Raditya memejamkan matanya. Lelaki itu merasa sangat lelah, hingga tak berapa lama kemudian Raditya langsung tertidur pulas.
Tak berbeda dengan Raditya, Lauren pun tertidur dengan nyaman di atas ranjang berukuran besar itu.
***
Raditya terbangun dari tidurnya. lelaki itu bangkit dari sofa dan bergegas menuju ke kamar mandi saat mendengar suara istrinya muntah-muntah. Sepertinya morning sickness yang dialami oleh Lauren cukup parah.
Raditya mendekati Lauren yang tertunduk di depan westafel. Raditya merapikan rambut panjang Lauren kemudian mengikatnya. Setelahnya, lelaki itu membantu membersihkan mulut Lauren. Raditya menatap wajah pucat Lauren.
Lauren yang merasa lemas hanya terdiam sambil bersandar pada dada bidang Raditya. Entah sampai kapan mual dan muntah itu akan terus dialaminya.
Raditya menggendong tubuh Lauren. Wanita itu tak menolaknya sama sekali karena tenaganya sudah terkuras saat muntah tadi. Raditya membaringkan tubuh Lauren dengan hati-hati di atas ranjang.
"Harusnya kamu yang mengalami ini, Dit. Ini 'kan anak kamu. Hasil perbuatan buruk kamu ke aku," ucap Lauren pelan. Ia sungguh merasa tersiksa dengan apa yang dialaminya setiap pagi menjelang.
"Maafkan aku, Kak. Seandainya rasa mual itu bisa dipindahin ke aku, aku rela, Kak. Aku juga tidak tega lihat Kakak seperti ini." Raditya mengusap kening Lauren yang berkeringat.
Lelaki itu kemudian bangkit dari ranjang menuju dispenser untuk mengambil air hangat untuk istrinya. Kamar mereka memang lengkap. Bukan hanya dispenser, tetapi, kulkas berisi aneka minuman dan makanan pun ada di sana.
Sang papa benar-benar detail memikirkan semuanya. Galang bahkan mempersiapkan semua barang yang nantinya pasti akan dibutuhkan oleh Lauren.
Raditya kembali ke atas ranjang dengan segelas air hangat dan obat mual di tangannya.
"Minum dulu obatnya. Setelah itu kita sarapan bareng."
"Aku tidak mau makan."
"Perutmu kosong, Kak. Kasihan dede bayinya kalau Kakak tidak mau makan. Nanti dia kelaparan di dalam sana." Raditya mencoba mengusap perut rata Lauren. Kedua netranya menatap Lauren yang terlihat sangat pucat.
"Kalau aku makan, nanti muntah lagi. Badanku lemes, kepalaku pusing," lirih Lauren membuat Raditya khawatir.
"Kakak lupa apa kata dokter?" Raditya mengingatkan. Lelaki itu memberikan obat kemudian memberikan air hangat pada Lauren.
"Kakak harus tetap makan walaupun nantinya dimuntahin lagi. Tubuh Kakak butuh makan biar nggak lemes. Dede bayinya juga butuh nutrisi biar dia berkembang di dalam sana." Raditya meletakkan gelas berisi air itu ke atas nakas.
"Kakak mau makan apa? Biar aku yang masakin," ucap Raditya.
"Aku mau makan nasi goreng saja. Tidak usah banyak-banyak. Sedikit saja."
"Baiklah! Kakak tunggu sebentar di sini."
"Hmm."
***
Raditya kembali datang ke kamar sambil membawa nasi goreng hasil masakannya. Lauren menatap Raditya dengan tatapan tak terbaca.
"Ayo kita sarapan." Raditya tersenyum. Lelaki itu meletakkan nampan berisi makanan dan minuman itu di atas meja.
Raditya mendekati Lauren yang masih berbaring di atas ranjang. Tanpa basa-basi, Raditya menggendong tubuh istrinya dan mendudukkannya di sofa.
"Makanlah, Kak. Atau, Kakak mau aku suapi?"
Lauren menatapnya jutek membuat Raditya tersenyum sambil mengusap rambut wanita itu.
"Jangan sentuh-sentuh!"
"Nyentuh istri sendiri ini. Halal!" celetuk Raditya sambil tersenyum. Sementara Lauren sangat kesal.
Lauren menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya. Rasanya lumayan enak.
"Kau memasaknya sendiri?"
Raditya mengangguk sambil mengunyah makanannya.
"Apa rasanya tidak enak?"
"Lumayan."
Raditya tersenyum mendengar jawaban Lauren.
****
Raditya mengerjakan semua pekerjaannya di rumah karena dia tidak tega meninggalkan Lauren sendirian. Meskipun di rumahnya ada asisten rumah tangga, tetapi, Raditya merasa tidak tega.
Raditya fokus pada layar laptop di hadapannya. Jarinya menari dengan cepat di atas keyboard. Di hadapannya juga terdapat beberapa dokumen yang dikirim oleh asisten pribadinya.
Raditya sesekali melirik ke arah Lauren yang tampak serius menatap layar televisi di hadapannya. Setelah sarapan pagi tadi, Lauren tidak lagi muntah membuat Raditya merasa lega. Wanita hamil itu bahkan tampak tenang.
"Radit, apa menurutmu, papaku akan kembali mengizinkan aku bekerja lagi? Aku sungguh merasa bosan terus-menerus di dalam rumah.
"Kalaupun papa Pratama mengizinkan, aku tidak akan mengizinkan Kakak bekerja," jawab Raditya tanpa menoleh ke arah Lauren.
Bibir Lauren mengerucut. Perempuan itu merasa kesal dengan ucapan Raditya yang tidak memperbolehkan dirinya kembali bekerja.
"Aku tidak butuh izinmu untuk pergi kemanapun, Radit! Kita memang sudah menikah, tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya mengaturku," ucap Lauren kesal.
"Suka atau tidak, Kak Lauren sekarang adalah istriku. Aku tidak akan mengizinkan Kakak untuk bekerja."
"Radit, kamu jangan keterlaluan!"
"Siapa yang keterlaluan? Aku hanya ingin menjaga istri dan calon anakku agar selalu sehat dan tidak kelelahan."
"Pokoknya, aku mau bekerja lagi titik!"
"Kalau begitu, aku akan bilang sama papa Galang kalau kita tinggal Sekamar tapi tidak seranjang!"
"Radit!"
BERSAMBUNG ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Junida Susilo
🤣🤣🤣🤣sama sama keras kepala 🤭
2023-04-15
2
Nazwa Azzahra
next
2023-04-15
2
Fenty Dhani
😆😆😆lucu banget mereka
2023-04-15
2