TIDAK MUNGKIN

Raditya mengantarkan Lauren ke rumah Pratama saat hari sudah malam. Setelah kondisinya sedikit membaik, Lauren membersihkan diri kemudian meminta Raditya mengantarkannya pulang ke rumah.

Gadis yang sudah kehilangan kesuciannya itu pulang ke rumah setelah berkali-kali Pratama menelepon karena mencemaskannya. Apalagi, saat Raditya mengatakan kalau Lauren mengalami demam saat berada di apartemennya.

"Eren." Pratama menghampiri Lauren kemudian memeluknya.

"Kamu baik-baik saja? Radit bilang kamu demam lagi saat di apartemen?" Pratama bertanya dengan nada khawatir.

"Aku baik-baik saja, Pa. Papa jangan khawatir." Lauren menatap sang papa sambil tersenyum.

"Syukurlah! Aku dan adikmu khawatir karena semalam kamu tidak pulang dan sampai sore tadi tidak ada kabar." Raditya mengusap rambut putrinya.

"Aku ketiduran karena kepalaku pusing tadi malam, Pa.

"Ya, sudah. Sebaiknya kamu istirahat di kamar saja."

"Baik, Pa."

Lauren pergi meninggalkan Pratama dan juga Raditya menuju kamarnya. Perempuan itu berjalan sedikit tertatih karena rasa perih yang masih terasa di bagian intimnya.

"Terima kasih sudah merawat Lauren sampai kamu tidak bekerja hari ini." Pratama menepuk bahu putranya.

"Tidak apa-apa, Pa. Kak Lauren demam tinggi, aku tidak mungkin membiarkan dia sendirian di apartemen." Raditya tersenyum.

"Kamu mau menginap?"

"Tidak, Pa. Aku mau pulang ke rumah Papa Galang. Dari kemarin aku belum pulang ke sana," jawab Raditya merasa tidak enak hati.

Sementara itu, Pratama menghela napas panjang.

"Papa mengerti, Radit. Kau tenang saja."

"Terima kasih, Pa." Raditya memeluk sang papa. Lelaki itu kemudian berpamitan pulang pada Pratama.

***

Raditya menatap Lauren yang begitu sinis melihatnya. Sudah sebulan dari semenjak kejadian itu, Lauren tidak pernah bersikap baik pada Raditya.

Wanita itu selalu bersikap dingin dan jutek saat bertemu dengan Raditya. Rasa marah, benci, kecewa bercampur jadi satu. Namun, yang lebih dominan adalah rasa benci dan kecewa.

Setiap kali mengingat kejadian malam itu, hati Lauren terasa sakit, dadanya terasa sesak. Rasanya, ia ingin sekali memaki Raditya, tetapi, dia tidak ingin papanya curiga. Lauren tidak mau sang papa tercinta mengetahui kejadian malam itu.

Kejadian yang telah menghancurkan hidupnya.

"Aku akan mengantarmu pulang, Kak. Papa menyuruhku untuk mengantarmu pulang malam ini," ucap Raditya menatap perempuan cantik di hadapannya itu.

Lauren memang cantik. Tegas dan selalu bersikap dingin pada orang-orang yang tidak dikenal. Namun, saat menghadapi pelanggan toko, wanita itu akan berubah menjadi ramah dan murah senyum.

Lauren akan melayani sang pembeli dengan ramah tamah.

"Aku bisa pulang sendiri. Kau tidak perlu sok perhatian!" ketus Lauren.

"Aku hanya menuruti permintaan papa, Kak. Papa khawatir sama Kakak karena itu menelepon dan menyuruhku menjemputmu." Raditya selalu bersabar menghadapi sikap Lauren. Dia tahu, sampai sekarang wanita itu masih marah padanya karena kejadian malam itu.

"Seandainya papa tahu perbuatanmu padaku, aku yakin, papa tidak akan pernah menyuruhmu untuk menjemputku!" Lauren menatap tajam ke arah Raditya. Sudah sebulan semenjak kejadian itu. Akan tetapi, Lauren tidak bisa menghilangkan kebenciannya pada pria itu.

Bahkan, kebencian itu semakin hari semakin bertambah. Andai saja Lauren bisa menghindar dan pergi meninggalkan papanya, ia pasti akan pergi sejauh mungkin.

Setiap kali Lauren ingin pergi dari rumah, ia akan teringat dengan Pratama. Seandainya dia tidak memikirkan Pratama, sudah semenjak lama Lauren pergi demi tidak bertemu dengan Raditya.

"Maafkan aku." Raditya menatap Lauren dengan tatapan bersalah.

Selama sebulan ini, dirinya dirundung rasa bersalah dan penyesalan karena kejadian malam itu.

Lauren baru saja bersiap ingin pergi, tetapi, wanita itu kemudian kembali berlari ke dalam toko dan bergegas ke kamar mandi saat rasa mual menyerangnya.

Lauren memuntahkan semua isi perutnya. Wanita itu bersandar di tembok saat rasa pusing menyerangnya. Wajahnya berubah pucat.

Raditya yang merasa khawatir ikut berlari dan menunggu Lauren di depan kamar mandi.

Lelaki itu mengetuk pintu kamar mandi dengan cemas.

"Kak Lauren. Apa Kakak baik-baik saja di dalam?"

Lauren tidak menjawab pertanyaan Raditya. Wanita itu sedang memikirkan sesuatu. Kepalanya menggeleng pelan saat sesuatu yang sangat ditakutinya melintas.

"Tidak mungkin ...." lirih Lauren. Air matanya mengalir tanpa sadar.

"Kak Lauren. Buka pintunya!"

"Keluarlah! Jangan membuatku khawatir." Suara Raditya kembali terdengar.

"Kak Lauren!"

Terpopuler

Comments

Ade Suharto

Ade Suharto

lauren hamil nikahi dia radit tapi siap² kamu menghadapi kemarahan pratama

2023-04-12

1

Kendarsih Keken

Kendarsih Keken

wauuu tokcer juga benih nya Raditya , gasss lah halalin , daripada tekdung nggak ada suami nya
khan kasihan Laurent nya

2023-04-10

0

nonsk2711

nonsk2711

perut melendung 🤰gini apa mo di sembunyikn Ren??

2023-04-08

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!