dengan Bella.
Dulu aku memang berhubungan baik dengan Bella dan memanggilnya dengan sebutan 'Kak Bella', aku bahkan bersedia untuk menutupi rahasia di mana Bella adalah seorang gadis suci yang akan menjadi pengantin untuk Dewa Matahari.
Ya, dialah yang seharusnya menjadi gadis yang akan di persembahkan kepada Dewa Matahari.
Bella yang dulu pernah menceritakan ia yang selalu bermimpi tentang dirinya yang terjebak di suatu istana yang terbakar hebat sejak ia berumur tujuh tahun. Bella yang sebelumnya pernah membaca mengenai persembahan itu jelas langsung menyadari kalau dirinya adalah gadis yang terpilih sebagai Gadis Suci yang akan menjadi pengantin dari Dewa Matahari.
Namun karena takut pada kenyataan yang membuatnya akan di bakar hidup-hidup saat ia berumur delapan belas tahun, ia menyembunyikan hal ini. Hanya kepada Pangeran Helios lah ia bercerita mengenai hal ini dan Pangeran Helios yang notabennya juga menyukai Bella pun menyembunyikan rahasia ini sampai akhirnya aku memergoki mereka yang membicarakan hal itu saat aku berumur dua belas tahun, beberapa bulan setelah Emira datang.
Saat itu Bella langsung bersujud padaku dan memintaku merahasiakan semua itu sambil menangis tersedu-sedu. Ia merasa begitu takut karena ia akan di bakar hidup-hidup nantinya. Pangeran Helios juga memintaku untuk merahasiakan semua ini karena tidak ingin kehilangan sahabat sekaligus tunangannya itu.
Aku yang merasa tidak tega pun menyetujuinya dan merahasiakannya. Tapi ironisnya justru akulah yang berakhir menjadi gadis yang di bakar hidup-hidup untuk persembahan kepada Dewa Matahari. Dan saat itu.... Mereka sama sekali tidak membantuku.... Bella yang dulu memohon-mohon padaku hanya memalingkan pandangannya padaku sambil diam-diam tersenyum penuh kepuasan dan Pangeran Helios yang dulu memintaku untuk merahasiakannya pun hanya menatap dingin ke arahku.
Aku tersenyum sinis mengingat kejadian itu. Ayahnya yang manipulatif dan licik, penuh ambisi dan anaknya yang juga bermuka dua sambil memanfaatkan air mata buayanya.
Sekali lagi, aku harus berterima kasih pada Dewa Matahari yang sudah membuka mataku untuk menyadari sikap Bella yang sebenarnya.
"Tuan Putri, anda tidak perlu memanggil Putri saya dengan sebutan sepanjang itu. Cukup Kak Bella saja, karena Bella juga di masa depan akan menjadi Kakak untuk Tuan Putri" Kata Duke Curt yang tiba-tiba saja datang menghampiri kami semua.
Tch... Aku telah ceroboh sampai-sampai tidak menyadari keberadaannya. Duke Curt terlihat tersenyum ramah namun aku tahu itu hanyalah topeng saja untuk menutupi kebusukannya.
"Ehhhh? Dia akan menjadi Kakakku?" Tanyaku yang berpura-pura terkejut dengan nada yang sengaja di besarkan supaya orang-orang yang berada di sekitar kami juga mendengarnya.
"Iya Yang Mulia Tuan Putri, Bella adalah Tunangan dari Pangeran Helios yang merupakan Kakak Tuan Putri" Balas Duke Curt.
Heh, Bella menjadi tunangan Pangeran Helios juga karena kau gagal untuk menjodohkannya dengan Putra Mahkota Castor karena Ibu yang cepat bertindak bukan? Oleh karena itu kau membanting setir dengan memanfaatkan persahabatan Bella dan Pangeran Helios untuk mengikat mereka dengan ikatan pertunangan.
"Tapi... Aku kan baru mengenal Kakak Bella Aelesha Curt dan aku tidak bisa menganggapnya sebagai Kakakku dengan semudah itu. Aku belum mengenal sifatnya jadi aku tidak mau memanggilnya dengan panggilan akrab seperti itu!" Seruku dengan nada yang ceria.
Jelas saja hal itu membuat semua orang yang mendengarnya merasa tercengang ketika mendengarku mengucapkan hal seperti itu.
"Tunggu--Vivi, bukannya kamu barusan mengatakan hal yang tidak sopan pada Duke Curt dan Bella?!" Tegur Pangeran Helios padaku.
Sebelum aku menjawabnya, tiba-tiba saja Pangeran Blaze menceletuk, "Vivi kan benar, Kak Helios. Kita tidak boleh percaya begitu saja pada orang baru. Bukan karena kita bersikap sombong tapi ini adalah sikap waspada karena bagi keluarga Kekaisaran, kita tidak boleh dengan mudahnya mempercayai seseorang"
Semua orang tampak semakin tercengang ketika mendengar Pangeran Blaze yang tiba-tiba mengatakan hal yang seperti itu, begitu pun denganku yang juga merasa sangat terkejut dengan perkataannya barusan. Pasalnya, Pangeran Blaze di kenal sebagai Pangeran yang begitu ramah dan ceria terhadap semua orang, jelas membuat semua orang terkejut dengan perkataan Pangeran Blaze mengenai kepercayaan yang ada di kalangan Kekaisaran.
Namun perkataan Pangeran Blaze juga tidak salah karena bagi Keluarga Kekaisaran sendiri di ajarkan untuk tidak boleh mempercayai seseorang dengan mudah karena banyak orang yang ingin mengambil keuntungan pada anggota Kekaisaran demi ambisi mereka sendiri.
"Blaze! Jaga bicaramu pada Duke Curt dan Bella! Ingat, Duke Curt adalah ajudan kepercayaan Ayah!" Tegur Pangeran Helios lagi, kini nada bicaranya semakin meninggi menandakan dia yang saat ini sedang marah.
"Kan orang kepercayaan Ayah, bukan aku" Balas Pangeran Blaze dengan simpel dan juga terlihat cuek.
Pangeran Helios tampak begitu marah tapi aku segera melerai situasi ini.
"Apa yang dikatakan Kak Blaze memang benar, Kak Helios. Kami belum begitu mengenal Kakak Nona Bella Aelesha Curt dengan baik juga karena kami dan juga Kakak tentunya di ajari yang sama. Kak Helios dan Kakak Nona Bella Aelesha Curt memang sahabat dekat, tapi bagiku dan Kak Blaze dia masih orang asing yang belum kami kenal. Hal itu juga sama dengan Duke Curt, dia memang orang kepercayaan Ayah tapi belum tentu kami juga mempercayainya karena kami tidak mengenal Duke Curt dengan akrab" Kataku yang membuat Pangeran Helios terdiam.
"Apa yang dikatakan oleh Vivi dan Blaze memang benar" Kata Putra Mahkota Castor yang sedang berjalan menghampiri kami.
Melihat kedatangan Putra Mahkota, langsung saja membuat semua orang kecuali aku, Pangeran Blaze dan Pangeran Helios menundukkan kepala dan memberikan salam hormat padanya.
"""Salam kami semua pada Matahari kecil utama Kekaisaran"""
Putra Mahkota Castor mengangguk singkat lalu menatap ke arah Helios dan menepuk bahunya dengan pelan, "Helios, adik-adikmu itu benar. Kita di beri pendidikan itu sejak dini dan karena adik-adik kita masih kecil, mereka berdua masih terlalu waspada dengan ajaran itu. Beri mereka berdua waktu untuk mengenal Nona Curt dengan baik, seiring berjalannya waktu jika memang Nona Curt bisa di percaya dan diakui oleh Blaze dan Vivi, mereka berdua juga pasti akan menerima Nona Curt dengan baik"
Pangeran Helios tampak menundukkan kepalanya lalu ia pun mengangguk.
Putra Mahkota Castor pun tersenyum dan beralih menatap ke arah Duke Curt.
"Dan untuk Duke, tolong maafkan kedua adik paling muda saya yang sudah bersikap tidak sopan pada anda dan juga Putri anda, mereka masih terlalu kecil dan tidak bisa menyaring perkataan mereka dan mengucapkan apa yang mereka pikirkan begitu saja" Kata Putra Mahkota Castor yang menundukkan kepalanya kepada Duke Curt.
"Astaga Yang Mulia Putra Mahkota, jangan menundukkan kepala anda pada saya! Saya mengerti dan tidak mempermasalahkan hal ini karena Pangeran Blaze dan Tuan Putri Vivi memang masih muda" Kata Duke Curt dengan nada yang merasa tidak enak.
Putra Mahkota pun tersenyum tipis, "Terimakasih atas pengertian anda dan nikmati pestanya kembali"
Setelah Putra Mahkota Castor mengatakan hal itu, orang-orang yang mengerubungi kami pun mulai bubar.
"Wahhh!!! Kakak keren!!" Seru Pangeran Blaze dengan mata yang berbinar-binar takjub.
Dan....
PLETAKKK!!
Dengan cukup keras Putra Mahkota pun memukul kepala Pangeran Blaze.
"ARGH! SAKIIITTT!!! Kenapa aku malah di pukul?!" Teriak Pangeran Blaze sambil memegangi kepalanya yang di pukul oleh Putra Mahkota Castor.
"Heh, ini hukumanmu karena bersikap tidak sopan pada orang yang lebih tua!" Kata Putra Mahkota yang membalas teriakan Pangeran Blaze itu.
"Hiks... Kak jahat! Terus kalau ini adalah hukumanku kenapa Vivi tidak di hukum?!" Tanya Pangeran Blaze yang membuat tubuhku menegang.
Putra Mahkota pun menatap ke arahku lalu memasang pose berpikir, " Hmm.... Benar juga... Vivi juga bersikap tidak sopan jadi harus di hukum juga"
Uh oh... Aku juga akan di pukul?
Aku merasakan tangan Putra Mahkota yang mulai mendekat ke arah tubuhku dan aku menutup mataku erat-erat, bersiap untuk menerima rasa sakit dari Putra Mahkota Castor yang diterima oleh Pangeran Blaze sebelumnya.
Namun tiba-tiba aku merasa tubuh kecilku ini terangkat ke atas dan membuatku kembali membuka mataku.
Ku lihat Putra Mahkota yang tengah mengangkat tubuhku dengan kedua tangannya lalu menggendongku dan mencium pipiku dengan lembut.
"Ini hukuman Vivi, Vivi harus menemani Kak Castor mu selama pesta ulang tahun Vivi ini " Kata Putra Mahkota Castor dengan senyuman lembutnya.
Aku terpaku melihat senyuman lembutnya....
Senyuman lembut Putra Mahkota Castor yang sudah lama sangat ku rindukan. Senyuman yang selalu membuatku merasa hangat dan nyaman....
"EHHH?! KAK CASTOR CURANG! KAN AKU YANG NGAJAKIN VIN DULUAN! DAN JUGA, KENAPA AKU HUKUMANNYA MALAH DI PUKUL?!!" Teriak Pangeran Blaze dengan nada merasa tidak terima.
Putra Mahkota pun mengulurkan lidahnya sambil mengejek Blaze, "Bwee... Itu kan salahmu sendiri yang ngajarin Vivi bersikap tidak sopan begini"
Tunggu... Bukannya aku yang duluan bersikap tidak sopan ya?
"Eh?! Kan bukan aku yang ngajarin Vivi kayak gitu!" Protes Pangeran Blaze yang masih terlihat tidak terima.
"Memang bukan, tapi kau juga sudah memberikan contoh yang tidak baik untuk Vivi. Baiklah, Vivi, kita tinggalkan saja Kak Blaze mu itu" Kata Putra Mahkota Castor yang lalu mulai berjalan meninggalkan Pangeran Blaze yang masih menggendongku.
"Hei! Hei!!! Jangan tinggalkan aku~ Ish! Kak Castor selalu mengambil kesempatan dalam kesempitan! Jangan bawa Vivi kabur!!!" Seru Pangeran Blaze yang lalu berlari kecil untuk mengejar kami berdua.
Aku hanya tersenyum melihat tingkah laku mereka berdua.
Tanpa ku sadari ini adalah senyuman yang muncul dari lubuk hatiku yang terdalam, bukan senyuman palsu yang selama ini ku tunjukkan pada mereka setelah aku kembali ke masa lalu.
Aku tahu perasaan ini tidak akan bertahan lama, tapi entah kenapa hati kecilku mulai berharap lagi, semoga mereka tidak akan pernah berubah seperti di kehidupanku sebelumnya....
Walaupun aku tahu hal itu adalah harapan kosong karena suatu hari sikap mereka kepadaku akan berubah setelah kedatangan Emira yang masuk ke dalam kehidupan kami semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments