Mendengar Jawaban seperti itu Galih pun dengan segera memindahkan ujung golok yang berada di dada ke leher, giginya terdengar kemeretak menahan amarah yang berada di dalam dada, membuat mata Surya Jaya membulat sempurna takut golok itu masuk menusuk lehernya, dengan segera dia pun memundurkan tubuhnya selangkah, namun dengan segera Saiful menendang bokong sang pawang babi itu.
"Jawab.....! kalau kamu tidak menyebutkan nama, tenggorokan kamu akan putus hari ini."
"Silakan saja kalau berani, karena aku tidak takut dengan kematian."
"Gobl0k kamu, Dasar sombong....!" bentak Galih Tapi walau begitu dia tidak berani memuntahkan darah dari kulit Surya Jaya, sehingga golok itu terlihat menjauh dari leher musuhnya, tapi walaupun begitu dia mengalihkan golok ke tangan kirinya lalu.
Plak!
Satu tamparan terkena tepat di wajah Surya Jaya, membuat orang itu membuang wajah tidak kuat menahan tamparan yang begitu keras.
"Satu kali lagi Jang...! biar genap," saran Saiful yang berdiri di belakang Surya Jaya.
"Baik Mang, sebelah kanan apa sebelah kiri?"
"Terserah Ujang saja, hahaha."
Galih pun menarik tangannya ke belakang, Lalu mengalirkan seluruh tenaganya ke telapak tangan, hingga tangan itu melayang.
Plak...!
Tamparan yang kedua kalinya tetap tepat mengenai sasaran, sehingga tubuh Surya Jaya oleng ke arah samping, kepalanya semakin terasa berat, akibat siksaan yang begitu keras. Tapi walau begitu semangat Surya Jaya masih berkobar, tanpa disangka kakinya pun melesat mengarah tubuh Galih.
Bugh!
Aduuuuuh!
Tubuh Galih langsung terjatuh, karena serangan Surya Jaya menghabiskan seluruh kekuatannya, golok yang dipegangnya pun terjatuh entah ke mana. melihat musuhnya sudah terkapar, Surya Jaya merasa di atas angin dengan segera dia berlari hendak menginjak-nginjak leher Galih.
Saipul yang berdiri di belakang Surya Jaya, melihat musuhnya hendak menyerang sahabatnya, dia tidak tinggal diam dengan segera dia melayangkan pukulan ke arah kepala belakang.
Bugh....!
Tinjuan Saipul tepat mengenai sasaran, sehingga membuat tubuh Surya Jaya terdorong ke depan, telinganya terasa mendenging, penglihatannya berkunang-kunang. sebelum dia bisa menguasai keadaan, serangan susulan dirayakan oleh Saipul, tepat mengenai telinganya, hingga tubuh itu tidak kuat lagi menahan beban siksaan yang begitu berat, akhirnya tubuh itu ambruk dengan kepalanya terasa berputar, keadaan sekitar terasa miring, bahkan langit saja terasa mendekat.
"Kurang ajar kamu.....! Sampai berani menyerang dari belakang, dasar maling ban9sat....!"
"Belikat saya terasa sakit Mang, Aduh kurang ajar si sial4n ini, Awas aku sembelih kamu.....!" ujar Galih yang merasa kesal.
Dengan meringis Galih pun membangkitkan tubuh, kemudian mendekat ke arah golok yang tadi terjatuh langsung mendekat ke arah Surya Jaya, ingin melenyapkannya menggunakan golok. tapi akal sehat Saipul masih berjalan sehingga dia pun mengingatkan.
"Jang.....! Jang....! jangan Jang....! jangan sampai berlebihan, Jangan sampai memetik nyawa orang lain. kita harus tetap berpikir jernih, jangan Jang....! jangan di teruskan ini sangat berbahaya," begitulah ujar Saipul membuat Galih menghentikan niatnya, Sebenarnya dia pun masih sadar dia juga takut menanggung akibatnya.
"Harus diapakan orang ini mang?"
"Sumpal mulutnya....! ikat kaki dan tangannya, lalu kita lempar ke jurang biar dia Jera....!"
"Baik Mang, baik.....! setuju kalau seperti itu juga."
Surya Jaya yang sudah tidak berdaya, dia hanya terdiam tanpa bisa berbuat apa-apa. ketika mendengar diskusi kedua musuhnya, hati Surya jaya masih terasa panas, nafsunya masih berkobar, bara di dalam dada tapi apa daya tangan Tak Sampai mau melawan dia tidak berdaya. badannya terasa sangat sakit, tenaganya sudah terkuras sudah tidak ada kemampuan untuk melawan.
Uuuu...! uuuuuu! uuuu....!
Tak menunggu lama, Surya Jaya pun sudah tidak bisa berbicara karena mulutnya sudah disumpali dedaunan oleh Galih. kemudian tangan dan kakinya diikat menggunakan ikatan sarung golok miliknya, ditambah dengan ikat pinggang bahkan ikat kepalanya pun dibuka untuk memperkuat ikatan yang berada di tangan.
Setelah semuanya beres, Surya Jaya pun disuruh duduk di tepian jalan, wajahnya ditatap oleh Galih dengan begitu lekat. sementara waktu keadaan di tempat itu terlihat sangat sepi, hingga akhirnya memori otak mereka bisa bekerja, karena mungkin mereka bisa berpikir dengan tenang.
Kejadian yang sudah berlalu mulai diputar kembali oleh memori otak Galih, hingga akhirnya dia pun mengingat ke kejadian yang berlangsung di cipelang, bahkan dia pun mengingat kembali ketika dia mencuri babi ketika di kampung cisarua. Akhirnya dia pun ingat bahwa manusia yang disiksa olehnya adalah Surya Jaya, pakar babi yang sudah tersohor dari kampung cipelang.
"Oh saya ingat sekarang Mang, ternyata orang ini adalah si Surya Jaya....!" ujar Galih sambil mendelik ke arah Saipul.
"Ah, yang benar Jang....!"
"Iya mang....! coba Mamang perhatikan saja lebih teliti dan ingat-ingat kembali ketika kita menonton pertunjukan pemilik sirkus babi. kalau Mamang sadar bahwa orang inilah orang yang menjadi pawangnya, lihat saja wajahnya yang sebelah kiri terlihat ada goresan luka."
"Halah....! Iya benar Jang, Kenapa kita baru sadar sekarang. Coba tanya yang benar.....! Apakah benar orang ini adalah Surya Jaya," jawab Saiful sambil menatap ke arah pawang babi diakhiri dengan pertanyaan. tapi sayang Surya Jaya tidak menjawab, karena mulutnya disumpali oleh dedaunan.
"Ah, Biarkan saja Mang....! jangan sampai banyak bertanya, karena tidak akan ada gunanya. sekarang kita lemparkan saja ke rumpun tebu timbarau, takut ada orang lain yang mengetahui. karena saya sudah yakin bahwa orang ini adalah si Surya Jaya, orang yang dulu pernah menyiksa saya," ujar Galih yang masih memiliki dendam ketika dia dikejar-kejar oleh anak buah Surya Jaya.
Tanpa ada pembicaraan lagi, setelah tenaga mereka terkumpul kembali. akhirnya tubuh Surya Jaya yang sudah tidak berjaya lagi, Galih dan Saiful Gotong lalu dilemparkan ke rumpun tebu, beruntung di bawahnya tidak ada batu, sehingga tubuh Surya Jaya tidak terlalu merasakan sakit.
Surya Jaya tidak bisa bergerak dengan leluasa, karena kaki dan tangannya diikat mulutnya disumpel menggunakan dedaunan. sedangkan Galih dan Saiful setelah membuang tubuh Surya Jaya, dia pun dengan segera menghampiri babi yang diikatkan ke pohon.
Ranti tidak banyak bergerak. dari tadi dia hanya tengkurap sambil memperhatikan orang yang sedang bertarung, dari sudut matanya terus mengalir cairan bening sambil mengumpat di dalam hati. di satu sisi dia merasakan kebahagiaan ketika bertemu dengan mantan pacarnya, tapi setelah memperhatikan apa yang Galih lakukan, rasa yang dulu pernah menghiasi hatinya, sekarang sirna seketika berubah menjadi benci.
Ranti baru tahu bahwa sikap Galih sangat kejam dan sangat egois, dia sampai tega menghilangkan kebebasan orang lain, hanya untuk mencapai tujuannya. Ditambah sekarang hati Ranti sudah ada yang mengisi yaitu Pemuda yang selalu setia menemaninya, meski banyak kekurangan tapi pengorbanannya, kesetiaannya, membuat Ranti sampai bertekuk lutut di hadapannya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments