GARIS DUA

Raditya mengantarkan Lauren ke rumah sakit. Tubuh wanita itu ambruk setelah mengalami muntah hebat. Untung saja Raditya bersikeras mengantar Lauren meskipun wanita itu menolak mentah-mentah. Kalau tidak, mungkin saat ini Lauren masih terkapar di kamar mandi sendirian.

Sudah hampir seminggu, Lauren mengalami mual dan muntah. Tetapi, wanita itu mengabaikannya. Lauren pikir, ia hanya masuk angin biasa karena hampir setiap malam lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Tugas yang diberikan Pratama ternyata cukup menyita waktu. Pantas saja sang ayah selalu sibuk untuk mengurus toko yang kini sudah memiliki puluhan cabang.

Raditya sampai di depan rumah sakit. Pria itu menggendong tubuh Lauren yang sudah tidak bertenaga. Jangankan untuk melangkah, untuk membuka mata saja terasa sulit.

Dokter memeriksa Lauren. Setelah Raditya mengatakan penyebab Lauren pingsan, dokter kemudian menyarankan agar Raditya pergi ke dokter Obgyn untuk diperiksa lebih lanjut. Meskipun sangat terkejut, tetapi, Raditya menurut.

Lauren yang sudah mulai tersadar merasa kebingungan saat membuka mata.

"Aku di mana?"

"Kita di rumah sakit, tadi kamu pingsan di kamar mandi."

Lauren memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Mereka berdua kemudian keluar dari ruangan dokter umum menuju poli kandungan. Lauren hanya menurut saja saat Raditya memapahnya.

Tubuhnya terasa lemas tak bertenaga. Dia juga malas berdebat dengan Raditya. Namun, Lauren menolak mentah-mentah saat pria itu ingin menggendongnya.

Mereka berdua masuk ke dalam ruangan dokter spesialis kandungan. Mungkin karena hari sudah malam, jadi mereka tidak perlu mengantre. Raditya mengatakan pada sang dokter kalau dirinya dirujuk oleh dokter lain untuk memeriksa kondisi Lauren.

Sang dokter mengangguk kemudian mulai memeriksa kondisi Lauren. Dokter wanita itu menyuruh Lauren melakukan tes urine. Lauren pun menurut. Tes urine adalah hal yang menakutkan Lauren beberapa hari ini.

Semenjak dia meras mual dan muntah serta sudah telat datang bulan, Lauren merasa takut. Sudah dari beberapa hari lalu dirinya sudah ingin membeli alat tes kehamilan itu. Namun, saat membayangkan hasilnya adalah positif, Lauren mengurungkan niat. Ia sungguh sangat takut kalau dirinya benar-benar hamil.

Seandainya benar dirinya hamil, lengkap sudah kehancuran hidupnya. Entah apa yang akan Lauren lakukan seandainya ia benar-benar hamil.

Seorang perawat membantu Lauren. Perawat itu membawa testpack. Setelah menggunakan testpack itu, sang perawat memberikannya pada dokter untuk menunjukkan hasilnya pada Raditya dan Lauren.

Sang dokter tersenyum saat melihat hasil dari alat tes kehamilan itu.

"Garis dua. Selamat ya, istri Bapak dinyatakan hamil." Dokter menyalami Raditya dan Lauren secara bergantian. Raditya menatap dokter tak percaya. Sementara itu, Lauren langsung menitikkan air mata.

Apa yang ditakutkannya terbukti. Dia benar-benar hamil.

"Lengkap sudah penderitaanku," batin Lauren.

"Terima kasih, Dokter." Raditya berucap dengan gemetar. Netranya kemudian melirik ke arah Lauren yang menatapnya dengan kedua mata berkaca-kaca.

Dokter yang melihat reaksi mereka berdua kembali tersenyum. Sepertinya dokter mengira kalau kedua pasangan muda di depannya itu masih syok karena terlalu bahagia.

"Saya akan meresepkan vitamin untuk istri Anda." Dokter kemudian mencatat beberapa resep obat.

"Jangan terlalu lelah, dan banyak-banyak istirahat biar janinnya sehat," ucap sang dokter.

"Satu lagi, jangan membuat istri Anda stres." Dokter itu tersenyum menatap Raditya dan Lauren.

Sungguh pasangan yang serasi, prianya tampan, wanitanya juga sangat cantik.

"Terima kasih, Dokter," ucap Raditya saat sang dokter memberikan resep obat padanya.

"Bulan depan datang kembali untuk melakukan pemeriksaan rutin," peringat dokter yang diangguki oleh Raditya dan Lauren.

Raditya kembali memapah Lauren yang masih merasa lemas. Apalagi, setelah mendengar ucapan dokter yang mengatakan kalau dirinya hamil.

Merasa kasihan melihat Lauren yang tak bertenaga, lelaki itu kemudian menggendong Lauren. Raditya tidak peduli meskipun Lauren memelototinya dan memarahinya.

Raditya mendudukkan Lauren di kursi tunggu. Sementara dirinya mengantre untuk menebus obat. Lauren kembali menitikkan air mata. Lauren merasa kebingungan dengan keadaannya sekarang.

Hamil di luar nikah, dan parahnya ayah dari bayi itu adalah adiknya sendiri. Adik tiri yang sudah ia anggap seperti saudara kandungnya.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang, ya, Tuhan? Apa yang akan aku katakan pada papa saat dia mengetahui kalau aku hamil anak dari putra kesayangannya?"

"Kakak ... Maaf!"

BERSAMBUNG ....

Terpopuler

Comments

Ade Suharto

Ade Suharto

cerita kan saja semua yang terjadi pada pratama

2023-04-12

1

nonsk2711

nonsk2711

mau ga mau,suka ga suka Radit hrs brtgg jwb n menikahi Lauren,kalian tdk sedarah ini g mslh drpd diam tdk bcr sm pp mu lbh baik trs trg Ren,mgkn pp mu marah atau kecewa tp semua itu sdh trjadi,nasi jd bubur tgl ksh topping aja 😋

2023-04-12

1

Kendarsih Keken

Kendarsih Keken

Maaf aja nggak cukup Dit , perlu tindakan nyata Dit , lho tetap harus menghalal kan Laurent

2023-04-11

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!