BAB 10. ZUHRI Turun Tangan

"Mang, Mang....! Mamang tidak apa-apa?" tanya Wira sambil menyangga tubuh Surya Jaya agar bisa duduk.

"Wira tolong Mamang Wira.....! kenapa kejadiannya sampai seperti ini, Aduh, alah, aduh.....!" jawab Surya Jaya yang terlihat sangat mengkhawatirkan.

"Jangan menyerah Mang, Mamang harus kuat, nih gunakan golok saya!" ujar Wira sambil mengeluarkan golok dari pinggangnya.

Mendengar saran dari keponakannya, mata Surya Jaya yang awalnya tertutup terbelalak seketika, seperti mendapat kekuatan yang masuk ke dalam tubuh bak menemukan Oasis di tengah gurun pasir. tanpa berpikir panjang dia mengambil golok yang diberikan oleh Wira.

Surya Jaya pun bangkit, matanya yang membulat sempurna memindai area sekitar kemudian dia pun menyerang membabi buta semua orang yang berada di situ.

Waduuuh.....!

Teriak salah seorang pemuda yang terkena sabetan golok Surya Jaya, dari lengannya keluar darah yang berceceran ke mana-mana, membuat kepanikan orang-orang yang berada di situ. Surya Jaya mengamuk, menirukan babi bayangan, akibat rasa marah yang sudah memenuhi relung jiwanya, amarah yang tidak bisa terkontrol lagi, sehingga dia tidak bisa mengontrol emosinya.

"Mang, mang, ini bagaimana Mang?" ujar Daus yang terlihat gugup, Bahkan dia pun mundur beberapa langkah. dia tidak berani melawan Surya Jaya yang terlihat sangat mengerikan.

Mendapat pertanyaan seperti itu, Zuhri tidak terlihat gugup dia melirik ke arah Bah Abun yang masih berdiri di ambang pintu sambil terperanga kaget melihat kejadian yang sangat mengerikan. Bagaimana tidak mengerikan yang awalnya orang-orang terdengar bersorak-sorai, sekarang berganti dengan teriakan-teriakan histeris, teriakan-teriakan meminta tolong akibat terkena sabetan serangan Surya Jaya, Dibarengi dengan suara tangis anak kecil dan perempuan.

"Abah jangan melamun seperti itu, cepat masukkan babi itu ke dalam rumah, biarkan orang gil4 itu saya hadapi," ujar Zuhri mengingatkan.

"Iya benar, benar Mang...! biarkan Abah akan membawa babi ini ke dalam, kita amankan terlebih dahulu." Jawab Bah Abun sambil turun dari rumah kemudian mendekat ke arah orang yang sedang menggotong babi.

"Sudah, abah di dalam saja, biarkan saya aja yang membawa babi ini." tahan Daus yang merasa kasihan, atau mungkin sedang mencari perhatian dari calon mertuanya.

"Ya sudah, ayo bawa Jang. nanti terkena serangan si gil4 itu."

"Baik bah,"

Akhirnya kedua pemuda yang menggotong yang dikomandoi oleh Daus. untuk membawa babi hasil rampasan masuk ke dalam rumah Mbah Abun, bahkan Daus tidak hanya diam dia pun ikut membantu, agar Ranti dalam wujud Babi ngepetnya bisa aman dari keributan.

Melihat kegetiran yang sangat memilukan, tidak kuat menahan cobaan yang iya alami, seharusnya Ranti bisa bahagia karena sudah kembali lagi ke rumahnya, Tapi melihat kejadian yang sangat mengerikan, dia pun tidak kuat menahan, hingga akhirnya dia tak sadarkan diri.

"Jang Daus Tolong amankan dulu orang gil4 itu! biarkan makhluk Ini Abah yang menjaga."

"Siap?" Jawab Daus dengan sergap kemudian dia pun keluar dari rumah.

Setelah sampai di luar rumah, Daus melihat keadaan semakin kacau balau, karena Surya Jaya menyerang warga Kampung Ciandam dengan membabi buta, sudah tidak memilih lawan, siapa saja yang dekat dia akan menyerang.

"Dasar gil4, kalau dibiarkan. bisa-bisa ini akan berbahaya buat keamanan kampung," ujar Daus sambil mengeluarkan golok yang ada di pinggangnya.

"Sudah...! jang Daus jangan ikut campur, biarkan Mamang saja yang menghadapi," ujar Zuhri menahan, kemudian dia pun mengambil bambu yang biasa digunakan untuk menjemur pakaian.

"Pinjam dulu goloknya Jang" pinta Zuhri sambil melirik ke arah Daus yang tetap Sigap, dipenuhi dengan kewaspadaan.

Dengan segera Daus pun memberikan golok yang dipegangnya, tanpa berpikir panjang Zuhri pun memotong bambu itu, kira-kira berukuran tiga meter. dia mengambil ke bagian pangkalnya, mungkin agar lebih kuat. setelah bambu itu terpotong, Zuhri pun mengembalikan kembali golok yang dipinjamnya.

"Mundur...., mundur....., mundur....!" teriak Zuhri memberi komando, dia takut kalau semakin banyak orang yang akan terluka, karena ganasnya serangan Surya Jaya dan wira yang sedang mengamuk.

Mendengar komando seperti itu, para warga pun terlihat berhamburan menyelamatkan diri. tapi masih ada orang-orang yang pemberani, sehingga mereka masih tetap berada di gelanggang pertarungan.

"Mundur.....! mundur.....! Biarkan saya saja yang menghadapi orang gil4 ini....," teriak Saipul sambil loncat ke pekalangan tarung, kemudian dia mendekat ke arah Surya Jaya yang terlihat sangat beringas, matanya terlihat membulat mengeluarkan cahaya, menatap ke arah zuhri.

"Mampus kau set4n....!" teriak Surya Jaya seperti orang yang sudah kehilangan akal sehat, dia mulai maju untuk menyerang Zuhri. namun Zuhri tidak tinggal diam, dia menggunakan bambu yang dipegangnya untuk membendung serangan musuh.

Dengan segera Zuhri pun menyambut serangan Surya Jaya dengan memukulkan bambu yang mengarah ke arah dahi musuhnya, tapi kilatan bambu itu ditahan menggunakan golok, sehingga bambu pun patah akibat kencangnya serangan atau mungkin tajamnya sang golok.

"Hahaha....," Surya Jaya pun tertawa mengejek kemudian dia melancarkan serangan mengarah leher Zuhri, namun dengan cepat Zuhri menahan serangan itu menggunakan bambu, hingga akhirnya bambu pun terpotong kembali.

Melihat pamannya berada di atas angin, keberanian Wira pun mulai timbul, hingga dia mulai menyerang Zuhri menggunakan tangan kosong membantu pamannya. pertarungan tak seimbang pun akhirnya tak terelakan, dua lawan satu disaksikan oleh warga Kampung Ciandam yang memadati area halaman rumah Bah Abun.

Sambil menghindari serangan musuh, Zuhri terus berpikir bagaimana mencari cara agar dia bisa melumpuhkan kedua musuhnya. karena kalau menyerang menggunakan bambu, kemudian diadukan dengan golok itu sangat tidak memungkinkan, bisa-bisa senjata yang ada di tangannya Habis tak tersisa, terpotong oleh tajamnya golok yang ada di tangan Surya Jaya.

Zuhri yang masih tetap tenang, meski dikeroyok oleh dua orang. seketika dia melihat ada celah untuk melancarkan serangan, karena sabetan golok yang dilancarkan oleh Surya Jaya bisa ia hindari, meninggalkan pergelangan tangannya yang terlihat sangat empuk. tanpa membuang waktu Zuhri pun memukul pergelangan itu, menggunakan sisa bambu yang masih ada di tangannya.

Bugh!

"Wala......! dasar sial4n!"

Desis Surya Jaya sambil memegangi pergelangan tangannya yang terasa Mau patah, golok yang dipegangnya pun jatuh ke dekat warga, hingga dengan cepat golok itu diambil untuk diamankan, agar tidak terjadi bahaya Pati yang lebih menyeramkan.

Melihat Surya Jaya dan wira sudah terdesak, karena senjata satu-satunya yang menjadi andalan sudah hilang. membuat para pemuda Kampung Ciandam keberaniannya timbul kembali.

"Serang....!" teriak Daus memberi komando. hingga akhirnya para pemuda pun loncat menyerbu ke arah Wira. Tak Bisa dihindarkan tubuh pemuda itu dikeroyok oleh banyak orang, ada yang memukul kepala, ada yang memukul lengan, ada juga yang menonjok wajah, sehingga lama-kelamaan tubuh Wira pun ambruk tak sadarkan diri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!