Setelah itu, aku dibawa kembali oleh Diana ke kamarku. Aku menolak semua orang termasuk tabib yang di panggil Kaisar dan hanya ingin bersama Ibu dan Diana saja. Dan selama berjam-jam mereka menenangkanku dan sesudah aku menangis Ibu dengan penuh rasa kasih sayang menyuapiku makanan yang dibawa oleh Diana.
Ibu sempat berkali-kali menanyakan ada hal apa yang membuatku menangis seperti ini tapi dengan tegas aku menggeleng-gelengkan kepalaku, aku benar-benar tidak ingin menceritakan tidak ingin menceritakan apapun tentang masa depan, toh tidak ada yang akan percaya denganku juga.
Selesai makan, aku pun disuruh untuk beristirahat dan dengan lembut Ibu mengelus-elus kepalaku sambil bernyanyi dengan lembut.
Matahari bersinar~ menerangi bumi~
Anak-anak mulai bermain dengan gembira~
Di saat malam tiba~ Bulan menggantikan~
Sang matahari~ Menerangi malah~
Bersama dengan ribuan bintang malam~
Keajaiban itu~ Sungguh indah~
Keajaiban ~ Yang mengantar anak-anak untuk mengarungi~
Dunia mimpi indah mereka~
Aku tersenyum mendengar lagu ini, ini adalah lagu yang sering Ibu nyanyikan dan merupakan lagu pengantar tidur para orang tua di Kekaisaran ini. Lagu yang membuatku merasa bernostalgia, kapan terakhir aku mendengarnya?
Perlahan aku merasakan Ibu yang mulai bangkit dari posisinya yang semula duduk di sampingku sambil mengelus rambutku lalu tidak lama kemudian suara pintu tertutup terdengar.
Aku kembali membuka mataku, sepertinya Ibu dan Diana mengira aku sudah tertidur.
Baiklah, sekarang kita ingat-ingat.
Aku yang sebenarnya dipersembahkan kepada Dewa Matahari dengan cara dibakar hidup-hidup sebagai hukuman karena aku dituduh meracuni Kaisar. Dan aku jelas mengingat kata-kata terakhir yang kuucapkan sebelum aku mati.
Dan sepertinya Sang Dewa Matahari memang ada, karena dia menjawab perkataanku itu dan aku pun di berikan kesempatan kedua untuk mengulang kehidupanku ini dan mengirimku kembali ke masa lalu. Jika teoriku ini memang benar, aku sangat berterima kasih pada Dewa Sonne atau Dewa Matahari yang telah memberiku kesempatan kedua.
Ku rasa saat aku diperbolehkan keluar istana nanti saat berumur delapan belas tahun, tempat pertama yang aku kunjungi adalah Kuil Dewa Matahari.
Kekaisaran Eilidh ini memang sangat memuja Dewa Matahari atau Dewa Sonne sebagai Dewa Utama. Di sisi Dewa Matahari ada Dewi Bulan Selena yang selalu dipuja di Kekaisaran ini. Konon dahulu kala, dunia sangatlah kacau akibat perang yang tidak berkesudahan. Sampai akhirnya ada seorang Dewa yang muak akan tingkah laku para manusia di bumi lalu ia pun menghancurkan apapun yang ditemuinya. Dia adalah Sang Dewa Kehancuran, Dewa Detrou.
Banyak manusia yang menjadi korban akibat keganasan dan kebrutalan Dewa Detrou dalam membunuh para manusia di zaman itu. Hingga para manusia pun berdoa kepada para Dewa lain untuk menyelamatkan mereka dan memohon ampunan mereka.
Doa itu di jawab dua Dewa, mereka adalah Dewa Sonne Sang Dewa Matahari dan Dewi Selena Sang Dewi Bulan. Keduanya sebenarnya tidak diperbolehkan muncul secara bersamaan karena pasti akan menggangu keseimbangan atas dunia, tapi perasaan dan tekad kuat mereka untuk menyelamatkan para manusia dari penderitaan pun lebih besar. Dunia pun seketika berubah , setengah bumi bagian kanan adalah siang hari dan bagian kiri adalah malam hari.
