Bab 7. Pertolongan Daus

Daus tidak membuang waktu, dengan segera dia pun menghampiri teman-temannya yang sedang berkumpul di teras rumah Zuhri. kemudian mereka bermusyawarah secara tergesa-gesa, hingga tak lama mereka pun mendapat keputusan bahwa mereka akan bersama-sama membantu kesusahan Wira, bahkan Zuhri saja terlihat mengikuti karena dia merasa penasaran, ingin mengetahui apa saja yang akan terjadi.

Semua orang yang berada di rumah Zuhri, akhirnya berangkat mengikuti Wira menuju ke warung untuk menemui Surya Jaya. setelah sampai orang yang ditemui pun terlihat terkejut, karena melihat orang yang akan membantu sangat banyak membuat sang pawang babi itu, merasa bingung bagaimana cara menghadapinya. Setelah dia bertemu dengan Wira dia pun menyanggah dengan Apa yang dilakukan oleh keponakannya seolah tidak setuju dengan semua yang sudah terjadi.

"Wira apa-apaan ini, apa ini nggak salah?"

"Tenang Mang, Semuanya bisa diatur. pokoknya yang terpenting babi itu bisa kembali ke tangan kita."

"Iya, tapi bagaimana cara mengakalinya, nanti kita yang rugi."

"Jangan ragu dan jangan bimbang Mang, sekarang mendingan kita Cegat orang yang membawa babi, biar cepat pula kita bisa merebutnya kembali."

Surya Jaya tidak terlalu bebas berbicara, karena Daus bersama teman-temannya terlihat mendekat, bahkan Zuhri pun menghampiri.

"Bagaimana ini ceritanya, di mana maling babi itu?" tanya zuhri wajahnya dipenuhi dengan rasa penasaran.

"Masih di jalan bapak, sebentar kita tunggu dulu jangan dicegat sekarang, kita tunggu saja. Maksudnya kita tunggu sampai agak gelap. agar musuh kita kehilangan konsentrasi," jawab Wira yang mengajak beristirahat terlebih dahulu sampai menunggu waktu agak gelap.

Tidak ada penolakan atas keinginan Surya Jaya dari orang-orang yang dimintai pertolongan, Mereka terlihat duduk di sekeliling warung. ada yang duduk di bangku panjang, ada juga yang duduk di Batu, Ada juga yang memeluk dengkul di samping warung, mereka terlihat sangat santai.

Sambil menunggu waktu gelap, Surya Jaya terlihat mengobrol dengan Zuhri, disaksikan oleh Daus dan Wira ditambah orang-orang yang lainnya.

Sedangkan keadaan waktu itu, tidak terasa melaju dengan cepat, tahu-tahu saju sudah gelap tidak ada Lembayung senja yang terlihat, karena keadaan langit yang dipenuhi oleh awan hitam, sehingga waktu pun langsung gelap. suara jangkrik jangkrik Terdengar sangat riang, saling sahut menyahuti dengan yang lainnya.

"Ayo kita berangkat, Kayaknya waktunya sudah tepat....!" ujar Surya Jaya sambil bangkit, kemudian dia pun membayar makanan yang ia makan.

Setelah semuanya dirasa rapi, akhirnya gerombolan orang pun berjalan mengikuti Surya Jaya dan wira dengan membawa maksud dan tujuan ingin Memburu orang yang membawa babi, mau merebut kembali hak Surya Jaya. sehingga Tak ayal lagi suasana kampung Ciandam menjadi gempar seketika, tua, muda, anak-anak dan orang dewasa terlihat sibuk ingin menyaksikan penangkapan itu. soalnya berita mulut ke mulut dengan cepat menyebar, sehingga hampir seluruh kampung mengetahui.

Rombongan orang-orang yang mau menyambut kedatangan sang babi, membuat orang-orang yang berada di rumah merasa penasaran. laki-laki yang sehat, mereka merasa penasaran hingga akhirnya mereka pun ikut masuk ke dalam rombongan. wanita dan anak-anak kecil terlihat memenuhi samping kanan kiri jalan, sambil bercerita tentang kejadian yang sedang terjadi, sehingga akhirnya berita itu sampai juga ke rumah mbah Abun.

"Abah...., apa abah mendengar berita, kalau sudah ada orang yang bisa menangkap babi. terus kita harus bagaimana, apa kita mau diam saja seperti ini?" tanya Ambu Yayah sambil menepuk dengkul suaminya yang sedang duduk di atas kursi mengantar lamunan, karena semenjak anaknya menghilang Mbah Abun terlihat sering terdiam

"Apa Ambu, kalau berbicara itu suka tidak jelas." jawab Mbah Abun sambil melirik, sorot matanya terlihat layu seperti tidak ada semangat dalam hidupnya, bak bunga yang sudah layu tak disiram.

"Lah, lah, orang lain terlihat sangat sibuk, Abah malah melamun...., lihat orang lain yang sedang digemparkan dengan orang yang membawa babi mau menemui kita, mau menyetorkannya ke abah."

"Wah.....! Apa benar itu?"

"Benar atau tidaknya, Ambu juga tidak tahu. makanya cepat bangun dan sambut orang yang membawa babi itu, takut berita itu benar adanya."

"Ah, ngapain Kita harus sampai pergi-pergi segala, karena nanti juga akan datang ke sini dengan sendirinya. mendingan sekarang Ambu sediakan baju si Nyai, sediakan degan, kelapa hijau, cerutu, menyan, kolak-kolak yang manis dan cobek lele."

"Lah, kalau begitu harus menyuruh orang lain, karena Ambu tidak bisa naik ke pohon kelapa untuk memetik degan, ditambah suka susah kalau dalam keadaan malam seperti ini."

"Jangan banyak alasan, sediakan saja yang Ambu bisa sediakan, nanti kalau ada kekurangan, biar Abah yang akan melengkapi.

"Ya sudah ayo....! bangkit jangan diam terus."

"Mau, ini juga."

Akhirnya pasangan suami istri itu terlihat disibukan dengan menyediakan Sajen penyambutan sang babi ngepet. walaupun sebenarnya Ambu Yayah belum mengerti untuk apa sajen itu dibuat, tapi dia tidak berani menyanggah keinginan suaminya, karena tidak mungkin Mbah Abun menyuruh membuat sejen, Kalau tidak ada maksud dan tujuannya.

Ambu Yayah menyediakan sajen-sajen yang biasa ia siapkan, sedangkan Mbah Abun dengan terpaksa, dia menaiki pohon kelapa yang pendek untuk mengambil degan, dia tidak memperdulikan licinnya pohon itu, tidak memperdulikan gelapnya waktu itu, Pokoknya dia harus mendapat degan waktu itu juga. hingga akhirnya semua sajen pun selesai dibuat. tinggal cobek lele yang belum ada, dengan segera bah Abun mengambil keranjang ayam yang sudah usang, kemudian dia pun terjun ke kolam untuk menangkap ikan lele buat dijadikan cobek.

Ambu Yayah dan Mbah Abun mereka terus disibukkan dengan menyiapkan Sajen untuk menyambut anaknya yang sudah lama tidak pulang. sedangkan Surya Jaya bersama warga Kampung Ciandam mereka sudah sampai di pinggir Kampung, Kemudian mereka pun berhenti lalu berpencar mencari tempat bersembunyi, karena sudah diatur oleh Surya Jaya agar mereka tidak terlihat oleh orang lain.

Keadaan pun Hening seketika, tidak ada suara orang yang terdengar. yang ada hanya suara jangkrik yang disauti oleh suara kodok dan katak, nyamuk dan lalat terlihat saling menyerang mengganggu keimanan orang yang sedang mengintip, mungkin kedua makhluk itu merasa bahagia, karena diantarkan makanan yang sangat lezat.

Sedangkan orang yang sedang diintip, mereka tidak memiliki rasa curiga sedikitpun, yang ada hanya kebahagiaan karena keadaan Kampung Ciandam terlihat sangat sepi, tidak menyangka ada orang yang mengintip di samping kanan kiri jalan.

Galih dan Saipul tidak memperdulikan rasa capek, kedua orang itu terlihat berjalan dengan santai, sambil menggotong babi yang berada di dalam pikulann, peluh yang bercucur tidak membuatnya lelah, babi yang sangat berat tidak menjadikan halangan, bahkan semakin dekat ke kampung semakin besar pula harapan. Membuat munculnya rasa kesombongan dalam hati, karena sudah memiliki sangkaan mereka akan berhasil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!