Malam hari pun tiba dan pesta yang begitu megah pun di mulai. Aku menghela nafas lelah melihat bayanganku sendiri di cermin besar di depanku.
Gaun berwarna bernuansa langit malam yang cerah, warna gradiasi antara ungu gelap, biru dan hitam, sepatu yang berwarna senada dengan warna gaun yang ku pakai ini. Rambutku sendiri di ikat tengah dengan kepangan di setiap sisinya yang di hiasi mahkota yang simpel namun elegan. Belum lagi set perhiasan yang terdiri dari kalung, anting juga gelang yang berhias berlian mahal dengan warna biru gelap.
Ini berbeda dengan penampilanku di pesta ulang tahun ke tujuh tahun sekaligus perkenalanku yang dahulu, dulu aku memakai set gaun serba pink tapi sekarang aku malah memakai set gaun yang melambangkan kecantikan langit malam.
Mungkin ini dilakukan karena aku yang di ketahui sebagai gadis suci yang akan menjadi Pengantin Dewa Matahari, jadi mereka mendandaniku dengan nuansa yang seperti ini supaya diriku ini secantik Dewi Bulan yang merupakan wanita yang sangat di cintai oleh Dewa Matahari.
Tapi... Bukankah ini sangat berlebihan? Mendandani seorang anak berumur tujuh tahun depan tampilan yang lebih cocok di pakai seorang gadis yang akan melakukan Debutante. Kudengar para pelayan mendandaniku seperti ini atas perintah Kaisar. Aku sebenarnya ingin menolaknya, namun mengingat aku yang sekarang yang terlanjur malas berdekatan dengan Kaisar, terpaksa aku meng-iyakan saja semuanya.
"Umm? Kenapa wajah anda tampak tidak senang seperti ini, Tuan Putri?" Tanya Diana yang menyadari suasana hatiku, ia menatapku dengan tatapan khawatir.
Aku pun memaksakan diriku untuk tersenyum padanya, "Tidak... Aku senang kok, Diana. Hanya saja... Kupikir ini terlalu berlebihan..."
Diana berlutut di depanku sambil menyentuh pipi kanan ku dengan lembut, "Ini sama sekali tidak berlebihan Tuan Putri... Ini adalah hari yang sangat istimewa bagi anda. Anda akan diperkenalkan sebagai Tuan Putri satu-satunya di Kekaisaran Eilidh ini, jadi sudah wajar kalau pesta ulang tahun anda yang ke tujuh tahun ini di adakan dengan semegah ini. Ini juga bukti betapa sayangnya Yang Mulia Kaisar dan Yang Mulia Permaisuri pada anda"
Aku mengangguk pelan, tidak lama kemudian seseorang masuk ke dalam kamarku ini. Dia adalah Putra Mahkota Castor. Tahun ini Putra Mahkota Castor sudah berumur empat belas tahun dan terlihat dia mulai tumbuh tinggi. Dia juga memakai setelan pakaian formal bernuansa serba putih dan emas.
Putra Mahkota pun tersenyum lembut ke arahku, "Kamu tampak sangat cantik, adikku Vivi"
Terimakasih atas pujian anda... Kakak..." Ucapku yang membalas pujiannya itu.
Putra Mahkota pun mengulurkan tangannya di depanku, "Ayo kita ke tempat pesta sekarang Vivi"
Aku menatap ragu tangan Putra Mahkota, namun dengan perlahan aku meraih tangannya dan ia menggenggam tanganku dengan erat.
Kami berdua pun berjalan bersama ke aula pesta yang berada di Istana Utama atau Istana Sonne. Di sepanjang jalan, aku diam-diam memperhatikan Putra Mahkota Castor. Bayangan-bayangan ia yang selalu bersikap dingin padaku terus menghantuiku, membuatku was-was dan tidak ingin terlalu dekat dengannya maupun para Pangeran yang lainnya.
Tapi di waktu ini dia belum berubah, aku cukup penasaran apa yang sebenarnya membuatnya ia berubah drastis seperti itu. Apa jangan-jangan Emira atau wanita simpanan Kaisar yang telah menggunakan macam sihir pada Kaisar, Putra Mahkota dan Para Pangeran?
Aku sendiri pernah membaca suatu buku mengenai sihir semacam itu di buku yang di bawa Guru David padaku. Tapi apa benar karena sihir? Karena jika hal itu benar-benar sihir, itu berarti Emira dan juga Ibunya adalah pengguna sihir kegelapan.
Sihir kegelapan, sihir yang sangat terlarang untuk di pelajari atau pun di sentuh. Sihir kegelapan berisi tentang sihir-sihir yang sangat jahat dan di perlukan untuk mengikat kontrak dengan Iblis untuk menguasai sihir kegelapan ini. Menurut legenda, Dewa Kehancuran juga memiliki sihir kegelapan ini untuk menghancurkan dunia. Namun hal ini digagalkan oleh Dewa Matahari dan Dewi Bulan yang berhasil mengalahkannya.
Tapi, aku tidak bisa mengambil kesimpulan seperti ini begitu saja. Sihir kegelapan sendiri sudah menghilang selama berabad-abad yang lalu, dan sudah tidak ada lagi yang menggunakannya. Jadi akan sulit membuktikan jika Emira dan Ibunya adalah pengguna sihir kegelapan dan bisa saja ini hanya kecurigaanku yang tidak berdasar saja.
Mungkin saja perubahan mereka bukan karena sihir kegelapan melainkan memang sifat asli mereka yang baru keluar setelah kematian Ibu....
Aku berdengus hampir tertawa, entah apapun alasannya aku tidak perlu merasa peduli lagi karena kali ini aku tidak akan bersikap manja ataupun menginginkan cinta mereka seperti dulu lagi. Terserah mereka saja, aku tidak peduli lagi. Hal yang ku pedulikan sekarang hanyalah kesempatan Ibu dan juga Diana.
Tidak terasa kami sudah sampai di sebuah pintu besar yang di jaga beberapa pria yang berpakaian prajurit dengan kali ini terlihat lebih formal pun langsung memberikan hormat kepada kami berdua dan mereka pun membukakan pintu besar itu sembari menyerukan pengumuman kedatangan kami.
"YANG MULIA PUTRA MAHKOTA CASTOR AELIUS EILIDH, DAN TUAN PUTRI VIVIANE CAMELLIA EILIDH MEMASUKI AULA PESTA!!!!"
Aku pun berjalan masuk bersamaan dengan Putra Mahkota, terlihat seluruh atensi mengarah pada kami, atau lebih tepatnya padaku.
Saat berjalan ke arah Kaisar dan Ibu yang tengah duduk di singgasana mereka, aku bisa merasakan tatapan semua orang yang mengarah padaku. Ugh... Ini sungguh tidak nyaman...
"Kemarilah, Putriku Viviane!" Kata Kaisar dengan senyuman lembut di wajahnya.
Aku pun merasakan genggaman tangan Putra Mahkota yang terlepas dan aku yang berjalan menghampiri Kaisar dan menggenggam tangannya.
Aku memekik kaget saat tiba-tiba saja aku merasakan tubuhku di angkat oleh Kaisar dan ia langsung menggendongku. Hal yang membuatku lebih shock adalah saat Kaisar tiba-tiba mencium sebelah pipiku.
"DI HARI YANG BERBAHAGIA INI, TUJUH TAHUN YANG LALU, PUTRIKU TERLAHIR KE DUNIA ATAS KEHENDAK DEWA! NAMA PUTRIKU VIVI CAMELLIA EILIDH, PUTRI KEKAISARAN EILIDH INI DAN MERUPAKAN GADIS SUCI YANG KETIKA TIBA SAATNYA IA AKAN MENJADI PENGANTIN SANG DEWA MATAHARI!" Seru Kaisar yang membuat semua orang yang ada di pesta itu memberikan hormat padaku.
"""SALAM KAMI KEPADA SANG BULAN KECIL KEKAISARAN EILIDH, TUAN PUTRI SATU-SATUNYA DI KEKAISARAN EILIDH DAN
JUGA GADIS SUCI YANG TERPILIH, TUAN PUTRI VIVIANE CAMELLIA EILIDH"""
Secara serentak mereka mengatakan hal itu, aku bisa merasakan tangan Kaisar yang sedikit mengerat ketika menggendongku ini, reaksinya saat ini membuatku menyeringai diam-diam dalam hati.
Fuh! Sepertinya dia dia tidak senang ketika mendengar kata-kata yang di ucapkan para tamu undangan mengenai 'Putri satu-satunya ' itu, karena faktanya aku bukan Putri satu-satunya di Kekaisaran Eilidh ini karena ada Emira yang masih di sembunyikan di balik bayangan.
Mataku pun menangkap sesosok gadis yang merupakan gadis suci pilihan Dewa Matahari yang sesungguhnya. Ia tampak menundukkan dan memberi hormat seperti yang lainnya namun terlihat tubuhnya yang bergemetar hebat ketakutan.
Aku menyeringai sangat tipis ketika melihatnya, dia yang identitasnya sebagai gadis yang harusnya di persembahkan kepada Dewa Matahari yang ku sembunyikan dari dulu di kehidupanku yang sebelumnya dan juga di kehidupanku sekarang.
Seorang anak perempuan yang berumur sekitar sepuluh tahun dengan rambut berwarna cokelat tua dan mata berwarna hijau kekuningan atau hijau lime.
Dia adalah gadis yang sangat di cintai dan juga merupakan tunangan dari Pangeran kedua, Helios Maxleon Eilidh.
Bella Aelesha Curt, satu-satunya Putri dari Duke Curt.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments