"Jang Galih, Jang Daus, Ayo kita masuk dulu ke dalam, kita bermusyawarah menggunakan kepala dingin, biar tidak ada keributan lagi dan tolong orang-orang yang terluka Sekalian bawa ke dalam, kita obati bersama." Pinta Juhri yang membagi tatap ke arah kedua pemuda kampungnya.
"Baik, Siap Mang....!" jawab Daus kemudian dia pun meminta bantuan sama teman-temannya untuk menggotong orang yang pingsan.
Surya Jaya, Wira dan Saipul. mereka bertiga di Gotong dibawa ke dalam rumah, diikuti oleh Daus disusul oleh Galih. sedangkan orang-orang yang lain Mereka terus memadati halaman rumah Mbah Abun, sambil bercerita tentang kejadian yang baru saja mereka alami dan mereka lihat.
Keadaan malam semakin lama semakin larut, namun itu tidak menurunkan antusias para warga untuk menyaksikan kelanjutan sayembara yang sudah berhasil, hanya tinggal menentukan siapa pemenangnya. suara jangkrik dan suara anjing tanah tidak terlalu terdengar, karena terkalahkan oleh suara orang yang sedang mengobrol.
Mbah Abun, Sebagai pihak penyelenggara sayembara dia terduduk dengan wajah yang lesu, di hadapannya ada tiga orang manusia yang sedang berbaring tanpa bergerak sedikitpun, hanya terlihat sedikit hembusan nafas. ketiga orang itu tidak sadarkan diri, akibat menerima siksaan yang terlalu berat, akibat bertarung memperebutkan untuk menentukan pemenang sayembara babi ngepet. begitu juga Zuhri yang terlihat diam berpikir mencari cara bagaimana cara menyelesaikan masalah yang sedang Mbah Abun hadapi.
Ranti yang berada di ruang tengah, dia ditemani oleh ibunya yang bernama ambu yayah. sama dia juga tidak bergerak sedikit pun, Ranti pingsan akibat tidak kuat menahan tekanan batin yang menimpanya.
Suasana di dalam rumah mbah Abun Meski banyak orang tapi tidak terdengar satu orang pun yang berbicara. mereka terlarut dalam khayalan dan pikiran masing-masing, mencari cara agar semua masalah ini bisa diselesaikan. Mbah Abun dia menatap ke arah Daus, kemudian ke arah Galih, dilanjutkan dengan menatap tiga orang yang terbaring pingsan di hadapannya, hingga akhirnya tatapan itu berhenti di Mang Zuhri.
"Mang Zuhri.....!" Panggil Mbah Abun dengan suara pelan, akibat tekanan yang dia rasakan sekarang. Mbah Abun tidak menyangka kalau Apa yang dia lakukan bisa menjadi kengerian seperti sekarang.
"Yah, ada apa bah?" jawab Zuhri sambil manggut.
"Abah sekarang sedang diliputi kebingungan yang tidak Berujung, harus dengan cara apa Abah mengungkapkan semua Isi hati Abah. di satu sisi Abah merasa bahagia, di satu sisi lain Abah merasa sedih, terharu, ditambah banyak ketakutan. Abah memang orang yang lemah, batin Abah tidak kuat menerima cobaan seberat ini, tidak seperti batin orang-orang lain. Abah sangat Berat Menerima kenyataan pahit seperti sekarang karena kebahagiaan datang berbarengan dengan rasa bingung, rasa susah ditambah rasa takut. Abah bahagia karena keinginan Abah sudah bisa tercapai, soalnya salah satu peserta sayembara ada yang berhasil menyetorkan babi sesuai yang diminta oleh Abah."
"Iya Terus bagaimana bah?" tanggap Zuhri yang tetap menatap orang tua yang berada di hadapannya.
"Namun sayang datangnya babi itu dibarengi dengan ketakutan, karena Abah sudah bisa menerka-nerka ke kejadian depannya. sudah pasti kejadiannya akan lebih mengerikan dari kejadian yang sekarang, akan lebih ribut sehingga membuat Abah susah menentukan pemenangnya. karena Abah sudah berjanji bagi Siapa orang yang bisa mengantarkan babi yang memiliki anting, maka Abah akan memberikan hadiah yang luar biasa banyak. padi sekamar, uang sekarung dan kambing sekandang. tapi seperti yang sudah kita saksikan buah dari sayembara yang Abah buat sudah menimbulkan pertengkaran, berebut saling memamerkan kekuatan tubuh, saling memamerkan keberanian, sampai lupa dengan tata krama, sampai lupa dengan sopan santun, bahkan sampai lupa dengan teman dan saudara. Nah inilah yang membuat Abah khawatir, soalnya Abah lah yang menjadi cikal bakal keributan ini dan sudah pasti tanggung jawabnya pula Abah yang harus menanggung."
"Benar, benar......! terus bagaimana Abah?" sahut Zuhri yang tetap Sigap memperhatikan pembicaraan tuan rumah.
"Abah sekarang merasa bingung, Abah harus bagaimana cara menghadapi orang-orang yang seperti ini?" Ujar Mbah Abun yang mengungkapkan kegelisahan hati, matanya terus memindai ke arah Surya Jaya, Wira dan Saipul yang masih belum sadarkan diri, menjadi korban dari perebutan babi ngepet yang di sayembarakan.
Mendengar pertanyaan dari Mbah Abun, Zuhri dan orang-orang yang berada di dalam rumah mereka terdiam tidak ada yang sanggup untuk memberikan jawaban dari kesusahan tuan rumah, sehingga lama-kelamaan Mbah Abun pun berbicara kembali.
"Nah sekarang sebelum menyelesaikan kepentingan pribadi, abah mau menyelesaikan dulu orang-orang yang tidak sadarkan diri, karena Abah takut dimintai pertanggungjawaban. tapi meski begitu Abah meminta tolong sama Jang Zuhri, kira-kira Abah harus bagaimana?"
"Abah saya juga merasa bingung, soalnya benar apa yang dikatakan oleh Abah. masalah ini seperti Benang Kusut yang tidak diketahui ujungnya, sehingga membuat mumet pikiran." sahut Mang Zuhri memberikan pendapat.
"Iya begitulah kenyataannya Mang Zuhri, kira-kira Mamang punya jalan keluar tidak dari masalah yang sedang Abah hadapi, Abah merasa bingung, Abah merasa susah.....," pinta Mbah Abun sambil menatap sayu ke arah orang yang duduk di hadapannya.
"Abah gak usah bingung, Abah nggak usah susah, karena kita tidak memiliki niat jahat."
"Yah terusnya Bagaimana Jang?" tanya Bah Abun seolah tidak sabar.
"Sekarang kita tolong terlebih dahulu orang yang pingsan, kalau sudah sadar, kita periksa satu persatu orang yang terlibat. kita cari tahu bagaimana awal kejadiannya, sampai bisa seperti ini. Nah kalau sudah diketahui akar permasalahannya, maka kita tidak akan susah menyelesaikan masalahnya." jawab Zuhri memberikan saran.
"Oh begitu, Bagus kalau begitu! ya sudah Mang Zuhri jangan tanggung berbela, Mang Zuhri harus berpikir lagi Bagaimana cara menolong ketiga orang yang sedang pingsan!"
"Begini saja Bah! sekarang kita susul saja aki Tardi, kita minta pertolongannya untuk menolong orang-orang yang tak sadarkan diri." jawab Zuhri sambil melirik ke arah salah seorang pemuda yang ikut masuk ke dalam rumah mbah Abun.
Tanpa disuruh dua kali, pemuda itu pun bangkit kemudian keluar dari rumah untuk menjalankan tugas menyusul aki Tardi ke rumahnya.
Kebetulan orang yang disusul berada di halaman rumah mbah Abun, bahkan sepuh itu sedang mengobrol dengan orang lain membicarakan kejadian yang baru saja terjadi.
"Aki dipanggil oleh Mbah Abun," ujar pemuda itu ketika sudah sampai di hadapan aki Tardi.
"Ada apa Jang?" tanya kakek-kakek itu sambil menghentikan obrolannya, matanya menatap heran ke arah pemuda yang sedang berdiri.
"Kurang tahu aki, Coba saja temui langsung, ayo....!" ajak pemuda itu sambil berjalan duluan masuk kembali ke rumah Mbah Abun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments