Bab 11. Surya Jaya Nyerah

Melihat keponakannya sudah ambruk, keberanian Surya Jaya pun mulai hilang Takut melihat gerombolan musuh yang begitu banyak. apalagi ketika dia menatap ke arah Mang Zuhri yang matanya terlihat memancarkan cahaya, mengandung sorot mata yang penuh ancaman dan penuh Wibawa.

"Hai sial4n....! kalau tidak ingin diteruskan, Berhentilah membuat onar. tapi kalau ingin mampus, Ayo maju lagi....!" tantang Zuhri sambil tetap memegangi bambu yang tinggal satu setengah meter.

Surya Jaya tidak menyahuti, namun dia merasakan kegetiran mendapat tantangan seperti itu, matanya menatap ke arah Wira yang sudah terkapar lemas di halaman rumah, dijadikan tontonan oleh para musuhnya. entah Bagaimana kondisinya apa Wira masih hidup atau sudah tidak bernyawa, karena dia tidak bisa memastikan, jangankan untuk menolong keponakannya, menolong dirinya sendiri pun dia tidak mampu.

"Ampun, ampun, ampun.....!" ujar Surya Jaya sambil merapatkan tangannya di depan dada, suaranya terdengar terputus-putus akibat rasa takut yang memenuhi jiwa, karena senjata satu-satunya yang diandalkan sudah tidak ada lagi di tangannya.

"Beneran...., minta ampun?" tanya Mang Zuhri sambil tetap menatap wajah musuhnya.

"Iya benar, ampun....! saya nyerah, Saya tidak akan berani lagi untuk melawan. Tapi saya ada satu permintaan, tolong kembalikan babi saya, karena itu adalah hak saya." jawab Surya Jaya.

"Hahaha, itu masalah Gampang, itu bisa dimusyawarahkan tidak harus berbicara dengan menggunakan senjata, karena nanti juga akan ketahuan babi itu milik siapa sebenarnya." jawab Zuhri sambil menurunkan bambu yang digunakan sebagai senjata, pangkalnya mengenai tanah sedangkan pucuknya mengacung berdiri ke atas.

Mendengar penjelasan dari musuhnya, Surya Jaya terdiam tanpa membalas ucapannya lagi, karena untuk melawan dia sudah tidak memiliki keberanian. Akhirnya suasana pun menjadi Hening kembali, seperti tidak terjadi kejadian yang sangat getir karena pengacaunya sudah ditaklukan.

Awas! awas! awas!

Teriak salah seorang laki-laki yang baru datang, Dia terlihat menyela nyela barisan orang-orang yang sedang memadati halaman rumah mbah Abun. setelah diperhatikan ternyata itu adalah Galih dan Saiful yang baru saja sampai ke tempat itu. dengan segera dia pun menghampiri Zuhri yang masih berdiri memegang tongkat.

"Mang Zuhri, Mang......! tolong saya Mang! saya mendapat kecelakaan. babi yang sudah sah menjadi milik saya ada yang merebut, kalau tidak ada keberuntungan mungkin saya tinggal nama, dibunuh oleh orang yang sangat kejam. Tolong saya Mang, dikemanakan babi saya?" ujar Galih tiba-tiba berteriak seperti itu, membuat Mang Zuhri menatap heran ke arah orang yang baru datang.

"Bentar, bentar...! ini bagaimana ceritanya, Mamang pusing nih!" Jawab Mang Zuhri sambil membagi tatap antara Galih dan Surya Jaya, karena orang yang tadi sudah menyerah ketika melihat Galih datang dia membulatkan mata.

"Setan alas.....! Kamu yang kejam Sampai berani mencuri babi orang lain, Dasar haram jadah...! dasar maling kurang ajar....!" bentak Surya Jaya yang terlihat matanya menyala tersinari oleh Sinar obor, karena dia sudah hafal dengan wajah Galih orang yang tadi siang menyiksanya.

"Eh ternyata ada Surya Jaya di sini. sekarang saya ngerti Pasti orang ini yang mencuri babi saya, Dasar kurang ajar...! sekarang tidak akan ada lagi kata maaf," jawab Galih yang membalas tatapan Surya Jaya, dia merasa kesal mendapat tuduhan seperti itu. Dia merasa bahwa Surya Jayalah yang mencuri babinya.

Tanpa membuang waktu, Galih pun menyerang Surya Jaya dengan cara menabraknya, hingga tubuh pawang babi itu terjungkal ke belakang. dengan segera Galih naik ke atas badannya, menahan dada Surya Jaya menggunakan dengkul, sedangkan lehernya dicekik menggunakan sikut.

Mendapat Serangan yang begitu mendadak, Surya Jaya tidak bisa mengelak, tangannya terlihat gelagapan seperti mencari pegangan. namun Galih tidak melepaskan genggaman tangannya, karena amarah yang sudah memenuhi jiwa.

Melihat kejadian yang mengerikan seperti itu dengan segera Zuhri pun mendekat ke arah Galih, lalu menarik tubuh pemuda yang berada di atas badan Surya Jaya.

"Sudah, Sudah, hentikan......! Sabar, sabar...! kita bisa bicarakan ini dengan baik-baik, jangan sampai kelewatan. Ayo lepaskan jang Galih!" pinta Zuhri menenangkan pemuda yang sedang mengamuk.

Saipul yang sejak dari tadi hanya terdiam memperhatikan, melihat Galih ditarik seperti itu amarahnya pun bangkit kembali, dengan segera dia menyerang tubuh Zuhri lalu menghapit lehernya dari belakang, sehingga tubuh itu tertarik kepalanya mendongak.

Tangan Zuhri gelagapan seperti meminta tolong. melihat kejadian yang semakin mengerikan, para warga Kampung pun tidak tinggal diam, mereka berbondong-bondong menarik tubuh Saipul agar melepaskan cekikannya. ada yang menarik rambut, ada yang memukul, ada yang menendang. sehingga membuat tubuh Saipul yang awalnya sudah lemah semakin lemah, Akhirnya dia pun melepaskan genggaman tangannya yang berada di leher Zuhri.

Setelah cekikannya terlepas, dia pun terus dihajar habis-habisan oleh masa, ada yang menghajar kepala, ada yang menghajar leher, Ada pula yang menendang punggung. hingga lama-kelamaan Saipul pun ambruk tak sadarkan diri, tidak kuat menahan beban siksaan yang begitu berat.

Begitu juga dengan Galih nasibnya tidak jauh berbeda dengan Saiful, dia ditarik oleh warga agar melepaskan siksaannya terhadap Surya Jaya, hingga tubuh pemuda itu bisa dijauhkan. Namun sayang Surya Jaya yang sudah lama disiksa, tidak mampu bangkit lagi dia terlentang menikmati rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya. Nafasnya terlihat sangat lemah bahkan dia bisa tidak bergerak sedikitpun.

Suasana malam itu semakin terasa Genting, Awalnya terdengar suara-suara kemenangan. namun sekarang terdengar jeritan-jeritan histeris dari para wanita yang menyaksikan kegetiran malam itu, bagaimana tidak getir sudah ada tiga orang yang terlentang dan belum diketahui keberadaannya. Apakah mereka masih bernyawa atau hanya tinggal raga.

Zuhri yang sudah terbebas dari cekikan Saipul dia pun bangkit sambil memegangi lehernya yang terasa sakit, kalau tidak segera ditolong Mungkin dia akan bernasib sama seperti Surya Jaya. nafasnya terlihat memburu, wajahnya terlihat pucat pasi mungkin merasa was-was dengan apa yang baru saja dia alami. Akhirnya Zuhri pun melirik ke arah Mbah Abun yang sejak dari tadi berdiri di ambang pintu, seolah meminta pertolongan agar semuanya cepat berakhir.

"Sudah, sudah, jangan diteruskan....! tolong hentikan semuanya, yang mempunyai peran utama Ayo masuk ke dalam dan yang terluka tolong obati, jangan sampai pertarungan ini dilanjutkan, nanti akan bertambah lagi korban!" teriak Bah Abun dengan suara lantang, sehingga semua orang yang berada di halaman rumah melirik ke arah datangnya suara.

Mendengar permintaan dari penyelenggara sayembara, orang-orang pun terdiam seolah mengerti dengan apa yang disampaikan oleh Mbah Abun. begitupun juga dengan Zuhri dia pun berbicara sama Galih dan Daus.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!