Bab 19. Kembali Kewujud Asli

Untuk sementara waktu Mbah Abun menatap tubuh anaknya yang tidak tertutup sehelai benang pun, seperti sedang memastikan bahwa wanita itu adalah anaknya karena sudah lama dia berpisah dengan Ranti, yang baru pulang berkelana dengan wujud babi ngepetnya.

Setelah diperhatikan agak lama ternyata tubuh Ranti terlihat sangat mengkhawatirkan, badannya terlihat sangat kurus kulitnya sangat pucat, bahkan tulangnya nampak terlihat jelas berbeda dengan yang dulu ketika sebelum pergi dari rumah.

"Kasihan banget kamu, anak kesayangan Abah.....! pasti kamu sangat sengsara, sangat sedih. Pasti hidupmu dipenuhi dengan kesusahan yang tidak ada batasnya, siang malam, tidak bisa terbebas dari belenggu baju jimat. Maafkan Abah cantik, Maafkan Abah.....! karena Ini semua adalah keteledoran Abah." Gumam Mbah Abun sambil berlinang air mata, merasa sedih dengan kondisi anaknya yang sangat memprihatinkan.

Sedangkan Ranti semakin lama dia pun semakin sadar dengan keadaan yang sebenarnya, seperti orang yang baru bangun dari tidur. Suasananya sangat berbeda dari biasa dia merasakan kehangatan, tubuhnya terasa ringan. mata Ranti terus bergerak-gerak memindai ke samping kanan dan kirinya, kemudian dia terduduk menatap ke arah kakinya yang terlihat berbeda, karena biasanya dia tidak bisa melihat bentuk tubuh seperti tubuh manusia.

Terlihatlah dengkul yang menonjolkan tulang, Bahkan dia melihat tubuhnya yang tidak memakai sehelai benang pun membuat dia terperanjat kaget, tidak percaya dengan apa yang dia lihat, dia belum bisa memastikan Apakah dia sedang bermimpi atau memang sudah menjadi kenyataan. dengan segera Ranti pun memejamkan mata memfokuskan pikiran, takut dia sudah pindah alam ke alam langgeng, dengan segera dia pun menggigit jarinya untuk memastikan kenyataan yang sedang dia alami.

"Ya Allah Sekarang aku sedang berada di mana, Aku sudah berubah kembali menjadi manusia. Terima kasih ya Allah, yang maha pengasih dan maha penyayang." ujar Ranti sambil membangkitkan tubuhnya, namun Entah dari mana datangnya tubuhnya terasa diselimuti oleh selimut.

"Apakah kamu sudah sadar anak Abah....!" ujar Bah Abun yang memberikan selimut Dia berbicara dengan suara perlahan bahkan sedikit berbisik.

Mata Ranti pun melirik ke arah datangnya suara, sehingga mata itu beradu tatap dengan wajah Mbah Abun hingga membuat Ranti Lupa Diri. dengan segera dia pun bersimpuh di kaki bapaknya, dia tidak bisa berbicara karena tertahan oleh tangisan yang hendak keluar memenuhi tenggorokan.

Sama seperti Bah Abun yang hanya bisa terdiam seperti orang yang terhipnotis, tidak bisa melakukan apa-apa mulutnya terkunci hanya air mata yang mengembun sebagai rasa bahagia yang memenuhi relung dada. namun lama kelamaan Bendungan air mata itu pecah seketika tidak kuat menahan rasa bahagia, setelah melihat kembali keberadaan anaknya air mata itu mengalir membasahi pipi yang sudah keriput, kemudian jatuh membasahi punggung Ranti yang sedang bersimpuh di bawah kakinya.

Suara isak tangis yang keluar dari dalam kamar terdengar jelas oleh orang-orang yang berada di tengah rumah, bahkan Ambu Yayah terpenjat kaget, tidak sabar ingin melihat anaknya dengan segera dia pun bangkit lalu berjalan mendekat ke arah pintu kamar kemudian mendorong pintu itu, Namun sayang pintu itu dikunci oleh Mbah Abun dari dalam.

Tork! Trok! Trok....!

"Abah Tolong buka pintunya.....!" Panggil Ambu Yayah yang sudah tidak sabar ingin mengetahui keberadaan anaknya.

"Sabar ambu, tunggu sebentar lagi....!" jawab Bah Abun sambil melirik ke arah putrinya.

"Nyai sudah jangan nangis lagi, Ayo bangkit lalu pakai baju yang sudah disediakan.....!" seru Mbah Abun memberikan instruksi.

Ranti tidak menjawab namun Sekarang dia sudah sadar dengan keadaan yang menimpa dirinya, dengan segera dia mengambil baju yang sudah disiapkan oleh Mbah Abun, tanpa berpikir panjang dia pun memakai baju itu lalu mengikat rambutnya ke belakang.

Setelah selesai memakai baju dan merapikan tubuhnya, mata Ranti melirik kembali ke arah bapaknya. rasa haru mulai menyelimuti kembali memenuhi dada, mengingat kejadian yang sudah ia lalui. malam itu, Ranti merasa seperti berada di alam impian, dia merasa bahagia dicampur dengan kesedihan.

"Abah saya mohon maaf, atas segala kesalahan saya....!" ujar Ranti dengan suara Parau.

"Jangankan diminta cantik, nggak diminta pun Abah sudah memaafkan! sebaliknya Abah juga mohon maaf atas keteledoran Abah."

"Abah......., sekarang Ranti ada di mana?" tanya Gadis itu sambil menatap heran ke arah wajah bapaknya.

"Sekarang Nyai berada di rumah Abah dan ini adalah kamar Nyai, yang sudah lama ditinggalkan yang sudah lama kosong, karena tidak ada orang yang menempati."

Mendengar jawaban seperti itu, Ranti mulai kembali memindai area sekitar, melihat-lihat keadaan di sekitar kamar. Setelah lama memindai Dia pun melihat Pakaiannya yang dulu digantung dipaku, belum berubah sama sekali. Sprei dan sarung bantalnya seperti dulu, seperti belum diganti, padahal bukan Belum diganti memang disengaja oleh orang tuanya agar Ranti tidak lupa dengan keadaan rumah.

"Abah cepetan, buka pintunya!" teriak Ambu Yayah sambil terus mengetuk-ngetuk pintu.

"Yeh! dibilangin sabar, sabar....! ya sudah tunggu sebentar, karena sudah selesai." Ketus Mbah Abun sambil bangkit dari tempat duduknya, kemudian dia membuka kunci pintu sehingga pintu pun terbuka dengan lebar.

Ambu Yayah yang sudah tidak sabar dengan segera dia pun masuk ke dalam kamar, setelah melihat anaknya dengan segera dia pun memeluk Ranti dengan begitu erat.

"Nyai......! anak Ambu, anak Emak, anak Ibu.....! selamat datang kembali cantik....!" gumam Ambu Yayah sambil menghujani anaknya dengan air mata.

Ranti yang sudah berubah wujudnya menjadi manusia biasa, dia tidak bisa menjawab perkataan sang Ibu, tenggorokannya terasa kering, tertahan oleh rasa tangis yang memenuhi dada. rasa bahagia dan rasa sedih bercampur menjadi satu, hingga akhirnya mereka pun saling memeluk melepaskan rasa kangen, dibarengi dengan cucuran air mata.

Melihat kejadian yang seperti itu, Mbah Abun dia tidak berani mengganggu, dia hanya menonton sambil menyeka air mata yang membasahi pipi keriputnya, terharu melihat anak dan istrinya bisa berkumpul kembali.

Orang-orang yang berada di tengah rumah, mereka terdiam tanpa sedikitpun mengeluarkan suara, mungkin merasa takut mengganggu dua orang yang sedang saling menumpahkan rasa sayang dan rasa kangen, mereka hanya mendengarkan suara tangis haru dipenuhi Kebahagiaan dari dalam kamar. namun kebanyakan dari orang-orang itu sebenarnya sudah tidak sabar Mereka ingin bertemu dengan Ranti, apalagi Wira yang belum mengetahui sama sekali wajahnya Ranti dengan wujud manusia.

Semilir angin kecil yang masuk dari pintu ruang tamu yang terbuka, menggerakkan Lentera Lentera yang menempel di dinding rumah mbah Abun. suara jangkrik masih Terdengar sangat riu dari samping rumah seperti sedang ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh keluarga Mbah Abun, setelah lama berpisah malam ini mereka bisa kembali berkumpul menjadi keluarga yang utuh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!