Pertarungan sangatlah sengit sampai akhirnya Dewa Kehancuran kalah dari Dewa Matahari dan Dewi Bulan. Sang Dewa Kehancuran lalu di segel di bawah tanah oleh Dewa Matahari dan Dewi Bulan dengan segel yang sangat kuat. Sejak saat itu, para manusia begitu berterimakasih pada Dewa Matahari dan Dewi Bulan lalu memuja mereka. Lalu dengan itu para manusia pun mulai membentuk kembali peradaban-beradaban mereka yang sudah hancur dengan membentuk Kekaisaran-Kekaisaran dan kerajaan baru.
Kekaisaran Eilidh terbentuk dengan para manusia yang menyaksikan langsung betapa dahsyatnya pertarungan ketiga Dewa itupun membuat mereka memuja Dewa Matahari dan Dewi Bulan dan membentuk Kekaisaran ini dengan nama Eilidh yang dalam bahasa kuno berarti Matahari yang berarti Kekaisaran ini didedikasikan untuk Dewa Matahari yang memang lebih mendominasi dalam pertarungan itu.
Dan entah sejak kapan, tradisi persembahan kepada Dewa Matahari di mulai. Persembahan itu berupa gadis muda yang dibakar hidup-hidup untuk dijadikan 'Para Istri' Dewa Matahari. Hal ini dilakukan karena Sang Dewa Matahari sangatlah mencintai Dewi Bulan, tapi mereka tidak pernah bersama karena keduanya terikat dengan aturan dunia dan tidak bisa bertemu sesuka hati mereka. Oleh karena itu, orang-orang zaman dulu di Kekaisaran ini melakukan inisiatif untuk mempersembahkan gadis-gadis muda setiap lima puluh tahun sekali kepada Dewa Matahari dengan cara dibakar oleh api suci.
Tunggu-- Itu berarti aku salah satu istri dari Dewa Matahari dong?! Tapi, sekarang aku malah dikirim kembali ke masa lalu. Apa ini karena Dewa Matahari tidak menyukaiku ya...
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku kuat-kuat, tidak? Jangan berpikir seperti itu! Ini malah hal yang bagus karena entah ini memang perbuatan Dewa Matahari atau bukan, aku telah diberi kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya!
Ah... Tidak... itu sangat sulit... Mungkin aku bisa bersikap lebih imut dan juga bisa lebih dekat dengan para Putra Mahkota dan para Pangeran, tapi sepertinya untuk Kaisar tidak bisa diperbaiki lagi... Aku sudah berusia lima tahun sekarang (sebentar lagi enam tahun ketika mendengar Diana berkata seperti itu saat menenangkanku tadi), itu berarti Emira alias Putri hasil hubungan gelapnya dengan wanita itu sudah lahir juga bahkan seumuran denganku sekarang!
Dan lagi, Kaisar memang menyayangiku dulu, tapi sejak Emira dan Ibunya mengungkap jati diri mereka, hubungan Kaisar dan Ibu pun hancur. Setiap mereka bertemu mereka pasti bertengkar dan tidak ada lagi interaksi mereka yang sangat manis seperti sebelumnya. Mereka bahkan berperang dingin selama empat tahun sebelum Ibu ditemukan tewas secara misterius saat aku berumur enam belas tahun dan juga selama itu, kasih sayang Kaisar padaku juga memudar.
Saat Putra Mahkota dan para pangeran beserta aku menangisi kepergian Ibu, Kaisar sama sekali tidak menunjukkan sedih sama sekali. Dia terlihat datar saja saat mendengar kematian istri sah nya itu dan hanya mengatakan, "Oh, jadi dia mati?"
Namun entah demi citranya atau bukan, di tempat umum dia menunjukkan wajah shock dan juga dengan tegas dia memerintahkan semua Prajurit untuk menyelidiki kematian dari Ibuku namun hasilnya tetap nihil. Saat itu aku bingung, apa Kaisar benar-benar shock atau tidak karena saat pertama kali mendengarnya ia yang sedang berpesta teh bersama Emira dan juga ibunya hanya berekspresi datar saat aku dan Pangeran Blaze menyampaikan berita itu padanya.
Aku berdengus pelan hampir tertawa, hahhh...
Mungkin memang itu wajar aslinya, toh dia memang laki-laki brengsek yang sudah mengkhianati ibu, pastinya dia memang bermuka dua!
Sementara Putra Mahkota juga perlahan mulai berubah dingin padaku ketika beberapa bulan setelah kematian Ibu, anehnya dia bersikap hangat pada Emira dan Ibunya padahal selama ini selalu bersikap dingin pada mereka.
Dan setahun kemudian, Kaisar mengumumkan kalau selirnya yaitu Ibu Emira akan menjadi Permaisuri selanjutnya, aku dan Pangeran Blaze tentu sangat terkejut dan menentang keputusan itu, namun betapa terkejutnya kami saat tiba-tiba Pangeran Helios menyetujuinya dan bersikap dingin padaku dan bersikap hangat pada Emira dan Ibunya, setelah keputusan mutlak Kaisar dan juga dukungan dari Putra Mahkota dan Pangeran Helios, Ibu Emira pun menjadi Permaisuri yang baru.
Hatiku saat itu terasa sangat sakit, tapi saat itu aku masih memiliki Pangeran Blaze yang berada di sampingku dan selalu menguatkan ku.
"Tenang saja, Vivi! Semuanya akan baik-baik saja! Aku yakin sikap para Kakak itu karena Berubah karena mereka kelelahan dengan urusan Kekaisaran! Vivi, tenang saja, karena Kak Blaze mu ini pasti akan selalu dipuhak mu!"
Saat mengingat kata-kata itu dari Pangeran Blaze membuat hatiku merasa sangat sakit. Ia bohong... Ia telah berbohong karena beberapa bulan sebelum kematianku di usia delapan belas tahun itu ia ikut berubah. Ia berubah dan bersikap dingin padaku lalu bersikap manis pada Emira juga mulai bergaul kembali dengan kedua Kakakku. Dia mengacuhkan dan terlihat begitu membenciku, bahkan dialah yang menyiksaku di penjara bawah tanah dan juga orang yang membakarku dengan senyuman penuh kepuasan di wajahnya.
Air mata mulai berjatuhan di pipiku, tidak... Ini bukan waktunya untuk menangis. Aku tahu sekarang aku tidak bisa mengandalkan siapapun lagi karena orang-orang yang dulu menyayangiku di masa depan mereka akan bersikap dingin dan tidak mempedulikanku lagi.
Aku hanya memiliki diriku sendiri, dan sekarang aku bertekad semuanya tidak akan seperti dulu. Kali ini aku harap melindungi Ibu dan Diana. Aku memang tidak bisa mencegah kedatangan Emira dan Ibunya di kehidupan kami karena sebenarnya mereka sudah sejak lama mereka ada diantara kami sebagai parasit.
Aku harus menjadi lebih kuat lagi, bukan hanya sihir penyembuh saja tapi aku juga harus lebih kuat lagi untuk bisa melindungi Ibu dan juga Diana.
Hanya itu yang bisa aku lakukan sekarang.
Dengan cepat aku pun bangkit dan turun dari ranjang ku. Dengan kaki kecilku sekarang, aku langsung berlari ke arah ruangan Kaisar. Dan tidak harus menempuh waktu yang lama, aku sudah sampai di ruangan Kaisar dengan nafas yang terengah-engah dan dua Prajurit yang menjaga pintu ruangan itu datang menghampiriku.
"Ada apa Tuan Putri Viviane? Apakah anda ingin bertemu dengan Yang Mulia Kaisar?" Tanya salah satu prajurit.
Yah... Mengingat aku dulu memang kerjaannya hanya menempel pada Kaisar tentu mereka tidak merasa aneh lagi pada sikapku ini.
Aku mengangguk dengan pasti, "Iya! Tolong bukakan!"
Prajurit itupun hanya tersenyum lalu bersama dengan temannya pun membukakan pintu yang kini tampak begitu besar di mataku, "Baiklah. Silahkan masuk, Tuan Putri"
Aku mengangguk dan berterima kasih pada mereka. Dan saat aku masuk, aku melihat Ibu tengah duduk di sofa di ruangan Kaisar sementara Kaisar sendiri tengah berada di meja kerjanya. Hal yang menyita perhatianku adalah keberadaan wanita yang berada di sebelah Kaisar yang sedang menuangkan secangkir teh untuknya.
Aku menyeringai dalam hati, tentu saja aku mengenal siapa wanita itu. Dia adalah kepala Pelayan yang juga sahabat sedari kecil Kaisar, dia juga adalah simpanan Kaisar selama ini dan mereka berhubungan dibelakang Ibuku, dia adalah Kayla Leadra Corason. Putri dari Baron Corason yang memilih bekerja sebagai pelayan istana mengikuti jejak Ibunya.
Memang di istana ini, kebanyakan berasal dari kalangan bangsawan tingkat rendah seperti keluarga Baron lainnya. Diana juga berasal dari keluarga Viscout.
Dulu aku merasa biasa saja melihat kedekatan mereka, tapi sekarang aku merasa jijik ketika melihat mereka berdua. Mereka yang tidak tahu malu masih bersikap Layaknya Tuan dan Majikan didepan Ibu lalu berselingkuh dibelakangnya. Sangat menjijikan! Aku sebenarnya tidak Sudi satu ruangan dengan mereka berdua. Namun bagaimana lagi, aku harus melakukannya demi rencanaku untuk melindungi Ibu dan Diana di masa depan nanti. Aku harus menahan diri.
"Vivi?!" Seru Ibu dan Kaisar terkaget-kaget melihat kedatanganku.
"Ibu!!!!" Seruku sambil berlari menghampiri Ibu dan memeluknya dengan erat.
"Ada apa Vivi? Bukannya kamu harusnya beristirahat di dalam kamar?" Tanya Ibu dengan bingung.
Aku menggelengkan kepalaku, "Tidak! Aku bermimpi buruk lagi tadi lalu aku bangun dan segera ke sini!"
Kaisar lalu menghampiri kami yang sedang duduk di sofa, "Mimpi buruk seperti apa Vivi?"
Aku sebenarnya malas menjawab pertanyaan dari laki-laki brengsek yang berani mengkhianati Ibu ini, aku bahkan malu karena menjadi anak dari laki-laki macam itu. Tapi mau bagaimana lagi, kita tidak bisa memilih orang tua yang mana yang akan melahirkan kita bukan? Dan aku juga bersyukur bisa menjadi anak dari seorang wanita kuat yang tetap mengangkat kepalanya dengan hormat saat berbagai celaan tentang dirinya yang menjadi bahan berbincangan para wanita kalangan bangsawan karena tidak bisa menjaga suaminya.
Yah, ini kan tentu bukan salah Ibu, perselingkuhan ini dilakukan dengan wanita itu secara sadar jadi Ibu tidak bersalah akan hal ini karena Kaisar dengan sangat baik bisa menyembunyikan aib selama bertahun-tahun.
Aku pun memasang wajah sedih di depannya,
"Aku bermimpi ada dua monster yang sangat jahat dan juga menjijikkan yang memakan Ibu dan juga Diana, setelah itu mereka menculik Ayah, Kak Castor, Kak Helios sama Kak Blaze dan meninggalkan ku sendirian di tengah istana yang terbakar dengan api yang membara yang juga ikut membakarku!"
Baik Ayah, Kaisar dan Wanita itu tertegun dengan ucapan ku itu. Tapi Ibu memaksakan diri untuk tersenyum, "Tidak apa-apa Vivi... Itu hanya mimpi buruk. Hanya bunga tidur, tidak apa ya... Vivi..."
Ibu lalu memelukku dengan erat, aku bisa merasakan bahunya bergematar.
Aku lalu melirik Kaisar yang memalingkan wajahnya ke arah lain dan Wanita itu pun melakukan hal yang sama, namun saat dilihat lebih cermat lagi terlihat seringai yang sangat tipis di bibirnya.
Kena kau! Bukan hanya dia tapi aku juga berhasil memancing ibu dan juga Kaisar. Wanita itu pasti merasa sangat senang dan menang sekarang karena tahu kalau Putrinya nanti akan menjadi satu-satunya Putri di Kekaisaran ini.
Karena dengan menceritakan mimpiku ini, mereka tahu kalau akulah gadis yang akan menjadi persembahan Dewa Matahari selanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments