Blaze menyadarinya, di antara semua anggota keluarga Kekaisaran dialah yang paling peka. Meski masih berumur tujuh tahun, Blaze adalah seorang anak yang cepat tanggap dan sangat peka terhadap hal-hal yang sedang terjadi. Pertama adalah kondisi adiknya, Vivi. Mereka hanya berbeda dua tahun namun Blaze sudah bisa bersikap sebagai Kakak yang sangat baik bagi adik perempuannya itu bahkan lebih dari Castor dan Helios yang notabenenya lebih tua dari dirinya.
Sejak Ibunya melahirkan Vivi, Blaze yang saat itu berumur lima tahun sudah berjanji pada Ibunya bahwa dirinya akan menjadi Kakak yang baik Vivi dan akan selalu melindunginya.
Dan beberapa bulan lalu, dia akhirnya mulai belajar teknik dasar pedang dan sihir. Tanpa disangka, si kecil Blaze ini memiliki potensi sihir yang melebihi kedua Kakaknya. Dia memiliki sihir elemen api dan juga angin dengan kapasitas energi yang berlimpah ruah. Bahkan para penyihir Kekaisaran, kapasitas energi sihir yang dimiliki Blaze adalah yang terkuat di Kekaisaran selama ini.
Namun Blaze tetaplah seorang anak-anak, dia hanya tahu dia bisa menjadi kuat untuk melindungi adiknya. Dan meski Blaze juga memiliki potensi besar, hal iti tidak membuat kedua Kakaknya merasa iri pada Blaze, yang ada mereka malah sangat mendukung Blaze dengan impiannya yang ingin menjadi sangat kuat untuk melindungi adik perempuan bungsu mereka.
Baik Castor dan Helios juga bersikap selayaknya Kakak yang melindungi adik mereka Blaze, mereka juga terkadang memanjakan Blaze meski anak itu malah menolaknya mentah-mentah dan ngambek juga cemberut karena di anggap masih anak-anak padahal dia ini juga sudah menjadi seorang Kakak bagi adik perempuan mereka semua, Vivi.
"Hei aku ini udah besar! Aku ini seorang Kakak dan akan menjadi kuat untuk melindungi Vivi! Jangan anggap aku ini masih anak-anak!"
Mendengar hal itu jelas membuat Castor dan Helios tertawa terpingkal-pingkal ketika adik mereka itu sudah mulai sok berlagak dewasa dan hal itu membuat Blaze semakin ngambek dan tidak mau berbicara pada Kakak-kakaknya selama seharian penuh.
Kembali ke Blaze, Blaze adalah anak yang sangat peka bahkan melebihi tingkat kepekaan orang dewasa. Blaze dengan mudahnya menyadari ada sesuatu aneh dengan Ayahnya dan juga pelayan wanita yang selalu di samping Ayahnya ketika berada di ruang kerjanya. Hampir tidak pernah ia melihat wanita itu tidak ada di samping Ayahnya itu. Maka dari itu, Blaze selalu mengajak Ayahnya pergi menjauh dari wanita yang menurutnya aneh dan juga jelek karena ia bisa melihat asap hitam yang keluar dari tubuhnya itu supaya tidak dekat-dekat dengan Ayahnya.
Tapi karena sikapnya, seringkali Blaze berakhir dengan di marahi Sang Ayah yang mengatakan Blaze sudah menggangu pekerjaannya dan membuat Blaze sedih karena sering gagal menjauhkan Ayahnya dari wanita berasap hitam.
Blaze juga pernah menceritakan pada kedua Kakaknya mengenai wanita berasap hitam itu namun keduanya menganggap Blaze berhalusinasi karena mereka tidak melihat apa yang di lihat oleh Blaze dan membuat Blaze akhirnya mengurung niatnya untuk memberitahu sang Ibu mengenai apa yang di ia lihat dari wanita yang selalu menempel pada Ayahnya itu.
Blaze tentu juga menyadari perubahan dari adiknya Vivi saat ini, hal ini di mulai saat Vivi yang menangis saat mereka akan makan bersama dan mengatakan bahwa ia membenci Ayah dan ketiga Kakaknya. Hal itu membuat Blaze merasa sangat sedih dan ia pun ingin mencari tahu tentang apa yang membuat Vivi menjadi seperti itu.
Ia sempat menanyakannya pada Diana yang merupakan pengasuh Vivi, Menurut Diana, Vivi telah bermimpi buruk tapi saat ia bertemu dengan Vivi di perpustakaan saat ini membuat Blaze semakin yakin kalau alasannya bukan hanya itu.
Vivi yang ia tahu bukanlah anak yang hobi ke perpustakaan dan lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama sang Ayah di ruang kerjanya sambil menikmati kue-kue cantik tiba-tiba saja terlihat di perpustakaan sambil membawa sebuah buku besar di pelukan tubuh mungilnya itu.
Blaze yakin ada sesuatu yang lebih besar dari sekedar mimpi buruk.
"Pa--Kakak..." Cicit adiknya yang manis itu.
Blaze mengenyitkan alisnya ketika melihat wajah Vivi yang tiba-tiba terlihat pucat saat melihatnya. Terlihat setitik keringat yang muncul di pelipis kanan Vivi yang menandakan jika Vivi sekarang sedang merasa gugup juga dengan tubuh kecilnya yang terlihat gemetar dan pelukannya pada buku besar di dadanya semakin mengerat membuat Blaze tahu kalau Vivi saat ini merasa ketakutan.
Kenapa Vivi merasa ketakutan? Apa ia sudah membuat Vivi takut? Dan lagi, Vivi hampir menyebutnya dengan sebutan Pangeran lagi, padahal Vivi biasanya akan langsung menerjang dan memeluk Blaze dengan senyuman lebar di wajahnya.
Mengingat itu membuat Blaze merasa ingin melihat senyuman Vivi lagi namun saat ini ia harus sedikit menahan diri dengan semua keingintahuannya itu.
"Vivi cari buku apa? Mau sama Kakak baca di sini?" Tanya Blaze dengan nada lembut dan juga senyuman manis di wajahnya.
Vivi dengan cepat menggeleng-gelengkan kepalanya, "A-aku sendiri saja! Bukannya Pa--Kakak ada kelas bersama dengan Tuan Duke Muda Allison?"
Blaze tiba-tiba mematung.
Loading...
Satu detik...
Dua detik...
Tig---
Bruuk!!
"AHHKK IYA AKU LUPA!!!! NANTI PASTI AKU AKAN DI MARAHI OLEH DUKE!!!!" Teriak Blaze sambil memegang kepalanya dengan kedua tangannya, membuat buku yang sedang ia pegang terjatuh ke lantai.
Dengan cepat ia melangkah ke arah Vivi dan menundukkan sedikit tubuhnya lalu mengecup kening adiknya itu dengan cepat, sebuah kebiasaan yang selalu ia lakukan kepada adik perempuannya ini. Ia juga sempat melihat reaksi Vivi yang membelalakkan matanya namun dengan cepat Blaze membalikkan badannya.
"Terima kasih sudah mengingatkanku ya Vivi!! Kakak menyayangimu!!!!' Seru Blaze sambil berlari dengan cepat, meninggalkan Vivi yang mematung di perpustakaan Istana.
Blaze terus berlari dengan cepat dan bahkan mengabaikan para pelayan istana yang menegurnya. Untuk anak usianya, Blaze adalah anak yang memiliki stamina dan kecepatan lari rata-rata yang membuatnya tidak lama akhirnya sampai di tempat yang ia tuju.
Lapangan Latihan Para Prajurit Istana
Di sana sudah terlihat seorang pria dewasa yang memakai kemeja hitam dan celana hitam yang membelakangi dirinya.
"Anda sudah terlambat, Pangeran Blaze!" Seru pria itu dengan nada yang sangat tegas dan membuat tubuh Blaze langsung menegang.
Pria itu membalikkan tubuhnya dan terlihat wajah tampan rupawan miliknya. Rambut hitam dan warna mata yang senada dengan rambutnya itu, wajah tampan dengan rahang tegas, tubuh tinggi tegap berotot dengan six pack yang tertutupi dengan kemeja hitam polos nan tipis yang dipakainya dan luka sayatan di mata kirinya yang membuat ia terlihat semakin liar.
"Ma-maaf Guru saya tidak akan pernah mengulanginya lagi!!" Teriak Blaze sambil menundukkan tubuh dan juga kepalanya pada pria itu, ia merasa terintimidasi dengan sosok pria di depannya ini merupakan gurunya juga.
Pria itu adalah Duke Halton Frey Allison, Komandan utama dan pasukan Kekaisaran Eilidh dan merupakan pahlawan perang di seluruh Kekaisaran saat perang besar sepuluh tahun yang lalu. Sosok ini merupakan idola bagi Blaze juga.
Duke Halton pun menghela nafas, "Baiklah, asal jangan pernah di ulangi lagi!"
Mendengar itu pun membuat senyuman lebar muncul di wajah Blaze, "Siap! Terimakasih Guru!!"
"Hhh... Baguslah kau datang lebih cepat, kalau tidak mood orang tua ini akan lebih memburuk dan langsung menerkam mu dalam sekali 'hap' "
Sebuah suara terdengar dan saat mereka menoleh ke asal suara, terlihat seorang anak laki-laki sepantaran Blaze yang memiliki rambut hitam dan mata yang senada rambut hitamnya. Anak ini sangat tampan dan terlihat jelas dia adalah copy-an sempurna dari Duke Halton.
Aura tidak mengenakkan pun keluar dari tubuh Duke Halton, membuat Blaze merinding sementara anak laki-laki yang baru datang itu hanya menampilkan raut wajah datar, "Apa yang kau maksud itu, anak muda?"
"Hanya bicara soal fakta nih" Kata anak itu sambil melemparkan salah satu pedang kayu yang sedari tadi ia pegang ke arah Blaze dan Blaze dengan refleks yang bagus langsung menangkapnya.
"O-oh... Terimakasih, Arthur..." Balas Blaze pada anak yang bernama Arthur itu.
Arthur hanya mengangguk singkat lalu beralih menatap ke arah Duke Halton.
"Jadi Ayah... Mari kita mulai sesi latihan kita" Kata Arthur yang langsung memasang kuda-kuda untuk menyerang sang Ayah. Ya, dia adalah anak dari Duke Halton sendiri, dia bernama Arthur Divino Allison, Putra tinggal dari Duke Halton Frey Allison.
Senyuman lebar pun muncul di wajah pria beranak satu itu, "Baiklah! Ayo kalian berdua maju!'
Yahh... Blaze tahu hari ini Latihannya akan menjadi latihan yang sangat berat berkat Arthur yang memancing sisi iblis dari Duke Halton itu. Namun Blaze tahu hal ini akan membuat dia menjadi semakin kuat lagi. Ia akan bersungguh-sungguh dalam Latihannya untuk menjadi lebih kuat lagi dan bisa melindungi adiknya, Vivi.
"Tenang saja Vivi, bagaimana... Meski sikapmu Berubah... Kakak tidak akan pernah berubah! Kakak akan lebih kuat untuk menjaga Vivi dari segala bahaya yang akan datang!" Pikir Blaze yang langsung memasang kuda-kuda dan menyerang Duke Halton.
Ya... Meski Vivi Berubah, dirinya tidak akan pernah berubah... Karena dia adalah Blaze Salvino Eilidh, Kakak dari Viviane Camellia Eilidh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments